METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suatu pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang analisisnya menggunakan angka yang diolah dengan menggunakan metode statistika.48
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Miftahul Ishlah Kota Mataram TP 2018/2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 39 siswa.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei tahun pelajaran 2018/2019 di MTs Miftahul Ishlah Kota Mataram.
48Ibid, hlm. 12.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Model pembelajaran, yaitu model inkuiri terbimbing dan metode konvensional.
2. Variabel Terikat : Hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir logis
E. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalahpretest-posttest control group design.
Desain ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kelas kontrol diberi perlakuan metode konvensional (ceramah) dan kelas eksperimen diberi perlakuan model inkuiri terbimbing.Sebelum diberi perlakuan, baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan tes yaitu pretest, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kelompok.
Selanjutnya, diberikan posttest setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui keadaan kelompok setelah perlakuan.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir logis. Bentuk instrumen tesnya subyektif (uraian) yang terdiri dari 5 soal.
2. Instrumen lembar observasi digunakan untuk mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian. Lembar observasi menggunakan ceklist (√), yang terdiri dari 9 aspek dengan 2 opsi, yaitu “Ya” dan “Tidak”.
Aspek yang dinilai pada kelas kontrol berbeda dengan aspek yang dinilai pada kelas eksperimen, namun jumlah aspek penilaiannya sama. Aspek
penilaian kelas eksperimen disesuaikan dengan sintak inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kontrol tidak disesuaikan.
3. Angket digunakan untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Lembar angket respon siswa terdiri dari 15 pernyataan, masing-masing pernyataan terdapat 4 opsi, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Kisi-kisi instrumen tes, lembar observasi dan angket disajikan pada Lampiran 7, Lampiran 14 dan Lampiran 15.
G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian 1. Tes
Tes dilakukan pada pertemuan pertama (pretest) dan pertemuan keenam (posttest). Pretest diberikan sebelum siswa mendapatkan perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol, sedangkan posttest diberikan setelah siswa mendapatkan perlakuan tersebut.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ketika proses pembelajaran berlangsung pada setiap kali pertemuan. Lembar observasi diisi oleh observeryangditujukan untuk guru dan siswa.
3. Angket
Lembar angket respon siswa diisi oleh 20 siswa pada kelas eksperimen pada akhir pertemuan, yakni setelah proses pembelajaran berlangsung dan
pemberian soal posttest pada siswa selesai dikerjakan. Angket respon siswa ini diisi oleh siswa sesuai dengan petunjuk pada angket respon siswa dan penilaian mereka terhadap kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing selama 4 kali pertemuan.
H. Teknik Analisis Data
Data kuantitatif (hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir logis) dalam penelitian dianalisis menggunakan analisis kovarian (ANKOVA) dengan bantuan SPSSwindows release 22.Sebelum dilakukan uji ANKOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dengan menggunakan Kolmogprov-Smirnov Test dan uji homogenitas dengan Levenes Test.Sedangkan, data kualitiatif (lembar observasi dan angket respon siswa) dianalisis secara deskriptif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Pertemuan 1 dan 6 digunakan untuk memberikan pretest dan posttest kepada siswa, sedangkan pertemuan 2-5 digunakan untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol.
a. Model Inkuiri Terbimbing 1) Kegiatan Awal
Pada tahap awal, guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selanjutnya, guru mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok beranggota 4 orang dan diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing.
Sebagai apersepsi, guru memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan sistem ekskresi manusia untuk menggali rasa ingin tahu siswa.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, diterapkan 4 sintak dari inkuiri terbimbing yang dimulai darimerumuskan masalah. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang
dipelajarinya, yaitu sistem ekskresi manusia (Pertemuan 1 dan 2 tentang organ-organ ekskresi manusia, pertemuan 3 tentang penyakit pada ekskresi manusia dan pertemuan 4 tentang pola hidup menjaga kesehatan ekskresi manusia). Tahap selanjutnya, bimbingan dari guru, siswa merumuskan hipotesis atas pertanyaan yang diberikan.
Siswa mengumpulkan data yang telah didapat dari berbagai sumber untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat, kemudian mendiskusikannya bersama kelompoknya masing-masing untuk menguji hipotesis yang dibuat. Selama diskusi berlangsung, guru memberikan bantuan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS.
