• Tidak ada hasil yang ditemukan

23

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat diukur atau diukur secara langsung. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Lubis, 2017:249). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek yang akan diteliti.

Menurut Lubis (2017:246), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini berupa

seluruh laporan keuangan tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dari periode 2016 sampai dengan 2020.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari keseluruhan subjek yang akan diteliti.

Sampel merupakan bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut (Lubis, 2017:247). Sampel dalam penelitian ini yaitu laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan berupa laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi periode 2016 sampai dengan 2020 yang dikeluarkan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang terdapat dalam persamaan model Grover untuk memprediksi financial distress pada perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yaitu:

G-Score = 1.650𝑋1+ 3.404𝑋3+ 0.016𝑅𝑂𝐴 + 0.057 Dimana:

𝑋1 = WCTA (Working Capital/Total Asset)

𝑋3 = EBITTA (Earning Before Interest and Taxes/Total Asset) ROA = NITA (Net Income/Total Asset)

Kategori skor perusahaan model Grover adalah sebagai berikut:

1) Jika skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z ≀ - 0,02), maka perusahaan dikategorikan dalam kondisi bangkrut (Financial distress).

2) Jika skor lebih atau sama dengan 0,01 (Z β‰₯ 0,01), maka perusahaan dikategorikan dalam kondisi tidak bangkrut (Nondistres).

Berikut adalah tiga variabel dalam metode analisis model Grover yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Working Capital to Total Asset (𝑋1)

WCTA (Working Capital to Total Asset) adalah salah satu komponen dari rasio likuiditas yang membandingkan modal kerja dengan total asset yang dimiliki perusahaan.

𝑋1=π‘Šπ‘œπ‘Ÿπ‘˜π‘–π‘›π‘” πΆπ‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘™ π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

π‘Šπ‘œπ‘Ÿπ‘˜π‘–π‘›π‘” πΆπ‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘™ = 𝐴𝑠𝑒𝑑 π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ βˆ’ π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ 2)Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset (𝑋3)

EBITTA (Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan pendapatan sebelum bunga dan pajak dengan total aset.

𝑋3=πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΅π‘’π‘“π‘œπ‘Ÿπ‘’ πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘‘ π‘Žπ‘›π‘‘ π‘‡π‘Žπ‘₯𝑒𝑠 π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

3) Net Income to Total Asset(ROA)

NITA (Net Income to Total Asset) adalah rasio profitabilitas yaitu Return on Asset ratio (ROA) yang menghitung perbandingan laba bersih dengan total aset.

ROA

=

𝑁𝑒𝑑 πΌπ‘›π‘π‘œπ‘šπ‘’

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

G. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis, menggambarkan, serta menjelaskan data yang diperoleh mengenai perusahaan yang diteliti.

Metode analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan cara sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data-data keuangan yang berhubungan dengan penelitian dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020 berupa data laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.

2. Menghitung nilai variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan model Grover, yaitu Working to Capital to Total Asset (X1), Earning Before Interest and Taxes (X3), dan Net Income to Total Asset (ROA).

3. Menghitung nilai G-Score.

4. Mengklasifikasikan nilai G-Score berdasarkan kategori skor perusahaan pada model Grover adalah sebagai berikut.

Jika Z ≀ -0,02 : Perusahaan dikategorikan dalam kondisi bangkrut (Financial distress)

Jika Z β‰₯ 0,01 : Perusahaan dikategorikan dalam kondisi sehat (Nondistress)

5. Memperoleh hasil financial distress pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020 dengan menggunakan model Grover.

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Garuda Indonesia (Persero) (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa angkutan udara niaga. Nama Garuda (Garuda Indonesia Airways) sendiri diberikan oleh Presiden Soekarno yang diambil dari kutipan sajak oleh penyair terkenal, Noto Soeroto yang berbahasa Belanda yang artinya: β€œSaya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan”. Pada tahun 1989, nama Garuda Indonesia Airways diubah menjadi Garuda Indonesia.

