• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR (Halaman 59-66)

B. Data dan Sumber Data 1. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar yang melakukan kegiatan perkuliahan di lingkungan kampus.Alasan pemilihan Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai tempat penelitian karena peneliti menganggap bahwa Unismuh merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang unggul di kawasan Indonesia bagian timur.Inilah yang menyebabkan kampus ini banyak didatangi oleh calon peserta didik yang datang dari berbagai daerah untuk mendaftar sebagai calon mahasiswa di perguruan tinggi ini.Kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan yakni mahasiswa menimbulkan salin pengaruh antara B1 dan B2. Kontak bahasa ini terjadi pada diri individu yang menggunakan dua bahasa tersebut secara bergantian pada situasi yang berbeda dan umumnya bahasa yang paling dikuasai oleh mahasiswa dwibahasawan akan berpengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa berikutnya.Pemilihan sumber data yangdipilih menggunakan teknik random.Meneliti memilih sampel secara acak di lingkungan kampus Unismuh Makassar.Suber data (mahasiswa) disadap diberbagai tempatseperti parkiran kampus, gedung perkuliahan, gedung UKM, dan halte kampus.

2. Informan

Selain sumber data di atas peneliti juga menggunakan sumber data dari beberapa tenaga pengajar (dosen) Universitas Muhammadiyah Makassar yang dijadikan sumber penelitian sebagai informan melalui wawancara tentang informasi data yang diperlukan karena dosenmerupakan orang yang paling dekat dengan sumber data (mahasiswa).

C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, digunakan beberapa teknik :

1. Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik sadap kemudian dilanjutkan dengan teknik mencatat.Salah satu teknik pengumpulan data dikumpulkan menggunakan daftar rekaman yang diisi oleh mahasiswa yang ditunjuk sebagai sampel.Daftar rekaman tersebut berisi ujaran sehari-hari mahasiswa tersebut, kemudian direkam secara cermat oleh peneliti setiap hari selama sebulan.

Data dalam penelitian ini berupa bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam tuturan lisan mahasiswa FKIP Unismuh Makassar yang dikumpulkan peneliti.Selanjutnya kalimat-kaimat tersebut dideskripsikan atau dituliskan dalam bentuk tabel dengan mendaftar atau mengurutkan mulai dari waktu kata itu diujarkan.Penulisan data

disertai pengkodean data (kode data).Kemudian bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam tuturan lisan mahasiswa FKIP Unismuh Makassaryang ada dalam rekaman tersebut ditulis untuk kemudahan dan kecepatan analisis data.

2. Teknik Klasifikasi

Teknik klasifikasi data artinya data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut individual yang mengungkapkan pengambilan data dengan cuplikan waktu yang dipilih dan dipandang tepat untuk pengumpulan informasi sesuai dengan permasalahan yang dikaji (Sutopo, 2002: 56). Dalam hal ini, peneliti memilih dan menetapkan jumlah hari.Setiap minggu diambil tiga hari dan dipilih hari Senin, Selasa, dan Rabu.Peneliti menetapkan tiga hari dalam satu minggu. Maka, dokumen penelitian yang akan terkumpul selama satu bulan penuh yaitu bulan Januari 2015 sebanyak 14 dokumen penelitian. Sedangkan alasan penetapan hari Senin, Selasa, dan Rabu, karena ketigahari tersebut dipandang oleh peneliti merupakan dimana jadwal perkuliahan di Unismuh Makassar sangat padat sehingga banyak mahasiswa yang datang ke kampus.

3. Teknik Intropeksi

Data-data tuturan interferensi sintaksis dalam tuturan lisan mahasiswa FKIP Unismuh Makassaryang telah diklasifikasikan, dicek keabsahannya sebelum dilakukan analisis.Teknik ini digunakan apabila terdapat data yang diragukan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir atau flow model of analisis, mengingat karakteristik data dan pengumpulan data dalam penelitian ini. Sesuai dengan pernyataan Arikunto (1993:18) bahwa pelaksanaan analisis data pada penelitian kualitatif dapat dilakuan dengan model analisis mengalir (flow model of analisis). Pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dokumen sudah dilakukan dalam kegiatan pengumpulan data. Kemudian proses reduksi data dilakukan pada saat pengumpulan data. Selain itu, juga dilakukan penyajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Dengan kata lain, komponen- komponen penelitian tersebut masih menjalin dan tetap dilakukan sampai waktu pengumpulan data selesai dan berakhir pada proses penulisan laporan penelitian.

