• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH SMKN 2 MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH SMKN 2 MAROS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

and Development

E- ISSN: 2988-5558

Volume: 2, Issue: 2, Desember 2023, Page: No. 347-355

347 | https://etdci.org/journal/ijesd/index

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

DI SMKN 2 MAROS

Juleha1*, Fitra Ramadhani2,Muh. Reza Agung Anugrah Putra3, Ermiapriliani4, Habriana5, Lukman Ismail6

1,2Pendidikan Sosiologi, Unismuh Makassar

2,3Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unismuh Makassar

4,5SMKN2 Maros

*Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan problem based learning mata pelajaran sejarah di sekolah SMKN 2 Maros, dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dari hasil observasi dikelas, siswa masih sulit memahami pembelajaran pada mata pelajaran sejarah, oleh karena itu diterapkan problem based learning sebagai perbaikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa dapat pengetahuan dan pengalaman baru. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat rangkaian, yaitu:

Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), dan Refleksi (refleksion).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, tes, angket, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar wawancara, tes, dan angket. Teknik analisis data yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian tindakan kelas yaitu dari pra tindakan, ke siklus I, dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dapat diketahui keterlaksanaan pembelajaran adalah siklus II 85,428% dengan kriteria sangat baik, Siklus I 80,514 baik, dan pra tindakan rata-ratanya yaitu 45,31. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar Siswa Abstract

The aim of this classroom action research is to improve student learning outcomes with problem- based learning in history subjects at the SMKN 2 Maros school, using classroom action research. From the results of classroom observations, students still find it difficult to understand learning in history subjects, therefore problem-based learning is implemented as an improvement in improving student learning outcomes. Problem Based Learning is a learning process whose starting point is learning based on problems in real life and then from these problems students gain new knowledge and experience.

Classroom action research consists of four series, namely: Planning (planning), Action (action), Observation (observation), and Reflection (reflection). Data collection techniques in this research are through observation, interviews, tests, questionnaires and documentation. The instruments used in this research were observation sheets, interview sheets, tests and questionnaires. Data analysis techniques are quantitative and qualitative. The results of classroom action research, namely from pre-action, to cycle I, and cycle II can improve student learning outcomes. It can be seen that the implementation of learning was in cycle II 85.428% with very good criteria, cycle I 80.514 was good, and the pre-action average was 45.31. So it can be concluded that the application of the problem based learning model can improve the learning outcomes of class X students.

(2)

348 | https://etdci.org/journal/ijesd/index Keywords: Problem Based Learning, Students Learning Outcomes PENDAHULUAN

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus (gamal Tabhroni, 2020). Adapun model pembelajaran yang digunakan di UPT SMKN 2 Maros adalah model pembelajaran langsung. Menurut Arends, (Ni’mah & Mintohari, 2013). Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT SMKN 2 Maros terhadap proses pembelajaran langsung yang diterapkan oleh guru yaitu model pembelajaran ceramah, sehingga kurang efektif karena model pembelajaran tersebut berkesan monoton sehingga menyebabkan siswa bosan terhadap pembelajaran Sejarah, dengan demikian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak terhadap hasil belajar Sejarah siswa di UPT SMKN 2 Maros.

Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (Thabroni, 2020) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan, adapun metode pembelajaran yang digunakan di UPT SMKN 2 Maros adalah metode ceramah. Metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi atau pengetahuan secara lisan dari seorang ke sejumlah pendengar dalam suatu ruang lingkup belajar.

Sekolah UPT SMKN 2 Maros merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Maros yang menerapkan sistem kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013. Terkhusus kelas X menggunakan Kurikulum Merdeka, kelas XI dan XII menggunakan Kurikulum 2013. UPT SMKN 2 Maros sudah menerapkan beberapa model pembelajaran dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Sejarah. Pada kenyataanya pembelajaran di sekolah berbeda dengan apa yang diharapkan. Proses pembelajaran hanya sekadar mendengarkan, mengerjakan tugas, dan hanya terfokus pada buku saja,sehingga pembelajaran didalam kelas sangat pasif (Utami, 2019; Winoto & Prasetyo, 2020).

Metode dan model pembelajaran menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan profil proses pembelajaran dan profil hasil belajar, diperoleh permasalahan terhadap pembelajaran siswa yaitu model pembelajaran masih menoton sehingga perlu adanya model pembelajaran lain yang harus diterapkan selama proses pembelajaran, agar menjadi perbaikan dari metode pembelajaran sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning peneliti mengharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di sekolah SMKN 2 Maros.