Pada awalnya Garuda Indonesia merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Hindia Belanda atas perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949. Dimana pemerintah Hindia Belanda menyerahkan semua kekayaaannya kepada pemerintah RIS termasuk perusahaan KLM IIB.

Penerbangan pertama pesawat yang telah resmi menjadi milik Indonesia dimulai pada tanggal 28 Desember 1949. Pesawat DC-3 dengan logo Garuda Airways terbang untuk pertama kalinya dalam sejarah membawa Presiden Soekarno dan rombongan dari Maguwo, Yogyakarta (sekarang bandara Adisucipto) ke Kemayoran, Jakarta untuk kembali memasuki Ibu Kota Negara.

Pada tahun 2000, Garuda membentuk anak perusahaan yang bernama Citilink yang menawarkan penerbangan dengan biaya murah ke kota-kota di Indonesia. Dengan adanya peristiwa-peristiwa nasional yang

terjadi, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004 serta peristiwa jatuhnya sebuah Boeing 737 di Yogyakarta berdampak masalah keuangan kembali terjadi di pihak Garuda. Hal ini diperparah dengan sanksi Uni Eropa yang melarang semua pesawat maskapai Indonesia menerbangi rute Eropa.

Setelah kembali menata krisis keuangan yang melanda Garuda.

Garuda mulai mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 11 Februari 2011. Selain itu, Garuda juga menjadi sponsor dalam pagelaran SEA Games 2011 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Pada tahun 2012, Garuda Indonesia juga menjalin kerjasama dengan salah satu klub sepak bola Inggris, Liverpool FC sebagai Partner Resmi Liverpool FC dan Partner Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC. Hingga saat ini Garuda Indonesia tetap menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dalam penerbangan.

2. Visi dan Misi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk a. Visi Perusahaan

β€œMenjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia”

b. Misi Perusahaan

β€œSebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna

menjunjung pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional”

3. Anggaran Dasar PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 yang dibuat di hadapan Soeleman Ardjasasmita, Notaris di Jakarta dan memperoleh status badan hukum sesuai Surat Keputusan Menteri Kehakiman tertanggal 23 Juni 1975 nomor: Y.A.5/225/8. Anggaran Dasarnya telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir diubah dengan Akta Notaris nomor 12 tanggal 07 Februari 2020 yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, SH Notaris di Jakarta Selatan, yang persetujuan perubahan Anggaran Dasarnya telah diterima dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor: AHU- 0014970.AH.01.02. Tahun 2020 tanggal 20 Februari 2020, dengan alamat Kantor Pusat di Jalan Kebon Sirih Nomor 46A, Jakarta Pusat.

4. Struktur Organisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menggunakan tipe atau bentuk organisasi garis dan staf. Hal ini disebabkan Garuda sebagai perusahaan udara sangat membutuhkan pimpinan dan karyawan yang terampil dan berdedikasi tinggi dalam tugas pada perusahaan tersebut. Pimpinan memberikan perintah yang bersifat komando. Dalam hal ini bawahan dapat mengerti dan melakukan perintah tersebut.

Adapun susunan direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada saat ini adalah sebagai berikut:

Direktur Utama : Irfan Setiaputra Direktur Teknik : Rahmat Hanafi

Direktur SDM dan Umum : Aryaperwira Adileksana Direktur Keuangan : Prasetyo

Direktur Operasi : Tumpal Manumpak Hutapea Direktur Niaga : Ade R Susardi

Untuk lebih jelasnya, berikut ini digambarkan bagan organisasi perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Gambar 4. 1

Struktur Organisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Sumber: garuda-indonesia.com

Fungsi-fungsi organisasi di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

a. Tugas dan wewenang Direktur Utama Garuda (Chief Executive Officer) Tugas pokok Direksi adalah:

1) Melaksanakan kepengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan dan bertindak selaku pimpinan dalam kepengurusan tersebut.