Ada empat komponen dalam model analisi mengalir, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data atau disply data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Penjelasan dari tiap-tiap komponen tersebut dituliskan di bawah ini:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan secara cermat dan teliti sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan.

2. Reduksi data

Reduksi data dilakukan pada sumber data yang telah dikumpulkan.Yang sebelumnya data yang digunakan telah ditentukan yaitu bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam tuturan lisan mahasiswa FKIP Unismuh Makassar. Dengan kata lain, data yang dianggap kurang atau tidak mewakili dalam penerapan teori yang ada akan direduksi atau tidak digunakan.

3. Penyajian data atau display data

Data yang sudah direduksi selanjutnya disajikan dalam sebuah informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.Adapun data yang disajikan berupa ujaran di dalamnya ditengarai merupakan bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam tuturan lisan mahasiswa FKIP Unismuh Makassar.

4. Penarikan simpulan

Penarikan simpulan secara sederhana sudah dilakukan sejak awal pengumpulan data. Simpulan akan semakin mantap dan berakhir pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar bisa dipertanggungbugisbkan.Verifikasi dilakukan dengan penelusuran berkas data secara cepat karena dimungkinkan ada kekurangcermatan peneliti pada waktu penyajian data.

E. Batasan Istilah

Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka perlu dijelaskan batasan istilah yang terdapat di dalam penelitian. Adapun istilah tersebut adalah:

1. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yg arbitrer, yang digunakan oleh seseorang untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri;

2. Fonologi adalah Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

3. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian dalam bab ini akan menerangkan hasil-hasil penelitian mengenai interferensi sintaksis bahasa Daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Berdasarkan data yang diperoleh sejumlah gejala interferensi itu seperti terurai pada bagian berikut ini.

A. Beberapa Gejala Interferensi Sintaksis

1. Ada beberapa gejala interferensi sintaksis bahasa Daerah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar dalam tuturan lisan adalah (1) penanggalan subjek, (2) urutan kata, (3) penggunaan kata ganti yang berlebihan, (4) penggunaan partikel agentif sama untuk menggantikan partikel agentif oleh, (5) penggunaan partikel sama untuk menyatakan kepada, (6) penggunaan partikel sama untuk menyatakan dengan, (7) penggunaan partikel proposisi di untuk menggantikan patikel preposisi ke. (8) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi pada, (9) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi dari, (10) penanggalan partikel pada untuk menytakan waktu, (11) penggunaan kata baru sebagai kata tumpuan kalimat,

(12) penanggalan preposisi oleh dalam kalimat pasif yang bersifat wajib, (13) pengingkaran di awal kalimat. (14) pemakaian kata ganti.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka setiap komponen tersebut akan disajikan dalam bentuk contoh-contoh data.

1. Penanggalan Subjek

Gejala penanggalan subyek hanya terlihat dalam kalimat pemberitaan aktif, sedangkan dalam kalimat pemberitaan pasif gejala ini tidak ditemukan. Contoh data interferensi sebagai berikut:

(1) Bapak menyuruh membuatmakalah.

(2) Mungkin tidak membayar juga.

(3) Membina juga di Hartaco, dua tempatnya mengajar.

Analisis :

a. Salah satu matra keumuman bahasa-bahasa adalah adanya unsur fungsi sintaksis yang sama, yaitu terdiri dari sebuah subjek dan predikat (Sudaryanto, 1992 : 9). Subjek dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata ganti, kata benda, kata kerja, kelompok kata, kelompok kata yang dimulai kata yang, atau barang siapa, kalimat yang dimulai dengan bahwa, bahwasanya, ( Slametmulyana dalam Kamaruddin, dkk, 1998: 56 ). Berdasarkan tuturan mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kalimat dalam

data tersebut tidak mempunyai subyek pelaku yang mendahului predikatnya, sehingga diperoleh bentuk yang seharusnya :

(1) Bapak menyuruh membuat makalah.

(2) Mungkin mereka tidak membayar juga.

