• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR "

Copied!
103
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Kajian Pustaka

  • Penelitian yang Relevan
  • Pengertian Bahasa
  • Hakikat Bahasa
  • Hakikat Fonologi
  • Hakikat Morfologi
  • Interferensi Sintaksis

Subjek kajian fonemik ialah fonem, iaitu bunyi bahasa yang boleh atau berfungsi untuk membezakan makna perkataan. Wojowasito menjelaskan bahawa seseorang dwibahasa tidak perlu fasih berbicara kedua-dua bahasa, tetapi cukuplah jika dia dapat mengekspresikan dirinya dalam kedua-dua bahasa atau memahami apa yang dikatakan atau ditulis dalam bahasa tersebut (dalam Mustakim, 1994: 11). Situasi bahasa sedemikian membolehkan hubungan bahasa bertindih dalam penggunaan bahasa, jadi kita boleh membuat kesimpulan bahawa dwibahasa ialah seseorang yang boleh menggunakan dua atau lebih bahasa secara bergantian.

Sosio adalah masyarakat dan linguistik adalah studi tentang bahasa. Oleh karena itu, sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang berkaitan dengan kondisi sosial (Sumarsono 2004: 1). Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari bahasa yang dikaitkan dengan kondisi sosial tertentu. Weinreich (dalam Tarigan) memandang interferensi sebagai penyimpangan norma kebahasaan yang terjadi pada tuturan bilingual karena keakrabannya.Interferensi merupakan salah satu gejala yang sering terjadi dalam penggunaan bahasa karena ada dua sistem bahasa yang kita kuasai, dan sebaliknya bahasa pertama (bahasa ibu) dan bahasa kedua.

Dalam konteks pengajaran bahasa, ia mengartikan interferensi sebagai kesalahan berbahasa berupa unsur bahasa sendiri yang terbawa ke dalam bahasa yang dipelajari. Intervensi yang sistematis akan terlihat dalam bentuk perubahan suatu bahasa dengan unsur atau struktur bahasa lain. Kontak bahasa ini terjadi pada individu yang menggunakan kedua bahasa tersebut secara bergantian, umumnya bahasa yang lebih banyak dikuasai oleh orang yang bilingual akan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pemerolehan bahasa selanjutnya (Tarigan, 1984: 15).

Sistem bahasa yang digunakan dapat berupa sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis.Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lain disebut transfer. Apabila unsur serapan masuk ke dalam suatu bahasa, maka bahasa yang bersangkutan disebut bahasa penyerap (penerima). Banyak penyimpangan bahasa yang terdengar di kalangan bilingual berkaitan dengan perbedaan yang dapat dijelaskan dalam bahasa yang terlihat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kita juga harus menggunakan bahasa yang efektif dalam bahasa lisan.

Kerangka Pikir

Pamor bahasa sumber juga dapat mendorong terjadinya interferensi karena pemakai bahasa ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu menguasai bahasa yang dianggap bergengsi. Pamor bahasa sumber juga berkaitan dengan keinginan untuk bergaya dalam berbahasa. Dorongan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa yang dianggap bergengsi tidak lepas dari keinginan penutur untuk bergaya dalam penggunaan bahasa. Kontak bahasa ini terjadi pada orang yang menggunakan kedua bahasa tersebut secara bergantian, umumnya bahasa yang dikuasai oleh seorang bilingual akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemerolehan bahasa selanjutnya.

Pengaruh B1 terhadap B2 atau sebaliknya Pengaruh B2 terhadap B1 dapat terjadi pada sistem atau unsur bahasa apa pun karena penutur menggunakan sistem atau unsur B1 pada saat menggunakan B2 atau sebaliknya. Dalam kasus kontak bahasa, suatu bahasa mungkin menjadi bahasa donor pada suatu waktu, dan bahasa penerima pada waktu yang lain. ISI SINTAKS BAHASA DAERAH BUGIS DALAM BAHASA INDONESIA TULISAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PEMBELAJARAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Batasan Istilah

Uraian pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian mengenai interferensi sintaksis bahasa daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Rumusan kalimat pasif bahasa daerah dapat dianalogikan dengan rumusan kalimat pasif bahasa Indonesia dari Slamet Maulyana (dalam Kamaruddin, 1978:83) sebagai berikut :. Pasalnya, partikel ri- dalam bahasa daerah cenderung mengalami diferensiasi berlebihan dengan partikel dengan dan sama, begitu pula dengan dalam bahasa Indonesia.