Tahap selanjutnya adalah uji hipotesis, pada tahap ini siswa menguji hipotesis dengan menyesuaikan atau membandingkan hipotesis yang telah dibuat dengan data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Kemudian, guru meminta siswa menarik kesimpulan mengenai hasil uji hipotesis dengan menyampaikannyadi depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari hari ini. Kemudian, guru memberikan penegasan tentang materi yang dipelajari dan memberikan motivasi kepada siswa supaya lebih giat lagi dalam belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa bersama dan mengucapkan salam.
b. Metode Konvensional 1) Kegiatan Awal
Pada tahap awal, guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selanjutnya, guru mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok beranggota 4 orang dan diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak berbasis inkuiri terbimbing. Sebagai apersepsi, guru memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan sistem ekskresi manusia untuk menggali rasa ingin tahu siswa.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, dimulai dengan guru meminta siswa untuk mengamati gambar organ-organ sistem ekskresi manusia (Pertemuan 1 dan 2 tentang organ-organ ekskresi manusia, pertemuan 3 tentang penyakit pada ekskresi manusia dan pertemuan 4 tentang pola hidup menjaga kesehatan ekskresi manusia) dan memberikan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mencari informasi mengenai materi yang dipelajari dan gambar yang diamatinya.
Kegiatan selanjutnya, yaitu siswa mendiskusikan dengan teman kelompoknya mengenai data yang telah dikumpulkan. Selama diskusi berlangsung, guru memberikan bantuan seperlunya kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Setelah berdiskusi, selanjutnya guru meminta siswa maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi mengenai materi yang dipelajarinya.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan bimbingan dari guru. Kemudian, guru memberikan penegasan tentang materi yang dipelajari dan memberikan motivasi kepada siswa supaya lebih giat lagi dalam belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa bersama dan mengucapkan salam.
2. Keterlaksanaan Pembelajaran dan Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Langkah-langkah yang terlaksana dan tidak terlaksana selama proses pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada masing-masing kelas ditujukan untuk guru dan siswa. Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini, aspek yang dinilai pada kelas kontrol berbeda dengan aspek yang dinilai pada kelas eksperimen, namun jumlah aspek penilaiannya sama. Kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk siswa dan guru terdapat sembilan aspek yang dinilai dengan dua opsi, yaitu “Ya” dan “Tidak”.
Nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol untuk siswa adalah 82,75% dan untuk guru 88,5%. Dan nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen untuk siswa adalah 94%
dan untuk guru 91%. Penghitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 14.
B. Analisis Data
Sebelum dilakukan uji ANKOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dan uji homogenitas dengan Levenes Test. Hasil analisis menunjukkan bahwa data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir logis homogeny (P=0,153>0,05 dan P=0,321>0,05)dan terdistribusi normal (P=0,540>0,05 dan P=0,054>0,05).
Perhitungan selengkapnya disajikan padaLampiran 18.
Selanjutnya dilakukan analisis ANKOVA untuk setiap variabel penelitian.
1. Hasil Belajar Kognitif
Hasil analisis menunjukkan bahwanilai signifikasi model adalah 0,000<0,05 yang berarti bahwa HO ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa.
2. Kemampuan Berpikir Logis
Hasil analisis menunjukkan bahwanilai signifikasi model adalah 0,375>0,05 yang berarti bahwa HO diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbingberpengaruh tidak signifikanterhadap kemampuan berpikir logis siswa.
C. Pembahasan
1. Hasil Belajar Kognitif
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata yang diperoleholeh siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Perbedaan hasil belajar tersebut dikarenakan kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbingdan kelas kontrol diajarkan dengan metode konvensional (ceramah). Hal ini dapat terjadi karena inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan bimbingan dari guru. Guru memberikan pertanyaan awal tentang materi yang akan dipelajari dan mengarahkannya ke dalam suatu diskusi kelompok. Pembelajaran inkuiri didasari oleh filosofi kontruktifisme yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.49
Hasil analisis menunjukkan nilai signifikasi model adalah 0,000>0,05 yang berarti bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan siswa pengalaman-pengalaman belajar secara nyata dan aktif sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka.Model inkuiri terbimbing dapat mendorong siswa secara aktif untuk menggali pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat menjadi pribadi yang lebih aktif, mandiri, serta terampil dalam memecahkan
49Anggareni, N. W., Ristiati, N. P., & Widiyanti, N. L. P. M. Implementasi strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA siswa SMP.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, Volume 3, Nomor 1, 2013
masalah berdasarkan informasi dan pengetahuan yang didapatkan.