(3) Dia membina juga di Hartako, dua tempat mengajarnya.

b. Dalam bahasa Daerah, kata ganti umumnya tidak dinyatakan berupa kata ganti yang berdiri sendiri, sebelum predikat seperti dalam bahasa Indonesia. Untuk menyatakan subjek itu, bahasa Daerah umumnya menggunakan sufiks yaitu –ak, -kik untuk orang pertama, -ko atau –kik untuk orang kedua, dan –I untuk orang ketiga walaupun bahasa Daerah mempunyai kata ganti untuk masing-masing persona I, II, III tersebut. Pola inilah yang mempengaruhi dwibahasawan Daerah-Indonesia menanggalkan subjek pelaku misalnya :

(1) Alakik inanre maega.

(2) Laoko baliwi majjama tomatowannu.

(3) Maelo manengngi lao ri Pare – pare anak sikolae.

Dengan demikian, di depan predikat yang digarisbawahi pada contoh di atas seharusnya ada kata ganti atau kata lain yang bertindak sebagai subjek pelaku.

2. Urutan Kata

Interferensi akibat pengurutan kata yang menyimpang dari kaidah-kaidah atau pola bahasa Indonesia dapat terjadi pada tataran kalimat ataupun prase.

a. Penempatan subjek pelaku di belakang kalimat dalam kalimat aktif.

Contoh Data Interferensi :

(1) Padahal, di rumahnya menunggunya.

(2) Kalau memasukkan judul orang, kayaknya tidak segampang dulu.

(3) Harus banyak membaca orang itu baru jadi.

(4) Mesti berjalan orang.

(5) Selalu menangis mamaknya.

Analisis :

b. Dalam kalimat aktif bahasa Indonesia dikenal susunan S - P ( subjek predikat). Pola inilah yang merupakan pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Walaupun terdapat susunan predikat – subjek itu adalah akibat kaidah transpormasi yakni permutasi yang berfungsi pemfokusan. Berdasarkan pola dasar bahasa Indonesia, maka pada data di atas seharusnya berbentuk :

(1) Padahal anaknya menunggu di rumahnya.

(2) Kalau orang mau memasukkan judul, kayaknya tidak segampang dulu.

(3) Orang harus banyak membaca baru bias jadi.

(4) Orang mesti berjalan.

(5) Mamaknya selalu menangis.

c. Pola dasar bahasa Daerah mengenal susunan P–S (predikat - subjek) yang Subjeknya dinyatakan dengan sufiks –ak / -kik untuk orang I, -ko /- kik untuk orang II, dan –I untuk orang III. Pola dasar kalimat P – S ini hanya dapat diubah menjadi susunan S – P kalau terjadi pemfokusan terhadap subyek sehingga diterapkan kaidah transformasi yakni permutasi.

d. Oleh karena pola dasar kalimat bahasa Daerah bersusunan P – S, maka dwibahasawan Daerah – Indonesia cenderung menerapkan kaidah bahasa Daerah ini ke dalam pemakaian bahasa Indonesia terutama yang belum dapat memisahkan secara tegas kedua kaidah yang berbeda ini ke dalam penggunaan bahasanya.

e. Penempatan deiktis sebelum kata yang ditunjuknya.

Interferensi akibat penempatan deiktis sebelum kata yang ditunjuknya dapat dilihat ada kalimat di bawah ini:

(1) Mengapa itu orang demoterus ?

(2) Biasanya itu teman-teman walaupun dia tahu bahwa mau prosentase selalu juga mengharapkan kita.

(3) Memang itu skripsi harus punya manfaat teoritis.

(4) Itu tman-teman tidak ada rasa tanggun bugisbnya.

(5) Memang itu skripsi harus punya manfaatsecara teoritis.

(6) Baru itu definisi operasional berbeda sekali dengan definisi istilah.

(7) Itu yang mau cepat selesai punya orientasi yang jelas.

(8) Itu aktivitas dongeng bias berhenti kalau sudah sarjana.

(9) Itu judul yang cocok buat kamu.

(10) Karena itu judul ada semua kelemahannya.

(11) Harus diupayakan betul, supaya itu judulyang terbaik yang dipilih.

(12) Itu film bias juga diangkat menjadi skripsi.

(13) Jadi itu dongeng, ada nilai pelajaran di dalamnya (14) Ini kerja sosial namanya.

(15) Pernah itu dosen berkata,”apa kegiatanmu di situ?”

(16) Kesibukan apa saja pada waktu kamu mengurus itu festival?

(17) Bagaimanakah itu keadannyasenat ? Analisis :

a. Dalam bahasa Indonesia, deiktis sebagai perangkat frase selalu ditempatkan sesudah kata yang ditunjukinya.

