METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif. Penelitian kualitatif dapat menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisme organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan.
Beberapa data dapat diukur melalui data sensus, tetapi analisisnya tetap analisis data kualitatif Sidiq & Choiri (2019). Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu problem atau masalah dari pada melihat permasalahan untuk digeneralisasikan. Hal itu dapat dilihat dari beberapa jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kualitatif (Rusandi & Rusli, 2021).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (Nana, 2006).
Jenis penelitian deskriptif kualitatif menampilkan data apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan-perlakuan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan gambaran secara lengkap mengenai suatu kejadian atau dimaksudkan untuk mengekspos dan
mengklarifikasi suatu fenomena yang terjadi. Tidak lain dengan cara mendeskripsikan beberapa jumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini menafsirkan serta menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap dan pandangan yang terjadi di dalam suatu masyarakat (Rusandi & Rusli, 2021) Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif peneliti dapat menganalisis penerapan PSAK 107 Pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral dan kemudian akan dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 107.
B. Fokus Penelitian
Dalam hal ini peneliti terfokus untuk mengemukakan mengenai penerapan PSAK 107 tentang Rahn pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral. Terutama yang terkait dengan Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneliti mengambil objek penelitian pada PT.
Pegadaian Syariah Cabang Sentral di Jl. Irian, Pattunuang, Kec. Wajo, Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian ini dimulai bulan April 2022 selama jangka waktu tersebut. Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer
Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti langsung dari hasil wawancara yang dilakukan (Sari &
Martadinata, 2021). Data primer yang dimaksud adalah hasil wawancara secara langsung oleh peneliti kepada pihak yang terkait dengan gadai syariah (Rahn) yaitu manajer dan karyawan di Pegadaian Syariah Cabang Sentral. Maka informan yang dibutuhkan adalah pihak yang berperan penting dalam pengawasan gadai syariah.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Sari & Martadinata, 2021). Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai data tambahan yang berupa data-data mengenai profil pegadaian cabang Makassar serta beberapa dokumen terkait dengan penerapan akuntansi gadai syariah (Rahn) di Pegadaian Syariah Cabang Sentral. Maka alat yang digunakan saat pengumpulan data adalah perekaman suara, kamera, wawancara.
E. Informan
Informan penelitian yang dimaksud adalah orang yang berhubungan dengan transaksi gadai emas. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Penaksir dan Kepala Penjualan PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti untuk diajukan kepada manajer dan karyawan di Pegadaian Syariah Cabang Sentral yang berperan penting dalam pengawasan gadai syariah.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber baik dari lembaga maupun pribadi.
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan menganalisis dokumen – dokumen yang berhubungan dengan Penerapan gadai syariah (Rahn) pada pegadaian cabang makassar.
3. Pengamatan/Observasi Lapangan
Menurut Margono (2008) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipatif. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari subjek atau objek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2016).
Pengamatan/Observasi dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengamati kegiatan transaksi gadai syariah dalam penerapan PSAK 107 yang terjadi pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
G. Metode Analisis Data
Ahmad (2018) mengemukakan pengertian analisis data sebagai Upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.
1. Analisis Pengumpulan Data
Ahmad (2018), bahwa Pengumpulan data di lapangan tentu berkaitan dengan teknik penggalian data, dan ia berkaitan pula dengan sumber dan jenis data, setidaknya sumber data dalam penelitian kualitatif berupa: (1) kata - kata dan (2) tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen atau sumber data tertulis, foto, dan statistik. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Sedangkan sumber data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Ahmad, 2018).
Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya (Ahmad, 2018).
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama berada di lapangan. Tahapan pertama ialah pengumpulan data, peneliti mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi (Ahmad, 2018). Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang secara rinci saat penelitian dilakukan.
30 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah PT Pegadaian
Sejarah pegadaian dimulai pada tanggal 20 Agustus 1746 di Batavia saat penjajahan belanda (VOC) mendirikan bank Van Leening sebagai lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai.
Pemerintah inggris mengambil alih dan membubarkan Bank Van Leening Pada Tahun 1811, masyarakat diberi kekuasaan mendirikan usaha pegadaian.