Aktifitas fisik dan mental siswa dalam kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.50
Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing,siswa berkesempatan untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan termotivasiuntuk belajar dan pada akhirnya akan mengalami peningkatan hasil belajar.51 Model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan supaya siswa bebas mengembangkan materi yang mereka pelajari.Siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara individu maupun berkelompok. Hasil penelitian Marhaeni (2019) melaporkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar antara siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang belajar menggunakan metode konvensional.52
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan siswa pengalaman-pengalaman belajar secara nyata dan aktif sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
50Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri metode dan aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
51Dewi, N. L., Dantes, N., & Sadia, I. W. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA. Jurnal Pendidikan Dasar Ganesha, Volume 3, Nomor 1, 2013
52Marheni, N. P., Muderawan, I. W., Tika, I. N., & Si, M. Studi Komparasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Sains SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, Volume 4, Nomor 1, 2014
Natalia (2012) yang melaporkan bahwa penggunaan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan perilaku ilmiah siswa dan hasil belajar biologi siswa.
Selain itu, hal yang menyebabkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh modelitu sendiri. Adapun kelebihan-kelebihannya adalah (1) pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna; (2) memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; (3) siswa yang memiliki kemampuan belajar yang baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.Pembelajaran inkuiri terbimbing juga menyediakan kesempatan kepada siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompok dengan berdiskusi, sehingga terjadi keterkaitan emosional antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.
Tingkat pemahaman yang diperoleh siswa di kelas eksperimen lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman siswa di kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Siswa kelas eksperimen (diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing) memperoleh rata-rata 63,40 dan kelas kontrol (diajarkan dengan metode konvensional) memperoleh rata-rata 54,26. Presentase perubahan rata- rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 16,84%.Pembelajaran di kelas kontrol didominasi oleh guru, transfer pengetahuan dari guru ke
siswa, kegiatan belajar lebih monoton, komunikasi satu arah, sehingga latihan dalam menyelesaikan masalah dan pengajaranberpusat pada guru.53Siswa tidak dibimbing dengan berbagai pertanyaan untuk menganalisis data dan menyimpulkan, tetapi diberikan penjelasan langsung oleh guru dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.54 Akibatnya siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pola berpikirnya.Pembelajaran langsung tidak dimaksudkan untuk mencapai hasil belajar sosial maupun berpikir tingkat tinggi, namun lebih bertujuan untuk menuntaskan hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi.55
2. Kemampuan Berpikir Logis
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata yang diperolehsiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, namun tidak signifikan. Perbedaan hasil belajar tersebut dikarenakanpembelajaran pada kelas eksperimen tidak lagi berpusat pada guru, tetapi berpusat pada siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat mempengaruhi kemampuan berpikir logis siswa. Namun, siswa lebih
53Margunayasa, I. G., Dantes, N., Marhaeni, A. A. I. N., & Suastra, I. W. The Effect of Guided Inquiry Learning and Cognitive Style on Science Learning Achievement. International Journal of Instruction,Volume 12, Nomor 1, 2019, hlm. 737-750
54Amijaya, L. S., Ramdani, A., & Merta, I. W. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pijar Mipa, Volume 13, Nomor 2, 2018, hlm. 94-99
55Sutama, I. N., Arnyana, I. B. P., & Swasta, I. B. J. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kinerja Ilmiah pada Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura.Jurnal Penelitian Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (online), Volume 4, Nomor 1, 2014
aktif dalam mengembangkan pola pikir mereka. Sedangkan metode konvensional di kelas kontrol, guru lebih aktif memberikan penjelasan materi, sehingga siswa sulit mengembangkan kemampuan mereka dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal dan kemampuan berpikir logis.
Penelitian terdahulumelaporkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir logis, yang dibuktikan dengan kemampuan siswa yang menggunakan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan siswa yang menggunakan metode konvensional.56Hasil penelitian terkait dengan kemampuan berpikir logis mahasiswamenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata kemampuan berpikir logis.57 Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir logis siswa, hal ini dibuktikan dengan kemampuan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.58
Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini, hasilanalisis menunjukkan bahwanilai signifikansi model adalah
56Purwanto Andik, “Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Exacta, Volume 10, Nomor 2, 2012, hlm. 133-135
57 Wiji dan Wahyu Sopandi “Kemampuan Berpikir Logis dan Model Mental Kimia Sekolah Mahasiswa Calon Guru”, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, 2014, hlm. 147- 156
58Purwanto Andik, “Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Exacta, Volume 10, Nomor 2, 2012, hlm. 133-135
0,375>0,05 yang berarti bahwa HO diterima. Artinya, penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbingberpengaruh tidak signifikanterhadap kemampuan berpikir logis siswa.
Walaupun model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh tidak signifikan terhadap kemampuan berpikir logis siswa, tetapi secara deskriptif diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen 63,40 dan kelas kontrol 61,47. Presentase perubahan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 3,13%. Hal inilah yang memperkuat penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan berpikir logis.