Berdasarkan susunan ini, bentuk-bentuk yang terdapat dalam kalimat data di atas, seharusnya sebagai berikut:

(1) Mengapa orang itu demoterus?

(2) Biasanya teman-teman itu, walaupun dia tahu bahwa mau presentase selalu juga mengharapkan kita.

(3) Memang, skripsi itu harus mempunyai manfaat teoritis.

(4) Teman-teman itu tidak ada rasa tanggun-bugisbnya.

(5) Definisi operasional itu berbeda sekali dengan definisi istilah.

(6) Yang mau cepat selesai itu, punya orientasi yang jelas.

(7) Aktivitas dongeng itu, bias berhenti kalau sudah sarjana.

(8) Judul itu yang cocok buat kamu.

(9) Karena biasanya, judul itu ada semua kelemahannya.

(10) Harus diupayakan betul, supaya judul itu, yang terbaik yang dipilih.

(11) Jadi dongeng itu, ada nilai pelajaran di dalamnya.

(12) Kerja sosial ini namanya.

(13) Pernah dosen itu berkata,”apa kegiatanmu di situ?”

(14) Film itu bias juga diangkat menjadi skripsi.

(15) Kesibukan apa saja pada waktu kamu mengurus festival itu?

(16) Bagaimana keadaan senat itu?

b. Pola penggunaa deiktris dalam bahasa Daerah ialah deiktris boleh mendahului dan boleh pula mengikuti kata yang ditunjukinya.

Contoh:

1. Iaro manu e

2. Iaro to matoa e maeloi cemme ri salo e

Apabila deiktris mendahului kata yang ditujukinya, maka kata yang ditunjuknya mendapat akhiran -e.

c. Akibat pola penggunaan deiktris bahasa daerah ini memungkinkan dwibahasawan Daerah-Indonesia yang belum mengetahui bentuk penggunaan deiktris bahasa Indonesia menempatkan deiktris di muka kata yang ditunjuknya.

3. Penggunaan Kata Ganti Yang Berlebihan Contoh data interferensi :

1. Apakah anda mau melihat Ketuanya IMM FKIP ? 2. Perjuangan untuk menarik simpatinya rakyat.

3. Apakah penghasilan utamanya penduduk di sini ?

4. Sambutannya masyarakat waktu pertama datang kesana.

5. Keluarganya Rahman berada di Palu sekarang.

6. Mereka memancing emosinya keamanan.

7. Ia mengatakan bahwa banyak juga urusannya HMJ.

Analisis :

a. Dalam bahasa Indonesia, pola konstruksi posesif seperti di atas kurang tepat. Konstruksi posesif yang dimaksudkan adalah kata benda tambah morfem terikat-nya ditambah dengan kata benda.

Konstruksi posesif yang unsure-unsurnya memiliki hubungan posesif tidak menggunakan imbuhan morfem terikat –nya. Melainkan diperkirakan dengan kaaidah formal B Ø B atau cukup dengan B B saja. Dengan demikian maka data di atas seharusnya :

1. Apakah anda mau melihat ketua IMM FKIP ? 2. Perjuangan untuk menarik simpatik rakyat.

3. Apakah penghasilan utama penduduk di sana ? 4. sambutan masyarakat waktu pertama datang kesana.

5. Keluarga rahman berada di Palu sekarang.

6. Mereka memncing emosi keamanan.

7. Ia mengatakan bahwa banyak juga urusanHMJ.

b. Dalam bahasa Daerah konstruksi posesif semacam itu dinyatakan dengan pola. Dengan demikian maka dapatlah ditemukan bentuk antara lain:

1. Bolana pamarenta. 1. Rumahnya pemerintah 2. Sepatunna anak sikola e 2. Sepatunya anak sekolah c. Bentuk kontruksi posesif seperti di atas terjadi akibat interferensi kontruksi posesif bahasa daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia, bagi dwibahasawan Daerah-Indonesia.

4. Penggunaan partikel agentif sama untuk menggantikan partikel agentif oleh pada kalimat pasif.

Contohdatainterferensi:

(a) Ia dibantu sama temannya yang bernama sanusia.

(b) Ada dijjual sama Bu Yuli.

(c) Hal ini tidak sempat diketahui sama samua desa.