Berdasarkan permasalahan yang diperoleh, bentuk tindakan yang dilakukan dalam memecahkan masalah yang dihadapi adalah penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan tipe PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keaktifan Berfikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Muhammadiyah 6 Makassar 26 KHIRANI - VOLUME 1, NO. 3, AGUSTUS 2023 adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Norwidiyawati, 2023; Ismail, 2023 )

(3)

349 | https://etdci.org/journal/ijesd/index

Sebagai bentuk tindakan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Adapun bentuk tindakan- tindakan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Melakukan observasi kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan mereka terhadap pembelajaran Sejarah.

2. Memilih model PBL (Problem Based Learning) pada pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk proses belajar mengajar.

3. Melakukan pretes

4. Melakukan tes akhir atau evaluasi untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Annury, 2018). Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dapat memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Peneliti melakukan 2 siklus dalam proses penelitiannya, dimana siklus I akan diakukan dalam 2 kali pertemuan, dan siklus II yaitu sebanyak 2 pertemuan. Jadi pertemuan dalam setiap siklus yaitu 4 kali pertemuan.

Penelitian ini dilakukan di UPT SMKN 2 Maros pada mata pelajaran Sejarah kelas X, tahun pelajaran 2023-2024 semester ganjil. Adapun jumlah siswa kelas x yaitu 35 siswa, yang secara keseluruhan laki-laki. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat rangkaian, adapun kegiatanya yaitu:

Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), dan refleksi (refleksion).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu lembar observasi, lembar wawancara, tes, dan angket. Teknik analisis data hasil penelitian ini dianalisis secara kuantitatif melalui hasil test dan angket dan kualitatif, melalui hasil wawancara guru dan catatan lapangan. Indikator keberhasilan adalah 70 dan mendapatkan minimal kategori “baik”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pra tindakan sangat dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas, karena kegiatan pra tindakan sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kelas X UPT SMKN 2 Maros, baik itu dari guru, siswa, maupun permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas. Sebelum melakukan kegiatan pra tindakan, terlebih dahulu peneliti meminta ijin observasi dari pihak sekolah UPT SMKN 2 Maros melalui TU lalu setelah mendapatkan ijin dari TU, peneliti diarahkan untuk menemui wakil kepala sekolah bagian kurikulum, setelah berunding dan mendapatkan ijin dari wakil kepala sekolah bagian kurikulum lalu peneliti dianjurkan menemui guru mata pelajaran Sejarah kelas X UPT SMKN 2 Maros.

(E) sebagai pengampu mata pelajaran Sejarah kelas X. Dari hasil koordinasi dengan beliau, peneliti akan melakukan penelitian di kelas X UPT SMKN 2 Maros. (E) bersedia menjelaskan kondisi kelas X terutama pada saat pelajaran Sejarah dan bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada kelas X UPT SMKN 2 Maros. Kegiatan pra tindakan dilakukan pada tanggal 4 – 8 (Senin, Jumat) September 2023. Pada saat peneliti melakukan kegiatan pra tindakan kelas, terdapat beberapa masalah yang ditemukan antara lain: pada saat guru menjelaskan pelajaran terlihat beberapa siswa sibuk berbicara dengan teman sebangkunya, ada pula siswa yang sedang bermain gadget, makan didalam kelas saat proses pembelajaran Sejarah berlangsung. Tidak terlihat proses pembelajaran dua arah antara siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut, walaupun guru sesekali memberikan umpan pertanyaan, akan tetapi sebagian besar siswa hanya diam dan cenderung memperlihatkan raut wajah takut dan bingung.

1. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran tiap kelas yaitu kelas A dalam sepekan, pada dua pertemuan pertama, kelas A menggunakan model pembelajaran PBL, dan untuk pertemuan selanjutnya menggunakan model pembelajaran STAD. Pada penerapan model pembelajaran PBL, siswa cukup baik dalam merespon materi yang diberikan. Hanya saja beberapa kelas menemukan kendala dimana siswa merasa tak percaya diri dalam memaparkan jawaban yang ditemukannya walaupun jawaban tersebut benar. Pada

(4)

350 | https://etdci.org/journal/ijesd/index

penerapan model pembelajaran STAD, siswa merasa lebih percaya diri dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

2. Hasil Belajar

Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan model PBL, hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Sejarah meningkat baik dari aspek kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Pada aspek kompetensi sikap siswa terhadap guru dan teman-temannya mencapai kriteria baik, pada aspek kompetensi pengetahuan menunjukkan nilai siswa telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimal bahkan melebihi nilai standar kriteria ketuntasan minimal, pada aspek kompetensi keterampilan menunjukkan keterampilan siswa dalam kriteria baik hal itu ditunjukkan dari keaktifan siswa mengerjakan soal di papan tulis.

Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13; Saputra, 2020), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Autentik yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip – prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c. Mudah dipahami yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangn siswa.

d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itu masalah yang telah disususn tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e. Bermanfaat yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi model pembelajaran PBL dan STAD dikatakan berhasil apabila memenuhi dua aspek keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

Sedangkan hasil belajar dikatakan berhasil apabila kompetensi sikap berada pada kriteria baik, kompetensi pengetahuan mencapai nilai standar kriteria ketuntasan minimal, dan kompetensi keterampilan mencapai nilai standar ketuntasan kompetensi keterampilan.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X UPT SMKN 2 Maros yang terdiri dari 2 siklus dalam proses penelitiannya, dimana siklus I akan diakukan dalam 2 kali pertemuan, dan siklus II yaitu sebanyak 2 pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung 4 minggu dengan jumlah alokasi waktu yang diberikan 1 x 45 menit dan setiap pertemuan dilakukan kegiatan pembelajaran kemudian pada pertemuan terakhir siklus dilakukan tes evaluasi (post test) untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa pada pembelajaran Sejarah. Data pada penelitian ini diperoleh menggunakan instrumen yang terdiri lembar observasi pelaksanaan menggunakan model Problem Based Learning.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan siswa dapat diukur jika siswa dapat menguasai materi. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari aspek; indikator proses belajar dalam kelas, yaitu dapat memahami materi yang dijelaskan. Indikator proses yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu jika ketuntasan nilai belajar siswa terhadap materi mencapai kriteria 80% (cukup). Kemudian kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam mata pelajaran Sejarah di sekolah SMKN 2 Maros adalah 70, apabila nilai siswa ≤ 70 maka siswa dianggap belum tuntas, dan apabila nilai siswa ≥ maka dianggap tuntas dalam proses pembelajaran di kelas.

(5)

351 | https://etdci.org/journal/ijesd/index 1. Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)

Kondisi pra siklus merupakan kondisi dimana siswa belum memperoleh perlakuan penelitian Tindakan, rangkaian pembelajaran yang digunakan di dalam kelas belum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

No. Nama Siswa Jumlah Nilai Ketuntasan

T BT

1 AS 50 ✓

2 AF 40 ✓

3 AF 50 ✓

4 AAF 43 ✓

5 A 50 ✓

6 A 40 ✓

7 A 40 ✓

8 DP 40 ✓

9 DMD 50 ✓

10 F 50 ✓

11 HU 32 ✓

12 JST 34 ✓

13 J 50 ✓

14 MRM 34 ✓

15 MH 40 ✓

16 MHV 50 ✓

17 MAAWA 50 ✓

18 MFJ 50 ✓

19 MN 45 ✓

20 MRA 50 ✓

21 MRR 45 ✓

22 MSN 50 ✓

23 MUN 45 ✓

24 MAA 50 ✓

25 MIS 50 ✓

26 MR 50 ✓

27 MZ 45 ✓

28 NAA 34 ✓

29 RAZ 50 ✓

30 RH 45 ✓

31 R 50 ✓

32 S 50 ✓

33 SF 50 ✓

34 SA 50 ✓

35 SFA 34 ✓

Jumlah 1.586 0 35

Persentase 1,29% 0% 100%

Rata-Rata Kelas 45,31

Tabel di atas merupakan kondisi awal siswa kelas X dimana belum dilakukan penelitian tindakan kelas, dengan presentase 1,29%, jumlah siswa 35 dengan rata-rata 45,31 dan belum mencapai KKM

“baik”.

(6)

352 | https://etdci.org/journal/ijesd/index 2. Deskripsi Siklus I

Hasil tes belajar siswa diperoleh dari hasil pengerjaan pada siklus I berpedoman pada indikator pencapaian kompetensi yang dikembangan dalam bentuk soal post test siklus 1 yang berjumlah 5 soal.