Pegadaian didirikan negara pertama di sukabumi jawa barat pada tanggal 1 april 1901, pegadaian berbentuk lembaga resmi JAWATAN Tahun (1905-1960). Bentuk badan hukum pegadaian berubah ke PN pada Tahun 1961 berdasarkan peraturan pemerintah (PERPU) No. 19 tahun 1960 JO peraturan pemerintah (PP) No.178 Tahun 1961. Bentuk badan hukum berubah dari PN ke PERJAN berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1969. Tahun 1990 bentuk badan hukum berubah dari PERJAN ke PERUM berasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.10 Tahun 1990 yang diperbaharui degan Peraturan Pemerintah (PP) No.103 Tahun 2000. Bentuk badan hukum berubah dari PERUM ke PERSERO pada tanggal 1 april 2012 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2011. Bentuk badan hukum berubah dari persero ke perseroan terbatas pada tanggal 23 september 2021 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.73 Tahun 2021 (www.pegadaian.co.id)
2. Sejarah PT Pegadaian Syariah
Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) 10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi awal kebangkitan Pegadaian, yang perlu dicermati bahwa Peraturan Pemerintah (PP) 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha PT Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu, berkat Rahmat Allah SWT dan telah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah konsep pendirian Unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah (Amalia, 2018).
Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi Sartika di bulan Januari 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga september 2003. Masih ditahun yang sama pula, 4 kantor cabang Pegadaian di Aceh dikonvensi menjadi Pegadaian Syariah (Anis, 2018).
3. Profil PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral
PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral dahulunya beroperasi di Jl.
Samalona, namun karena beberapa kebijakan kemudian kantor cabang tersebut dipindahkan ke Jl. Irian, Pattunuang, Kecamatan Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
PT Pegadaian Syariah cabang sentral adalah lembaga operasional induk yang juga membawahi Unit Pegadaian Syariah (UPS) yang tersebar dibeberapa wilayah guna memudahkan nasabah yang tinggal jauh dari Kantor Cabang Syariah sehingga dapat melakukan transaksi ke daerah- daerah yang lebih dijangkau dari tempat tinggalnya.
Unit Pegadaian Syariah (UPS) yang berada dibawah naungan Pegadaian Syariah Cabang Sentral berjumlah delapan (8) UPS yang tersebar dibeberapa wilayah kota Makassar. Diantaranya adalah UPS MTC, UPS Veteran Selatan, UPS Mari, UPS Pasar Baru, UPS Abdesir, UPS Pettarani, UPS Tello Dan UPS Tamalanrea Indah.
4. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah a. Visi Pegadaian
“Menjadi the most valuable financial company di indonesia dan sebagai agen inklusi keuangan pilihan utama masyarakat”
b. Misi Pegadaian
I. Memberikan manfaat dan keuntungan optitimal bagi seluruh stakeholder dengan mengembangkan bisnis inti
II. Memperluas jangkauan layanan UMKM melalui sinergi ultra mikro untuk meningkatkan proposisi nilai ke nasabah dan stakeholder III. Memberikan service excellence dengan fokus nasabah melalui :
a. Bisnis proses yang lebih sederhana dan digital b. Teknologi informasi yang handal dan mutakhir c. Praktek manajemen risiko yang kokoh
d. SDM yang profesional berbudaya kinerja yang baik
5. Struktur Organisasi
.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Pegadaian DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR KEUANGAN
DIREKTUR OPERASI
DIREKTUR PENGEMBANGAN
USAHA
DIREKTUR UMUM & SDM
DIVISI AKUNTANSI
DIVISI USAHA GADAI
DIVISI LITBANG &
PEMASARAN
DIVISI SDM
DIVISI MANAJEMEN
RESIKO
DIVISI LOGISTIK
DIVISI DIKLAT DIVISI
TEKNOLOGI INFORMASI DIVISI
SYARIAH DIVISI USAHA
LAIN DIVISI
TRESURI
KEPALA SPI KANTOR WILAYAH SEKRETARIS
PERUSAHAAN
KANTOR CABANG GADAI
KANTOR CABANG SYARIAH
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Kantor Cabang Syariah Sumber : PT. Pegadaian
Berikut uraian jabatan dan fungsi di Kantor Cabang berdasarkan Peraturan Direksi PT Pegadaian:
a. Pimpinan cabang, berfungsi merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan operasional, administrasi dan keuangan usaha gadai dan usaha lain kantor cabang Unit Pelayanan Cabang (UPC). Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut, pemimpin cabang mempunyai tugas :
1. Menyusun rencana kerja beserta anggaran kantor cabang dan UPC berdasarkan acuan yang telah ditetapkan
2. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan operasional usaha gadai dan usaha lain
3. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan operasional UPC
4. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan penatausahaan barang jaminan bermasalah
MANAJER OPERASIONAL
FUNGSIONAL 1 FUNGSIONAL 2
PENAKSIR KASIR ADMINISTRASI PENYIMPANAN
5. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan pengelolaan modal kerja
6. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan pengelolaan administrasi serta pembuatan laporan kegiatan operasional kantor cabang
7. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kebutuhan dan pnggunaan sarana prasarana, serta kebersihan dan ketertiban kantor cabang dan UPC
8. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan pemasaran pelayanan konsumen
9. Mewakili kepentingan perusahaan baik kedalam maupun keluar berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh atasan.