Analisis:

a. Kalimat pasif dalam bahasa Indonesia oleh slamet mulyana dibentuk dengan rumus sebagai berikut:

Gatra pangkal + kata kerja dengan awalan di-, atau didahului oleh kau, ku, dan yang sederajat dengan itu.(Slamet Mulyana dalam kamaruddin, dkk, 1978:82). Berdasarkan rumusan tersebut di atas, dapat dikemukakan contoh antara lain:

(1) Rumah itu selalu dibersihkan oleh Andi.

(2) Anak kecil itu dtabrak mobil kemarin.

(3) Saya dipukul oleh ibu guru kemarin.

Pemakaian partikel agentif oleh dalam kalimat pasif B1 bersifat mana suka, kecuali kalau pelaku difokuskan atau pelaku disela oleh keterangan atau kata lain dengan predikat pemakainnya bersifat wajib.

Contoh:

(1) Pesananmu telah dipenuhi oleh ibuku.

(2) Tugas itu telah selesai dikerjakan oleh adik.

Dengan demikian, partikel sama pada data di atas seharusnya dinyatakan dengan partikel agentif oleh.

b. Rumusan kalimat pasif bahasa daerah dapat dianalogikan dengan rumusan kalimat pasif bahasa Indonesia dari Slamet Maulyana (dalam Kamaruddin, 1978:83) sebagai berikut:

(Gatral pangkal) + (sufiks KG) + (partikel agentif ri- + pelaku).

Apabila pelaku dinyatakan maka pemakaian partikel agentif ri bersifat wajib asal kata kerjanya juga berimbuhan ri. Bentuk agentif ri tersebut merupakan bentuk partikel agentif yang satu-satunya dalam nahasa daerah. Contoh:

1. Ritikkengngi La Mellongri polisie.

*ditangkap ia La Mellong oleh polisi itu.

(La Mellong ditangkap oleh polisi itu).

2. Rilellungngi La Baso rinenekna.

*Dikejar ia La Baso oleh neneknya.

(La Baso dikejar oleh neneknya) 3. Utti ku taneng.

*Pisang saya tanam (Pisang saya tanam)

4. Pong pao natebbang La Beddu.

*Pohon mangga ditebang La Beddu.

(Pohon mangga ditebang (oleh) La Beddu).

Sebagai prtikel direktif, ri (BB) berpadanan dengan di, ke, dari, kepada, pada (BI). Kata pada (BI) sering diganti dengan sama pada pemakaian sehari-hari. Umpamanya:

Buku itu ada sama kakak.

*(Buku itu ada pada kakak).

5. Penggunaan partikel sama untuk menyatakan kepada (ke). Contoh data interferensi.

(a) Tetapi tidak ada yang mereka lakukan sebagai wujud sumbangsihnya samabangsa dan Negara.

(b) Dia membawa daging, tetapi kita pulang kampung semua, akhirnya daging itu diberikan sama orang lain.

(c) Akhirnya, kita kayak jengkel sama mereka.

(d) Sering menghadap sama pembimbing.

(e) Hal itu kta serahkan saja sama Allah.

6. Penggunaan artikel sama untuk menyatakan dengan. Contoh data interferensi:

(a) Apakah ibu desa tidak cemburu kalau kita dekat sama pak desa ? (b) Hal itu berawal karena persoalan sedikit sama korcam.

(c) Ia, karena dosenku belum datang, pak…. Sama pak ……

(d) Saya mendapat banyak judul, tetapi judul lagu sama judul sinetron.

Analisis:

a. Dari contoh data interferensi yang tertuliskan pada data 5 dan 6 diatas, ditemukan penggunan kata samauntuk menyatakan

kepada dan dengan. Dalam bahasa Indonesia dengan merupakan preposisi yang berfungsi menandai hubugan kesertaan atau cara, sedangkan kepada merupakan preposisi gabungan yang berfungsi menandai hubungan arah ke suatu tempat.

b. Karena partikel ri- dalam bahasa daerah cenderung mengalami over-differentiation dengan partikel dengan dan sama, serta kepada dalam bahasa Indonesia.

c. Kepada partikel ri- dalam bahasa daerah selain sebagai partikel direktif juga sebagai partikel agentif (yang dalam bahasa Indonesia dibedakan dan di nyatakan dengan oleh), maka dwibahasawan Daerah-Indonesia cenderung tidak membedakan kedua partikel tersebut, sehingga partikel agentif oleh dalam bahasa Indonesia sering diganti dengan partikel konektif dengan atau sama.

7. Penggunaan partikel preposisi di untuk menggantikan partikel preposisi ke Contoh data interferensi:

(a) Setelah itu, kita jalan-jalan di maros.