No. Nama Siswa Siklus 1 KKM Kriteria KBK

1. AS 85 70 Tuntas Sangat baik

2. AF 80 70 Tuntas Sangat baik

3. AF 85 70 Tuntas Sangat baik

4. AAF 80 70 Tuntas Sangat baik

5. A 85 70 Tuntas Sangat baik

6. A 80 70 Tuntas Sangat baik

7. A 80 70 Tuntas Sangat baik

8. DP 80 70 Tuntas Sangat baik

9. DMD 80 70 Tuntas Sangat baik

10. F 85 70 Tuntas Sangat baik

11. HU 68 70 Tidak tuntas Baik

12. JST 68 70 Tidak tuntas Baik

13. J 85 70 Tuntas Baik

14. MRM 65 70 Tidak tuntas Baik

15. MH 80 70 Tuntas Sangat baik

16. MHV 85 70 Tuntas Sangat baik

17. MAAA 85 70 Tuntas Sangat baik

18. MFJ 85 70 Tuntas Sangat baik

19. MN 82 70 Tuntas Sangat baik

20. MRA 85 70 Tuntas Sangat baik

21. MRR 80 70 Tuntas Sangat baik

22. MSN 85 70 Tuntas Sangat baik

23. MUN 80 70 Tuntas Sangat baik

24. MAA 85 70 Tuntas Sangat baik

25. MIS 85 70 Tuntas Sangat baik

26. MR 85 70 Tuntas Sangat baik

27. MZ 80 70 Tuntas Sangat baik

28. NAA 65 70 Tidak tuntas Baik

29. RAZ 80 70 Tuntas Sangat baik

30. RH 80 70 Tuntas Sangat baik

31. R 85 70 Tuntas Sangat baik

32. S 85 70 Tuntas Sangat baik

33. SF 85 70 Tuntas Sangat baik

34. SA 85 70 Tuntas Sangat baik

35. SFA 65 70 Tidak tuntas Baik

Maximal 85

Minimal 65

Jumlah 2.818 0 35

Persentasi 86,16% 0% 100%

Rata-Rata Kelas 80,514

Hasil post-test siklus I siswa yang tuntas persentasinya 86,16% sedangkan siswa yang belum tuntas persentasinya 13,34% jumlah siswa yang diatas KKM 30 siswa, dan rata-rata kelasnya hanya 80,514.% Hasil ini sedikit diatas rata-rata standar ketuntasan klasikal yaitu 70%.

(7)

