BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
B. Paparan Data
1. Kepemimpinan Kepala Madrasah di MI Miftahul Ishlah
a. Pengertian kepemimpinan kepala madrasah
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.16
Kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku para pemimpin dalam mengarahkan dan mengendalikan para bawahan untuk mengikuti kehendaknya dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.17 Kepemimpinan dalam hal ini adalah kinerja tim, atasan mengintruksikan dan bawahan
hlm. 107
16E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
17 Ester Manik, Kamal Bustami, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada SMP Negeri 3 Rancaekek, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 2011, 5 (2): 99
melaksanakan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.
2) Kepemimpinan memiliki sifat mempengaruhi yakni dalam hal ini pemimpin harus mampu mengubah prilaku bawahan, kolega, maupun atasan mereka baik dengan perkataan, perbuatan, sikap, kepribadian, dan perbuatan agar pihak-pihak tersebut mau bekerjasama dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
3) Kepemimpinan memiliki sifat memerintah yaitu pemimpin mempunyai wewenang memerintah bawahannya agar mengerjakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas atau pekerjaan.
b. Tipologi Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan secara luas dikenal dan diakui keberadaannya adalah sebagai berikut:
1) Tipe Otokratik
Pemimpin otokratik mungkin meminta gagasan dan umpan balik dari bawahan mengenai keputusan yang dibuat, tapi
masukan tersebut tidak akan mengubah keputusan.18 Jadi pemimpin yang tergolong otokratik bisa dikatakan pemimpin yang egois mau menang sendiri, tidak menerima pendapat atau masukan dari bawahannya sehingga apapun yang menjadi keputusannya mutlak harus diikuti dan terpenuhi.
Seorang pemimpin dengan tipe otokratik ini bisa dibilang pemimpin yang keras dan biasanya berlagak sombong, karena ia merasa bahwa segala keputusan berada di tangannya.
Pemimpin tipe ini sering juga membuat bawahannya menjadi ketakutan karena setiap memberikan perintah dia akancendrung atau bahkan selalu memerintah dengan suara atau nada yang keras.
2) Tipe Paternalistik
Pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik ialah seseorang yang menganggap bawahannya masih anak-anak dan sering bersikap maha tahu.19 Dengan kata lain pemimpin ini bisa dikatakan juga pemimpin yang ingin mengerjakan sendiri segala pekerjaan yang ada di lingkup organisasi.
Di satu sisi pemimpin ini sangat dibutuhkan karena pemimpin ini sering juga bersikap kebapaan, melindungi, dan mengayomi.Akan tetapi pada lazimnya seorang pemimpin
18 Sobri Sutikno, Manajemen Pendidikan, (Lombok: Holistica Lombok, 2012), hlm.
114
19Ibid., hlm. 115
bertipe paternalistik ini kurang bagus dan kurang tepat untuk diterapkan dalam sebuah roda organisasi.
3) Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin yang dikagumi oleh banyak orang.20 Pemimpin ini adalah pemimpin yang didambakan oleh kebanyakan orang namun, tidak banyak pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan ini karena terdapat karekteriastik khusus yang dimiliki oleh pemimpin yang kharismatik.
Pemimpin kharismatik biasanya memiliki jumlah pengikut yang sangat besar, meskipun dari pengikutnya itu terkadang tidak bisa menjelaskan secara konkret kenapa mereka dan mengagumi pemimpin tersebut.
4) Tipe Laissez Faire
Laissez Faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari
pemimpin yang otokratik. Pemimpin Laissez faire ini akan cenderung untuk memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota/bawahan.21 Dengan kata lain, tipe ini memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berkreasi dan berinovasi.
Seorang pemimpin ini beranggapan bahwa orang yang dipimpinnya terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang telah mengetahui tujuan yang akan dicapai dalam sebuah
20 Ibid.
21Ibid., hlm. 116.
117.
organisasi. Jadi, pemimpin ini merasa bahwa ia tidak perlu mengatur dan ikut campur lebih jauh dalam urusan pekerjaan mereka.
5) Tipe Militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya keras, sangat otoriter, kaku, dan seringkali kurang bijaksana.22 Dengan kata lain pemimpin ini bisa dikatakan pemimpin yang bersifat menjajah.
Pemimpin tipe ini juga sukar sekali untuk menerima kritikan dari bawahan, karena ia menganggap bahwa segala keputusan maupun kelakuannya itu adalah sebuah kebenaran dan tipe pemimpin ini juga senang kepada sesuatu yang bersifat formalitas.