Tidak signifikannya hasil analisis ANKOVA disebabkan oleh waktu yang relatif singkat, yakni 4 kali pertemuan. Kemampuan berpikir logis siswa tidak bisa semata-mata meningkat hanya dengan 4 kali pertemuan, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dan latihan soal yang lebih banyak. Berpikir logis bukan merupakan faktor bawaan, melainkan faktor bentukan dari pengalaman siswa selama proses perkembangan. Proses perkembangan berpikir siswa tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu lebih lama dan melalui proses interaksi secara berkesinambungan.59
Hasil penelitian terkait menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir logis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
59Suwanto, Wachidi dan Turdja. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Berpikir Logis dan Prestasi Belajar. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, 2017, hlm. 141-154
kelas kontrol, namun nilai rata-rata kedua kelas tersebut masih berada pada kategori yang sama. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas perlakuan yang diberikan. Hal ini disebabkan jadwal pembelajaran kelas eksperimen lebih singkat dari pada kelas kontrol.
Selain itu, keberhasilan dari proses pembelajaran inkuiri terbimbing bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas dan berproses dalam menemukan sesuatu.60
60Ana Jayanti dan Bunga Dara Amin. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Barru. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Volume 14, Nomor 1, 2018, hlm. 23-28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi model adalah 0,000<0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa. Presentase perubahan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol 16,84%.
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi model adalah 0,375<0,05 yang berarti bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh tidak signifikan terhadap kemampuan berpikir logis siswa. Presentase perubahan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol 3,13%.
B. Saran
1. Disarankan dilakukan penelitian sejenis dengan waktu yang lebih lama.
2. Disarankan dilakukan penelitian dengan kombinasi strategi pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, L. S., Ramdani, A., & Merta, I. W. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pijar Mipa, Vol. 13, No. 2,2018, hlm. 94-99.
Ana Jayanti dan Bunga Dara Amin. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Barru. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Volume 14, Nomor 1, 2018, hlm. 23-28
Anam, K. Pembelajaran Berbasis Inkuiri metode dan aplikasi.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015.
Anggareni, N. W., Ristiati, N. P., & Widiyanti, N. L. P. M. Implementasi strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia, Vol. 3, No.1, 2013.
Anggriani, Masriani dan Lesatri Ira, “Pengaruh Inkuiri Terbimbing Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 21 Pontianak”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 7, No. 9, hlm. 1-9.
Arif Firmansyah, Imran dan Sulastri, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 3, No. 1, hlm. 90-103.
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014.
Budi Andriawan, “Identifikasi Kemampuan Berpikir Logis dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Sidoarjo”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 2, 2016, hlm. 42-48.
Dani Firmansyah “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal Pendidikan Unsika, Vol. 3, No. 1, 2015, hlm. 34-44.
Dewi, N. L., Dantes, N., & Sadia, I. W. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA. Jurnal Pendidikan Dasar Ganesha, Vol. 3, No. 1, 2013.
Diana, N. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Berpikir Logis Mahasiswa dengan Adversity Quotient dalam Pemecahan Masalah. In
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SNMPM), Vol. 2, No.1, 2018, hlm. 101-112.
Edy Purwanto, Linda Nur Ramly dan Andi Nugroho, “Implementasi Model Inquiri Sebagai Upaya Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Yogyakarta pada Mata Pelajaran Sosiologi”, PELITA, Vol.
9, No. 1, 2014, hlm. 49-61.
Fios dan Frederiks, Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika,, Jakarta : Salemba Humanika, 2013.
Hadi dan Strisno, Metodologi Research Jilid 3, Yogyakarta : Andi, 2004.
Hamalik, O. Proses belajar mengajar. Bumi Aksara, 2004.
Hamruni, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta : Insan Madani, 2012.
Huda Miftahul, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011.
Hutagalung, A., & Simarmata, U. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa. INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika), Vol. 3, No. 1, 2015.
Ikhlasun Dwi Masitoh,Marjono dan Joko Ariyanto, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA pada Materi Pencemaran Lingkungan di Surakarta”, Bioedukasi, Vo. 10, No. 1, 2017, hlm. 71-79.
I Made Surat, “Pembentukan Karakteristik dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Saintifik”, Jurnal Emasains, Vo. 5, No. 1, 2016, hlm. 57-65.
Indah Lestari, “Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal Formatif, Vol.3, No. 2, hlm. 115-125.
Ismah dan Venni Herli Sundi “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Labschool FIP UMJ”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4, No. 2, 2018.
Krathwohl, D. R., “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview”, Theory Into Practice, Vol. 41, No. 4, 2002, hlm. 212-218.
Kurniasih, I., & Sani, B. Ragam pengembangan model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru.Jakarta: Kata Pena, 2015. 71-72.