2) Memelihara dan mengurus kekayaan perseroan.

b. Direktorat Strategi dan Umum (EVP Strategy dan Corp. Affairs) Corporate Planning, Human Resources Development, Corporate Communication dan Corporate Security adalah unit-unit yang menjalankan, fungsi strategis dan fungsi umum yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Strategi dan Umum.

1) Corporate Secretary adalah unit yang menjalankan fungsi-fungsi legal dan umum perusahaan yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direksi.

2) Corporate System Support dan Development adalah unit yang menjalankan fungsi pengembangan system perusahaan yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direksi.

3) Aviation Safety adalah unit yang menjalankan fungsi keselamatan penerbangan yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direksi Utama.

4) Internal Audit adalah unit yang menjalankan fungsi pengawasan internal yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

5) Perwakilan Setempat adalah unit yang menjalankan fungsi pemasaran dan penjualan serta bertindak sebagai perwakilan perusahaan untuk wilayah pasar yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direksi.

c. Direktorat Keuangan (EVP Finance)

Treasury Management, Financial Accounting, Manajerial Accouting dan Controlling adalah unit-unit yang menjalankan fungsi manajemen keuangan, yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan.

d. Direktorat Niaga (EVP Commercial)

Marketing Development, Network Management, Passenger Services, Revenue Management, Cargo, Haji/Umroh/Workers adalah unit-unit yang menjalankan fungsi niaga perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan, yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Niaga.

e. Direktorat Teknik (EVP Engineering & Maintenance)

Line Maintenance, Engineering Material, Quality Assurance dan Technical Cooperation dan System Development adalah unit-unit yang menjalankan fungsi perawatan armada yang memenuhi standar internasional, yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Teknik.

f. Direktorat Operasi (EVP Operation)

Flight Safety, Operation Planning dan Control, Flight Operations, Cabin Services dan Operation Support dan Development adalah unit- unit yang menjalankan fungsi operasional penerbangan yang memenuhi

persyaratan keselamatan penerbangan serta kenyamanan pemakai jasa penerbangan, yang dalam kegiatannya bertanggung jawab kepada Direktur Operasi.

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

Untuk menjelaskan potensi financial distress pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk maka digunakan model prediksi financial distress yaitu model Grover. Di dalam model Grover, terdapat rasio-rasio keuangan yang merupakan variabel dari penelitian ini. Sebelum melakukan analisis terhadap potensi financial distress pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, maka akan dipaparkan terlebih dahulu data-data keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang digunakan dalam perhitungan model Grover. Data-data keuangan tersebut diambil dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.

Adapun data-data keuangan dari laporan posisi keuangan pada tabel 4. 1 dan laporan laba rugi pada tabel 4. 2 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang digunakan dalam perhitungan model Grover periode 2016 sampai dengan 2020 sebagai berikut.

Tabel 4. 1

Data-Data Keuangan Laporan Posisi Keuangan (dalam USD)

Sumber: Data diolah, 2022

Tabel 4. 2

Data-Data Keuangan Laporan Laba Rugi (dalam USD)

Tahun

Laba Sebelum Bunga dan

Pajak

Laba Bersih

2016 17,790,700 8,069,365

2017 (158,180,637) (216,582,416) 2018 (221,052,484) (179,236,723)

2019 52,260,433 6,986,140

2020 (2,603,049,577) (2,443,042,762) Sumber: Data diolah, 2022

2. Analisis Data

a. Perhitungan Variabel-Variabel Model Grover

Dalam persamaan model Grover terdapat variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung G-Score. Variabel-variabel tersebut diantaranya, yaitu Working Capital to Total Asset (𝑋1) yang merupakan komponen rasio likuiditas, Earnings Before Interest and Taxes to Total

Tahun Aset Lancar Total Aset Utang Lancar 2016 1,165,133,302 3,737,569,390 1,563,576,121 2017 986,741,627 3,763,292,093 1,921,846,147 2018 1,092,915,831 4,167,616,300 2,976,385,526 2019 1,133,892,533 4,455,675,774 3,257,836,267 2020 536,547,176 10,789,980,407 4,294,797,755

Asset (𝑋3) dan Net Income to Total Asset (ROA) yang merupakan komponen rasio profitabilitas.