(b) Tidak lagi pernah pergi di sana.

(c) Karena mahasiswa itu, menyuruhnya untuk mengantar pergi di mana-mana.

(d) Mobil yang di pakai pergi di sungguminasa.

(e) Teman itu datang di rumah dulu.

(f) Saya, kalau pergi dikampus, ….

(g) Kalau dulu, saya bias pergi di organisasi.

(h) ….. pergidi tempat-tempat lain.

(i) ….., saya mendingan saja pulang di rumah tidur.

(j) Ada tadi teman, tetapi sudah kembali lagi di ruangan.

(k) Orang pergi disana turut meramaikan saja.

(l) Saya malu pergi di situ bertanya.

Analisis :

b. Dalam bahasa Indonesia dikenal beberapa partikel preposisi direktif, antara lain di, dan ke. pemakaian kedua partikel preposisi tersebut dibedakan dengan asas bahwa di gunakan untuk menyatakan sebuah tempat dan ke digunakan untuk menyatakan arah sesuatu.

Contoh preposisi di:

1. Kursi baru itu diletakkan di kamar tamu.

2. Andi sedang berada di sekolah, ketika bapak mulai sakit.

3. Andha bersembunyi di bawah kolong ranjang.

4. Di mana ada gula di situ ada semut.

5. Saya tidak pernah mengingat di mana saya berada ketika itu.

Contoh preposisi ke:

1. Ia berangkat ke sekolah tepat pukul tujuh.

2. Bersediakan anda pergi keBantimurung ? 3. Ke mana saja rencana perjalanan Anda ? 4. Saya tidak jadi berangkat ke Jakarta.

5. Silahkan pergi ke pasar berbelanja sekarang juga.

Jika kita memperhatikan contoh data di atas maka data tersebut dapat digolongkan menurut kata verbal yang konteksnya menunjukkan pertanyaan arah, seperti: jalan-jalan, pergi, datang, pulang, kembali.

Menurut konteksnya dalam pemakaian B1, kata-kata verbal yang menurut pernyataan arah tersebut menuntut penggunaan partikel preposisi ke yang dinyatakan oleh dwibahasawan Daerah-Indonesia dengan di.

c. Dalam bahasa daerah dikenal preposisi ri- yang mempunyai persesuaian (korespondensi) bentuk di dalam B1. Preposisi ri- dalam BB berfungsi baik untuk menyatakan tempat maupun untuk menyatakan arah. Contoh:

Preposisi (kata depan)ri- yang menyatakan arah:

1. Lao ri sikola e.

*pergi dia ke sekolah.

(Dia pergi ke sekolah).

2. Jokkai ri masigie massumpajang.

*Pergi mereka ke mesjid sembahyang.

(Mereka pergi ke Masjid sembahyang).

3. Caritamu tengmattama ri akkalengku.

*Ceritamu tak masuk ke akalku.

(Ceritamu tidak masuk ke akalku).

4. Attamakik ri bolae.

*Masuk anda ke rumah.

(Masuk ke rumah)

Preposisi ri yang menyatakan tempat:

1. Kupapakeangi ciccing barunna ri limanna.

*Kupasang cincing barunya di tangannya.

(saya memasangkan cincing baru di tangannya) 2. Tangngabenni nakuinappa lettu ri Bulukumba.

*Tengah malam aku sampai di Bulukumba.

(Tengah malam aku sampai di Bulukumba) 3. Aja mu accule ri tengngana watattanae.

*Jangan kamu bermain di tengahnya jalanan.

(Jangan kamu bermain di tengan jalanan).

Ternyata kata-kata Verbal yang menyatakan arah dalam hal tertentu cenderung dibantu dengan kata pergi.

a. Dalam bahasa Daerah partikelri dapat berfungsi untuk menyatakan tempat dan arah. Bentuk preposisi ri ini mempunyai korespondensi bentuk di dalam Bahasa Indonesia. Sementara bentuk di dalam BI mempunyai fungsi untuk menyatakan tempat saja. Kenyataan ini menyebabkan dwibahasawan DaerahIndonesia cenderung mengidentifikasiri dengan di sehingga timbullah intenferensi penggunaan partikel preposisi di untuk menggantikan partikel preposisi ke (under differentiation).

8. Penggunaan partikel preposisi di untuk menggantikan partikel preposisi pada Contoh data interferensi :

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR (Halaman 59-66)

Dokumen terkait