6) Tipe Demokrasi
Pemimpin yang demokratik cenderung untuk bermusyawarah dan mufakat dalam mengambil sebuah keputusan karena menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dalam organisasi.23 Pemimpin yang demokratik yang demokratik merupakan tipe kepemimpinan yang ideal dan
22Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook Of Education Manajemen Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Grouf, 2016), hlm.
90
23Sobri Sutikno, Manajemen Pendidikan, (Lombok: Holistica Lombok, 2012), hlm.
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), hlm 3.
didambakan oleh banyak orang, meskipun tipe ini tetap memiliki berbagai macam kekurangan dan kelemahan, namun tipe kepemimpinan demokratik inilah yang paling efektif.
Dari penjelasan di atas, terdapat banyak sekalali tipe-tipe kepemimpinan.Setiap tipe kepemimpinan di atas tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tipe-tipe kepemimpinan tersebut saling melengkapi.
c. Pengertian Kepala Sekolah/Madrasah
Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan- tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.24
Kepala sekolah merupakan faktor penentu dalam mengelola pendidikan di sekolahnya demi tercapainya tujuan pendidikan.25 Sebagaimana dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 pasal 12 ayat 1 bahwa: “Kepala Sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan perndidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.26
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kepala madrasah sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang ada
24Ibid, hlm. 124.
25Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Jarakarta: Premadia Group, 2016), hlm. 11.
26Novianty Djafri, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah (Pengetahuan Manajemen, Efektiovitas, Kemandirian Keunggulan Bersaing dan Kecerdasan Emosi),
Group, 2016), hlm. 15.
di madrasahnya. Kepala madrasah bertanggungjawab atas penyelenggaraan seluruh kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan dan memelihara segala pendayagunaan sarana dan prasarana yang ada di madrasah.
d. Peran Kepala Madrasah
Menurut Depdiknas kepala sekolah memiliki beberapa peranutamadiantaranya sebagai berikut:
1. Educator
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses kependidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.27
Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolahnya tentu saja akansangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus-menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
27 Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Jakarta: Prenadamedia
29Ibid,.
2. Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru.28
Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan membrikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainaya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Administrator
Kepala sekolah berperan sebagai pengelola keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.29
Seberapa besar sekolah mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi gurutentunya akan memengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu,
28Ibid, hlm. 15-16
31Ibid,.
kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
e. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah
Terkait denganfungsi kepemimpinan kepala madrasah mencakup beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Madrasah sebagai Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan bagaimana tujuan pendidikan.30
Pada dasarnya kepala madrasah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala madrasah.Dengan demikian, kepala madrasah sebagai guru tidak lepas dari tugas utamanya sebagai pendidik.Dalam hal ini, fungsi kepala madrasah bukanlah semata- mata mendidik peserta dididik tetapi seluruh staf dan seluruh warga madrasah yang di pimpinnya.
2. Kepala Madrasah Sebagai Manajer
Kepala madrasah sebagai manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab merencanakan, mengorganisasikan, mengoordinasikan, dan mengontrol sumber-sumber madrasah yang ada untuk melaksanakan program pendidikan secara efektif, efisien, dan produktif.31
30 Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook Of Education Manajemen Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Grouf, 2016), hlm.
109-110.
32Ibid., hlm. 111.
Keberadaan manajer pada suatu organisai sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya alam maupun manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorgansasikan, memimpin, mengatur dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kepala Madrasah Sebagai Administrator
Kepala madrasah sebagai administrator berarti harus menjadikan seluruh kegiatan administrasi madrasah, dan bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh kegiatan administrasi di madrasah.32 Hal ini berarti bahwa kepala madrasah merupakan otak tumpu dari segala kegiatan administrasi dan kepala harus cakap dan memiliki kemampuan dalam hal itu.
Kegiatan administrasi yang dimaksud di atas tidak hanya berkaitan dengan administrasi laporan madrasah saja, melainkan juga pengelolaan kurikulum, adminstrasi guru, peserta didik, hubungan madrasah dengan masyarakat, sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
34Ibid,.
4. Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Supervisi pendidikan adalah usaha meningkatkan kompetensi dan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik melalui cara- cara mengajar yang lebih baik yang akhirnya berdampak kepada peningkatan hasil belajar peserta didik.33Dengan kata lainkemampuan-kemampuan itu harus bisa dimiliki oleh kepala madrasah yang bertindak sebagai supervisor.
Jika supervisi dilakukan oleh kepala madrasah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja dari tenaga kependidikan dalam hal ini guru itu sendiri maupun karyawan-karyawan dibawahnya, sehingga akan mampu menciptakan sebuah lembaga yang unggul.