1) Working Capital to Total Asset (𝑋1)

Working Capital to Total Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan model kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Working Capital to Total Asset (𝑋1) adalah sebagai berikut:

𝑋1 =π‘Šπ‘œπ‘Ÿπ‘˜π‘–π‘›π‘” πΆπ‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘™ π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

π‘Šπ‘œπ‘Ÿπ‘˜π‘–π‘›π‘” πΆπ‘Žπ‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘™ = 𝐴𝑠𝑒𝑑 π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ βˆ’ π»π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ

Adapun besarnya Working Capital to Total Asset (𝑋1) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada periode 2016 sampai dengan 2020 yang dinyatakan dalam mata uang Amerika Serikat (USD) adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 3

Working Capital to Total Asset (X1)

Tahun Aset Lancar Utang Lancar Total Aset

Working Capital to Total Asset

(X1) 2016 1,165,133,302 1,563,576,121 3,737,569,390 -0.107 2017 986,741,627 1,921,846,147 3,763,292,093 -0.248 2018 1,092,915,831 2,976,385,526 4,167,616,300 -0.452 2019 1,133,892,533 3,257,836,267 4,455,675,774 -0.477 2020 536,547,176 4,294,797,755 10,789,980,407 -0.348

Sumber: Data diolah, 2022

Pada tabel 4. 3 dapat diketahui bahwa Working Capital to Total Asset (𝑋1) pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2019 memperoleh hasil yang terus menurun dan bernilai negatif. Pada tahun 2020, WCTA mengalami peningkatan namun masih bernilai negatif. Hasil negatif tersebut diperoleh karena working capital (modal kerja) yang dimiliki perusahaan negatif atau utang lancar lebih besar dari pada aset lancar.

2) Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset (𝑋3)

Earning Before Interest and Taxes to Total Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasi perusahaan terhadap total aset.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset (𝑋3) adalah sebagai berikut:

𝑋3 =πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΅π‘’π‘“π‘œπ‘Ÿπ‘’ πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘‘ π‘Žπ‘›π‘‘ π‘‡π‘Žπ‘₯𝑒𝑠 π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

Adapun besarnya Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset (𝑋3) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada periode 2016 sampai dengan 2020 yang dinyatakan dalam mata uang Amerika Serikat (USD) adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 4

Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset (X3)

Tahun

Laba Sebelum Bunga dan

Pajak

Total Aset

Earning Before Interest and Taxes to Total

Asset (X3) 2016 17,790,700 3,737,569,390 0.005 2017 (158,180,637) 3,763,292,093 -0.042 2018 (221,052,484) 4,167,616,300 -0.053 2019 52,260,433 4,455,675,774 0.012 2020 (2,603,049,577) 10,789,980,407 -0.241

Sumber: Data diolah, 2022

Pada tabel 4. 4 menunjukkan bahwa Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (X3) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan dan bernilai negatif. Kemudian, pada tahun 2019, EBITTA mengalami peningkatan. Namun, pada 2020, EBITTA kembali menurun dan bernilai negatif. Hasil negatif tersebut diperoleh karena perusahaan memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang negatif atau mengalami kerugian.