353 | https://etdci.org/journal/ijesd/index 3. Diskripsi Siklus II

No. Nama Siswa Siklus II KKM Kriteria KBK

1 AS 90 70 Tuntas Sangat baik

2 AF 85 70 Tuntas Sangat baik

3 AF 88 70 Tuntas Sangat baik

4 AAF 85 70 Tuntas Sangat baik

5 A 90 70 Tuntas Sangat baik

6 A 85 70 Tuntas Sangat baik

7 A 85 70 Tuntas Sangat baik

8 DP 85 70 Tuntas Sangat baik

9 DMD 85 70 Tuntas Sangat baik

10 F 86 70 Tuntas Sangat baik

11 HU 80 70 Tuntas Sangat baik

12 JST 77 70 Tidak tuntas Baik

13 J 85 70 Tuntas Sangat baik

14 MRM 79 70 Tidak tuntas Baik

15 MH 85 70 Tuntas Sangat baik

16 MHV 87 70 Tuntas Sangat baik

17 MAAA 88 70 Tuntas Sangat baik

18 MFJ 85 70 Tuntas Sangat baik

19 MN 86 70 Tuntas Sangat baik

20 MRA 85 70 Tuntas Sangat baik

21 MRR 88 70 Tuntas Sangat baik

22 MSN 85 70 Tuntas Sangat baik

23 MUN 86 70 Tuntas Sangat baik

24 MAA 90 70 Tuntas Sangat baik

25 MIS 90 70 Tuntas Sangat baik

26 MR 88 70 Tuntas Sangat baik

27 MZ 89 70 Tuntas Sangat baik

28 NAA 80 70 Tuntas Sangat baik

29 RAZ 85 70 Tuntas Sangat baik

30 RH 87 70 Tuntas Sangat baik

31 R 85 70 Tuntas Sangat baik

32 S 85 70 Tuntas Sangat baik

33 SF 88 70 Tuntas Sangat baik

34 SA 85 70 Tuntas Sangat baik

35 SFA 78 70 Tidak tuntas Baik

Maximal 90

Minimal 77

Jumlah 2.990 0 35

Persentase 91,09% 0% 100%

Rata-Rata Kelas 85,428

Hasil post-test siklus II siswa yang tuntas persentasinya 91,09% sedangkan siswa yang belum tuntas persentasinya 11,66% jumlah siswa yang diatas KKM hanya 32 siswa, dan rata-rata kelasnya hanya 85,428.% Hasil ini diatas standar ketuntasan klasikal yaitu 70%.

Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penerapan siklus, dari pra tindakan, ke siklus I, dan siklus dua dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Sejarah, di sekolah SMKN 2 Maros. Hasil observasi dapat diketahui keterlaksanaan pembelajaran adalah siklus II 85,428% dengan

(8)

354 | https://etdci.org/journal/ijesd/index

kriteria sangat baik, Siklus I 80,514 baik, dan pra tindakan rata-ratanya yaitu 45,31. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

Model pembelajaran PBL yang diterapkan di kelas X TO A dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah.

Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah siklus II 85,428% dengan kriteria sangat baik, Siklus I 80,514 baik, dan pra tindakan rata-ratanya yaitu 45,31.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Kepada guru, khusunya guru Mata Pelajaran Sejarah agar dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang beragam diantaranya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), sehingga pengajaran guru tidak hanya monoton dengan menggunakan taknik mengajar gaya menjelaskan ceramah dan membaca buku semata sehingga menjadikan siswa yang secara tidak langsung menjadi bosan dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya Mata Pelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Maros dengan menumbuhkan semangat siswa diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL. 2. Bagi sekolah, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tentunya dapat memberikan manfaat dalam menambah referensi literatur pengetahuan dalam menerapkan berbagai model pembelajaran khusunya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. (2000). Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU. Dapat diakses pada: http://www, depdiknas. go.

id/Jurnal/51.

Adica. (2022). Problem Based Learning (PBL) Menurut Beberapa Cendekiawan. Silabus.Web.

Annury, M. N. (2018). Peningkatan Kompetensi Profesional Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas.

DIMAS, 18, 177–194.

Ariyani, B., & Kristin, F. (2021). Model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(3), 353-361.

Educhannel. (2021). Model pembelajaran problem based learning. Educhannel.

Https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-problem-based-learning.html Gamal tabhroni. (2020). Model pembelajaran: pengertian, ciri, jenis & macam contoh. Serupa.id.

Https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/

Harisah anis. (2020). Problem based learning. Tripven.com. Https://www.tripven.com/problem-based- learning/

Ismail, L., Lumbaa, Y., Regita, E., Nur, D., Ikhsan, F., & Subair, M. A. F. (2023). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keaktifan Berfikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Khirani: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(3), 23-34.

Norwidiyawati, N. (2023). Peningkatan Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Subtema Keragaman Suku Bangsa Dan Agama Di Negeriku Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Di Kelas Iv Sd Negeri 1 Mengkatip Kecamatan Dusun Hilir. e-Jurnal Mitra Pendidikan, 7(1), 1-13.

(9)

355 | https://etdci.org/journal/ijesd/index

Saputra, H. (2021). Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(3).

Utami, D. (2019). Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar. MAJU, 6(1).

https://doi.org/10.24903/pm.v5i1.461.

Winoto, Y. C., & Prasetyo, T. (2020). Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(2), 228–238. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.348.

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMKN 2 GARUT.. Universitas Pendidikan Indonesia |

KEAKTIVAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SLOGOHIMO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015. Fakultas

“ PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VD SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN

Guru yang belum menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dapat menerapkan model tersebut dalam pembelajaran ekonomi dengan variasi pembelajaran yang

Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa kelas X1 OTKP pada SMK Negeri 3 Tebo

Tujuan penelitian tindakan kelas ini dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi di kelas X IIS 3 SMA Negeri 6

Pengaruh Kemampuan Berargumentasi Pada Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Mata Pelajaran Biologi SMA Negeri.. Patikraja Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh

Indikator kinerja yang diterapkan sebagai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah Jika presentase hasil belajar Bahasa Indonesia siswa minimal 75 %, atau berada pada kriteria