5. Kepala Madrasah sebagai Leader
Kepala madrasah sebagai pemimpin madrasah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di madrasah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan pembelajaran.34Hal ini kepala madrasah bertanggung jawab dalam menggerakkan sumber daya madrasah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
33Ibid.,
a. Pengertian kinerja Guru
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari bahasa ingggris, work performance atau job performance, tetapi dalam bahasa inggrisnya
sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.36
35Ibid, hlm. 112.
36 Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Jakarta: Prenadamedia Grouf, 2016), hlm. 69.
Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi.37
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan standar yang ditetapkan.38
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, kinerja guru merupakan hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja atau prestasi kerja seseorang dengan penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan nonfisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi, dan tugasnya yang didasari dengan pengetahuan, sikap, keterampilan dan memotivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Sementara itu guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan.39Oleh karena itu, guru harus memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan dalam meningkatkan mutu hasil
37 Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan, (Jokyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 155.
38 H. Lalu Mukhtar dan Hulli, Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Alam Tara Instute, 2012), hlm. 109.
39 Murif Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia), hlm. 23.
40Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), hlm.
38.
pendidikan. Untuk itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi, senantiasa menguasai materi yang akan diajarkan dan selalu mengembangkan potensi dan meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang dimilikinya.
Bahwa Dwi Siswoyo dalam buku Novan Ardy wiyani mengungkapkan seyogyanya guru memiliki persyaratan sebagai berikut ini:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mempunyai kesadaran akan tugasnya disertai rasa tanggung jawab.
3. Memilki rasa wajib bertugas disertai rasa tanggung jawab.
4. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap peserta didik.
5. Senantiasa meningkatkan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang dimilikinya.
6. Membina hubungan baik dengan masyarakat dan mengikuti perkembangan masyarakat.
7. Membina nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa, dan Negara.40
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa syarat untuk menjadi guru adalah bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap peserta didik dalam meningkatkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang dimilikinya, dan membina hubungan baik dengan masyarakat.
41 H. Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, (Yokyakarta: Alam Tara Instute, 2012), hlm. 111.
b. Indikator Kinerja Guru
Menilai kualitas kinerja guru, dapat ditinjau dari beberapa indikator di antaranya sebagai berikut:
1. Unjuk kerja 2. Penguasaan materi
3. Penguasaan profesional keguruaan dan pendidikan 4. Penguasaan cara-cara penyesuaian diri
5. Kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.41 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja guru, antara lain kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan melakukan penilaian, dan mengevaluasi.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Banyak faktor yang mempengaruhi terbangunnya suatu kinerja profesional, termasuk kinerja guru yang di dalamnya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, internal maupun eksternal.
43Ahmad Susanto,Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 73.
Secara internal ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru sebagai berikut:
1. Kemampuan dan keterampilan yang dimilki oleh guru itu sendiri, yaitu terkait pengetahuan dan keterampilan mengajar yang di peroleh guru yang bersangkutan selama menempuh pendidikan atau di kenal dengan istilah pre service education.
2. Motivasi kerja, yaitu terkait dengan motivasi yang dimiliki oleh masing-masing guru saat memilih profesi sebagai guru. Motivasi itu tentu saja tidak bisa lepas dari faktor lingkunagan dimana guru itu bekerja, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial sekolah dimana guru itu bekerja, misalnya struktur sekolah yang dikembangkan, budaya sekolah, kepemimpinan kepala sekolah dan bahkan iklim sekolah juga ikut menentukan kinerja seseorang guru.42
Selanjutnya faktor eksternal kinerja guru, menurut M.
Arifin dalam Muhaimin mengidentifikasi ke dalam beberapa hal, di antaranaya adalah:
1. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang.
2. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara pemimpin dan bawahan.
3. Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam kenyataan
4. Penghargaan terhadap need achievement (hasrat dan kebutuhan untuk maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi.
5. Saran yang menunjang bagi kesejahtraan mental dan fisik, seperti tempat olah raga, masjid, rekreasi, dan hiburan.43
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru baik secara internal maupun eksternal
hlm. 13.
42Abd. Mujadid, Pengembangan Kinerja Guru, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2016),
Kepala Madrasah, Jurnal Ilmu Tarbiyah “At- Tajdid, 2017, 6 (1): 5
antara lain yaitu kemampuan dan keterampilan seorang guru dalam mengajar, suasana kerja yang menggairahkan, mempunyai sikap yang jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pemimpin, memberi penghargaan terhadap yang berprestasi, dan selalu memberikan saran untuk menunjang kesejahtraan mental dan fisik.
3. Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja
Aksara, 2015), hlm. 20.
senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan kinerja guru di kelas.45
Selain pendekatan situasional, terdapat indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai berikut:
1. Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif terutama dalam pengambilan keputusan.
2. Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka.
3. Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru, peserta didik, dan warga sekolah lainnya.
4. Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.
5. Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin berdasarkan data prestasi belajar.
6. Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan dengan komite sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik yang memerlukan perhatian.
7. Memimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proposional dan profesional.46
Dengan kepemimpinan kepala madrasah tersebut akan membantu guru untuk terus meningkatkan kinerjanya. Berikut indikator kinerja guru, antara lain kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar,
45 Tarhid, Kepemimpinan Kepala dalam Meningkatkan profesionalisme Guru, Jurnal Pendidikan, 2018, 5 (2): 145
46H.E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta, Bumi
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud memberikan gambaran suatu gejala sosial tertentu, sebelumnya sudah ada informasi mengenai gejala sosial tersebut, namun belum memadai.
Sedangkan jenis penelitian yang akan digunakan yaitu studi kasus.
Studi kasus adalah penelitian yang dilakuakan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.48
Melirik hal tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian karena pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan judul penelitian yang akan diteliti yaitu mengkaji fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah madrasah yang harus dijelaskan dengan cara mendeskripsikannya dengan data-data yang berupa kalimat atau kata- kata bukan dengan perhitungan angka-angka, serta tidak menggunakan analisis statistik.
47 H. Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Alam Tara Institute, 2012), hlm. 112.
48 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian menggunakan penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti di lapangan mutlak sangat diperlukan, karena peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci. Maksud dari instrumen di sini adalah, peneliti menjadi alat dari keseluruhan proses penelitian peneliti sebagai perencana, pengumpulan data, penapsir data, sekaligus sebagai pelopor dari hasil penelitian.
Kehadiran peneliti di tempat penelitian berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta, maksudnya peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan peneliti menyatu sebagai bagian dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai pengamat.
Di dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti mengamati objek penelitian pada situasi yang diinginkan untuk dipahami. Jadi, jelas peneliti akan mengamati pristiwa-pristiwa yang terkait dengan objek penelitian.
Selanjutnya apakah peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti atau tidak?Adakalanya peneliti menunjukkan statusnya sebagai seorang peneliti yang dalam praktiknya tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan penelitian. Namun, sebelum peneliti hadir di lokasi penelitian terlebih dahulu peneliti mendapat rekomendasi (surat izin penelitian dari UIN Mataram) lalu meminta izin kepada instansi terkait.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan tempat untuk meneliti oleh peneliti adalah MI Miftahul Ishlah yang terletak di Tembelok Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. MI Miftahul Ishlah ini merupakan sebuah madrasah yang unggul, maju serta memilki potensi yang cukup besar, hal ini terbukti dengan pengelolaan struktur organisasi yang baik.Sehingga menarik peneliti untuk menjadikannya sebagai lokasi penelitian.
4. Sumber Data
Sumber data dari penelitian kualitatif adalah subjek penelitian atau informan, atau subjek dari mana data diperoleh.Bila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan data, sumber datanya disebut responden, sedangkan bila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumberdatanya bisa berupa benda, gerak atau proses tertentu.49
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah, kepala sekolah, guru dan siswa. Penentuan sumber data tersebut didasarkan pada asumsi bahwa subyek yang menjadi sumber data mengetahui tentang permasalahan yang diteliti.
Adapun data yang ingin diperoleh mengenai kepemimpinan kepala sekolah, struktur organisasi MI Miftahul Ishlah, sarana dan prasaran
49Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (IAIN Mataram, 2011), hlm. 45.
50 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi R&D dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019), hlm.145.
yang dimilki oleh MI Miftahul Ishlah dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah:
a. Metode Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung dan mendalam di lokasi penelitian.50
Dapat dipahami bahwa observasi adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan seluruh indra terhadap objek dan gejala-gejala yang diteliti secara sistematis.
Adapun bentuk observasi yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipasi.
Sehingga peneliti akan mendapatkan data yang akurat karena peneliti langsung ikut terlibat dengan obyek yang diteliti.
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, peneliti akan pengobservasi kepala madrasah dan kinerja guru MI Miftahul Ishlah dan akan mengobservasi kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kepemimpinan dan kinerja guru yang di terapkan oleh kepala madrasah MI Miftahul Ishlah.