3) Net Income to Total Asset (ROA)

Net Income to Total Asset (ROA) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset,

Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Income to Total Asset (ROA) adalah sebagai berikut:

ROA

=

𝑁𝑒𝑑 πΌπ‘›π‘π‘œπ‘šπ‘’

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑

Adapun besarnya Net Income to Total Asset (ROA) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada periode 2016 sampai dengan 2020 yang dinyatakan dalam mata uang Amerika Serikat (USD) adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 5

Net Income to Total Asset (ROA)

Tahun Laba Bersih Total Aset

Net Income to Total Asset

(ROA) 2016 8,069,365 3,737,569,390 0.002 2017 (216,582,416) 3,763,292,093 -0.058 2018 (179,236,723) 4,167,616,300 -0.043 2019 6,986,140 4,455,675,774 0.002 2020 (2,443,042,762) 10,789,980,407 -0.226

Sumber: Data diolah, 2022

Pada tabel 4. 5 dapat diketahui bahwa Net Income to Total Asset (ROA) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan dan bernilai negatif. Kemudian, pada tahun 2019, NITA mengalami peningkatan. Namun, pada 2020, NITA kembali menurun dan bernilai negatif. Hasil negatif tersebut diperoleh karena perusahaan memiliki laba bersih yang negatif atau mengalami kerugian.

b. Hasil Perhitungan Model Grover

Setelah menentukan nilai tiap variabel, kemudian menghitung G- Score dengan rumus sebagai berikut:

G-Score = 1.650𝑋1+ 3.404𝑋3+ 0.016𝑅𝑂𝐴 + 0.057

Keterangan:

X1 = Working Capital/Total Asset

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Asset ROA= Net Income/Total Asset

Kategori skor perusahaan model Grover adalah sebagai berikut:

1) Jika skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z ≀ - 0,02), maka perusahaan dikategorikan dalam kondisi bangkrut (Financial distress).

2) Jika skor lebih atau sama dengan 0,01 (Z β‰₯ 0,01), maka perusahaan dikategorikan dalam kondisi tidak bangkrut (Nondistres).

Setelah dilakukan perhitungan model Grover dengan menggunakan data laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020, maka hasilnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut ini.

Tabel 4. 6

Hasil Perhitungan G-Score

Variabel 2016 2017 2018 2019 2020

X1 -0.107 -0.248 -0.452 -0.477 -0.348 X3 0.005 -0.042 -0.053 0.012 -0.241 ROA 0.002 -0.058 -0.043 0.002 -0.226 G-Score -0.103 -0.497 -0.870 -0.690 -1.343 Kategori Distress Distress Distress Distress Distress

Sumber: Data diolah, 2022

Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2016 perusahaan memilki G-Score sebesar

-0.103, pada tahun 2017 sebesar -0.497, pada tahun 2018 sebesar - 0.870, pada tahun 2019 sebesar -0.690, dan pada tahun 2020 sebesar -1.343. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, perusahaan dalam kondisi bangkrut (financial distress).

C. Pembahasan

1. Hasil Perhitungan Variabel-Variabel Model Grover

Dalam model Grover terdapat variabel-variabel yang digunakan untuk memprediksi financial distress. Variabel-variabel tersebut diantaranya, yaitu Working Capital to Total Asset (𝑋1), Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset(𝑋3), dan Net Income to Total Asset(ROA).

a. Working Capital to Total Asset (π‘ΏπŸ)

Working Capital to Total Asset (𝑋1) merupakan salah satu komponen rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan modal bersih dari keseluruhan aset yang dimilikinya. Berikut adalah grafik Working Capital to Total Asset (X1) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Periode 2016 sampai dengan 2020.

Gambar 4. 2

Working Capital to Total Asset (X1)

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil penelitian, Working Capital to Total Asset (X1) mengalami penurunan dan peningkatan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2016 sampai dengan 2019 disebabkan karena adanya utang lancar lebih besar daripada aset lancar sehingga perusahaan memperoleh working capital (modal kerja) yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu mememuhi kewajiban lancarnya. WCTA yang menurun hingga bernilai negatif menujukkan perusahaan memiliki kemampuan yang kurang baik dalam menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Sedangkan, peningkatan yang terjadi pada tahun 2020 disebabkan karena adanya peningkatan yang signifikan pada total aset sehingga terjadi peningkatan nilai WCTA pada tahun tersebut.