Karena BB hanya mengetahui partikel preposisi ri- untuk menyatakan tempat dan arah, para bilingual daerah Indonesia sering mencampurkan penggunaan partikel preposisi yang berbeda dalam tuturannya ketika menggunakan bahasa Indonesia. Unsur-unsur proses morfologi dalam bahasa Indonesia ada tiga, yaitu: proses pelekatan (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), proses penyusunan (composition) (Ramlan. Interferensi morfologi dapat timbul pada proses pembentukan dasar bentuk bahasa Indonesia dengan tambahan bahasa bugis.

Pola ini merupakan pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Walaupun terdapat susunan predikat-subjek, namun hal tersebut merupakan hasil kaidah transformasi yaitu permutasi yang mempunyai fungsi pemfokusan. Ada beberapa frasa preposisi terkemuka yang dikenal dalam bahasa Indonesia, antara lain di dan ke. Penggunaan kedua partikel preposisi ini dibedakan berdasarkan prinsipnya yaitu digunakan untuk menyatakan suatu tempat dan untuk menyatakan arah suatu hal. Karena BB hanya menggunakan partikel preposisi untuk menyatakan tempat dan arah, bilingual Indonesia Daerah cenderung mencampuradukkan penggunaan partikel preposisi yang berbeda dalam tuturannya ketika menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar yang bahasa pertamanya adalah Bugis, terdapat frekuensi interferensi sintaksis yang tinggi pada bahasa Indonesia yang digunakan mahasiswa. Interferensi Tata Bahasa Siswa Bahasa Makassar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia (Laporan Penelitian) Proyek Penelitian Ujungpandang Bahasa dan Sastra Indonesia dan Wilayah Sulawesi Selatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Beberapa Gejala Interferensi Sintaksis

Topik dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata ganti, kata benda, kata kerja, frasa, frasa yang diawali dengan kata yang, atau siapapun, kalimat yang diawali dengan itu, itu, itu (Slametmulyana dalam Kamaruddin, dkk. Dalam bahasa daerah, kata ganti umumnya tidak diungkapkan berupa kata ganti yang berdiri sendiri, sebelum predikat, seperti dalam bahasa Indonesia Interferensi akibat susunan kata yang menyimpang dari kaidah atau pola bahasa Indonesia dapat terjadi pada tataran kalimat atau kalimat.

Karena pola kalimat dasar bahasa daerah tersusun P - S, maka dwibahasa daerah-Indonesia cenderung menerapkan kaidah bahasa daerah terhadap penggunaan bahasa Indonesia, terutama yang belum dapat memisahkan keduanya secara tegas. peraturan berbeza dalam penggunaan linguistiknya. Pola penggunaan deiktris dalam bahasa daerah ialah deiktris boleh mendahului dan boleh juga mengikut perkataan yang ditunjukkannya. Hasil daripada pola penggunaan bahasa deiksis wilayah, maka mungkin bagi dwibahasa Indonesia daerah yang tidak mengetahui bentuk penggunaan deiksis bahasa Indonesia meletakkan deiksis sebelum kata deiksis.

Bentuk konstruksi posesif seperti di atas muncul karena adanya pembauran konstruksi kebahasaan daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia, bagi bilingual daerah-Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, with merupakan kata depan yang berfungsi menandai hubungan keikutsertaan atau cara, sedangkan to merupakan gabungan kata depan yang berfungsi menandai hubungan yang terarah pada suatu tempat. Mengenai partikel ri- dalam bahasa daerah, selain sebagai partikel direktif juga merupakan partikel agen (yang dalam bahasa Indonesianya dibedakan dan dinyatakan dengan), bilingual Indonesia Daerah cenderung tidak membedakan kedua partikel tersebut, sehingga partikel agen dalam bahasa Indonesia sering diganti dengan partikel penghubung dengan atau sama dengan.

Dalam bahasa Indonesia, hal ini dibedakan dengan menggunakan partikel tertentu untuk menyatakan arah dan tempat. Dalam bahasa daerah, penggunaan partikel yang menunjukkan waktu tidak umum digunakan. Hal inilah yang menyebabkan bilingual daerah-Indonesia sering menghilangkan partikel penunjuk waktu. Dalam bahasa Indonesia, khususnya pada kalimat pasif, jika predikat verbanya tidak langsung diikuti oleh pelengkap pelaku (sebelumnya S pada kalimat aktif), maka bentuk postnya harus ada.

Sebagai pengaruh dari struktur kalimat negatif pada BB yang biasanya menempatkan kata-kata negatif di awal kalimat atau di awal kalimat, para bilingual daerah Indonesia cenderung menggunakan pola ini ketika menggunakan bahasa Indonesia.