Walaupun terjadi peningkatan, WCTA pada tahun 2020 masih bernilai negatif.

b. Earning Before Interest and Taxes (π‘ΏπŸ‘)

Earning Before Interest and Taxes (𝑋3) adalah satu satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat menutupi kewajibannnya. Berikut adalah grafik dari Earning Before Interest and Taxes (X3) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Periode 2016 sampai dengan 2020.

Gambar 4. 3

Earning Before Interest and Taxes (X3)

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil penelitian, Earning Before Interest and Taxes (X3) mengalami penurunan dan peningkatan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2017, 2018, dan 2020 disebabkan karena adanya penurunan serta bernilai negatif atau mengalami kerugian pada laba sebelum bunga dan pajak sehingga menghasilkan EBITTA yang negatif.

Penurunan EBITTA hingga bernilai negatif menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan yang buruk dalam menggunakan keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba sebelum bunga dan pajak. Sedangkan

peningkatan yang terjadi pada tahun 2019 disebabkan karena adanya peningkatan laba sebelum bunga dan pajak. Peningkatan EBITTA menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan baik dalam menggunakan keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba sebelum bunga dan pajak.

c. Net Income to Total Asset (ROA)

Net Income to Total Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari aktiva yang digunakan. Berikut adalah grafik Net Income to Total Asset (ROA) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Periode 2016 sampai dengan 2020.

Gambar 4. 4

Net Income to Total Asset

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil penelitian, Net Income to total Aset (ROA) mengalami penurunan dan peningkatan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2017, 2018, dan 2020 disebabkan karena adanya penurunan serta

bernilai negatif atau mengalami kerugian pada laba bersih sehingga menghasilkan ROA yang negatif. Penurunan ROA hingga bernilai negatif menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan yang buruk dalam menggunakan keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba bersih.

Sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahun 2019 disebabkan karena adanya peningkatan laba bersih. Peningkatan ROA menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan baik dalam menggunakan keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba bersih.

2. Hasil Perhitungan Model Grover

Berdasarkan hasil penelitian, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki G-Score yang fluktuatif. Berikut adalah grafik G-Score PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Periode 2016 sampai dengan 2020.

Gambar 4. 5

Hasil Perhitungan G-Score

Sumber: Data diolah, 2022

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2016 sampai dengan 2020 menunjukkan perusahaan dalam keadaan bangkrut (financial

distress). Pada tahun 2016, G-Score sebesar -0.103 atau memperoleh nilai kurang dari nilai cut off sebesar -0,02 artinya perusahaan dalam kondisi bangkrut atau financial distress. Hal tersebut disebabkan oleh modal kerja pada perusahaan yang negatif yang artinya perusahaan tidak dapat menutupi utang lancarnya.

Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2016 dipengaruhi perlambatan ekonomi global yang berdampak pada kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang mempengaruhi tingkat daya beli konsumen dan pertumbuhan industri penerbangan. Bencana alam yang melanda berbagai wilayah Indonesia seperti banjir, puting beliung, tanah longsor, kebakaran hutan, dan gempa bumi yang mengakibatkan kinerja perusahaan kurang maksimal disebabkan menurunnya minat konsumen menggunakan jasa penerbangan atau konsumen menunda penerbangan atau membatalkan penerbangan. Layanan haji pada tahun 2016 mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan harga tiket haji oleh pemerintah Indonesia serta penurunan ini juga disebabkan oleh pengururangan kouta haji yang diberlakukan oleh pemerintahan Arab Saudi terkait renovasi Masjidil Haram.

Selain itu, perusahaan dihadapkan peningkatan utang. Walaupun harga bahan bakar avtur pesawat menurun, perusahaan harus menanggung beban usaha yang meningkat dari tahun sebelumnya akibat peningkatan biaya perbaikan dan pemeliharaan pesawat seiring penambahan armada dan beban bandara.

Pada tahun 2017, G-Score sebesar -0.497 atau memperoleh nilai kurang dari nilai cut off sebesar -0,02 artinya perusahaan dalam kondisi

Dokumen terkait