Pembahasan

Gejala interferensi sintaksis bahasa daerah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar dalam tuturan lisan adalah (1) penanggalan subjek, (2) susunan kata, (3) penggunaan kata ganti yang berlebihan, (4) penggunaan kata ganti. partikel agen yang sama untuk menggantikan partikel agen dengan cara, (5) penggunaan partikel yang sama untuk menyatakan ke, (6) penggunaan partikel yang sama untuk menyatakan dengan, (7) penggunaan partikel proposisi di untuk menggantikan partikel preposisi ke. 8) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi, (9) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi, (10) partikel tanggal on untuk menyatakan waktu, (11) penggunaan kata baru sebagai kata utama kata dalam kalimat, (12) kata depan tanggal oleh pada kalimat pasif yang bersifat wajib, (13) negasi di awal kalimat. Interferensi morfologi dapat terjadi bila pembentukan kata bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa lain atau imbuhan, dalam hal ini serapan unsur bahasa Bugis ke dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Misalnya kata yang mempunyai imbuhan bahasa daerah dan berbahasa dasar bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya, namun struktur morfemiknya mengikuti proses morfologi bahasa daerah, atau sebaliknya.

Topik dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata ganti, kata benda, kata kerja, frasa, frasa yang diawali dengan kata yang, atau siapa pun, kalimat yang diawali dengan itu, itu, itu (Slametmulyana dalam Kamaruddin, dkk, 1998: 56). Tergantung konteksnya bila menggunakan B1, kata verbal menurut pernyataan arah memerlukan penggunaan partikel preposisi ke yang diungkapkan oleh bilingual Indonesia Daerah dengan di. Seperti disebutkan di atas, B1 mengenali diferensiasi partikel preposisi yang menyatakan tempat dan arah. Partikel-partikel tersebut berada pada, ke, dari, menuju, dan digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing.

Namun kata-kata tersebut juga telah berubah fungsinya, karena kata-kata tersebut berperan penuh dalam pembentukan kalimat.Pada B1, kata-kata baru biasanya tidak berfungsi sebagai kata dasar kalimat. Jadi, hanya di awal kalimat saja, seperti di atas. datanya harus dihilangkan. Bentuk negasi atau negasi dalam BB ada dua, yaitu negasi seluruh kalimat dan negasi sebagian kalimat. Contoh data intrusi di atas adalah negasi seluruh kalimat. Negasi pada kalimat dilakukan dengan menambahkan kata negatif yang sesuai. di awal frase predikat. Ada empat kata negatif dalam bahasa Indonesia yaitu tidak (tidak), tidak, jangan, dan belum. Ketiga unsur di atas menentukan penggunaan kata ganti, pada kata ganti kita BI merupakan bentuk jamak inklusif yang pertama, I adalah kata ganti orang pertama tunggal dan kata ganti orang kedua tunggal.

Bentuk-bentuk interferensi sintaksis dalam penelitian ini adalah (1) penanggalan subjek, (2) susunan kata, (3) penggunaan kata ganti yang berlebihan, (4) penggunaan partikel agentif yang sama untuk menggantikan partikel agentif dengan, (5) penggunaan partikel agentif. partikel yang sama untuk menyatakan pada , (6) penggunaan partikel yang sama untuk menyatakan dengan, (7) penggunaan partikel preposisi di untuk menggantikan partikel preposisi untuk. 8) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi pada, (9) penggunaan partikel preposisi di untuk menyatakan partikel preposisi dari, (10) partikel tanggal on untuk menyatakan waktu, (11) penggunaan kata-kata baru sebagai kata utama kalimat tersebut. Interferensi Tata Bahasa Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia yang Ditulis Siswa Kelas VI SD Bugis Timur (Laporan Penelitian) Jakarta: Pusat Bimbingan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap perilaku demonstrasi mahasiswa Unismuh Makassar yang di lakukan mahasiswa didepan kampus itu tidak

Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VIII A SMP Unismuh Makassar tahun ajaran 2016/2017 setelah diajar dengan menggunakan

Pengelolaan dan pengembangan Mental kewirausahaan melalui kurikulum kewirausahaan belum cukup untuk mengembangkan mental kewirausahaan mahasiswa di UNISMUH Makassar,

Dari hasil analisis data penelitian ini diperoleh beberapa bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng

2 implikasi sosial mahasiswa urban unismuh Makassar adalah timbulnya keinginan untuk membeli barang-barang yang bermerk tentunya memberikan sisi positif terhadap kita dimana kota dapat

vii ABSTRAK Marwia, tahun 2019, Pengaruh Harga dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Online Shop Studi Kasus pada Konsumen Online Shop di Unismuh Makassar,

Reza Agung Anugrah Putra3, Ermiapriliani4, Habriana5, Lukman Ismail6 1,2Pendidikan Sosiologi, Unismuh Makassar 2,3Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unismuh Makassar 4,5SMKN2