b. Manajer operasional, berfungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi penetapan harga taksiran, penetapan kelayakan kredit, penetapan uang pinjaman, administrasi, keuangan, serta pmbuatan laporan kegiatan operasional usaha gadai dan usaha lain pada kantor cabang. Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut, manajer operasional mempunyai tugas :
1. Merencanakan mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan operasionl usaha gadai dan usaha lain
2. Menangani baranng jaaminan bermasalah (tksiran tinggi, rusak, palsu, dan barang potensi), barang jaminan lewat jatuh tempo, kredit macet serta asuransi kredit
3. Melaksanakan pengawasan secara uji petik dan terprogram, terhadap barang jaminan yang masuk, serta pengawasan survey secara berkala dan terprogram
4. Mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi administrasi, keuangan, sarana dan prasarana keamanan, serta pembuatan laporan kegiatan operasional kantor cabang
5. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi penerimaan dan pembayaran serta pengelolaan modal kerja.
Gambar 4.3. Struktur Organisasi Kantor Unit Pelayanan Cabang Sumber : PT. Pegadaian Syariah
Fungsi:
1. Pengelola/Penaksir bertugas sebagai mengelola dan menafsir yang akan digadaikan terutama emas untuk menentukan kadar dari emas tersebut, setelah penaksir mengetahui nilai kualitas barang kemudian barulah ditetapkan nilai taksir barang tersebut
2. Kasir bertugas sebagai pemberi sejumlah uang yang akan dipinjam nasabah sesuai dengan kualitas barang yang digadaikan
3. Penjaga/Satpam bertugas sebagai penjaga keamanan di lingkungan pegadaian PENGELOLA/PENAKSIR
KASIR/TATA USAHA PENJAGA/SATPAM
37 B. Hasil Penelitian
1. Jenis Gadai Pada Pegadaian Syariah
Adapun jenis gadai pada PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral, sebagai berikut :
a. Gadai emas atau perhiasan, yaitu semua perhiasan yang dibuat dari emas, perhiasan perak berlian, intan dan mutiara
b. Gadai kendaraan, yaitu sepeda, sepeda motor dan mobil
c. Gadai barang elektronik atau barang gudang, yaitu laptop, TV, Radio dan sebagainya
2. Prosedur Permohonan Gadai dan Pelunasan Gadai
Gadai syariah tidak boleh menyulitkan nasabah yang akan melakukan pinjaman. Akad yang digunakan dan produk yang dijual harus sesuai dengan Al-qur,an, hadits dan ijma para ulama serta tidak melakukan kegiatan yang mengandung unsur riba.
Untuk melakukan permohonan gadai, nasabah harus memenuhi ketentuan berikut :
a. Membawa KTP atau identitas lain ( SIM, paspor dll) b. Mengisi formulir permintaan rahn
c. Menyerahkan barang jaminan (marhun) seperti emas, berlian dan kendaraan bermotor
Prosedur penyerahan pinjaman (marhun bih) dilakukan sebagai berikut:
a. Nasabah mengisi formulir permintaan rahn
b. Nasabah menyerahkan formulir permintaan rahn beserta KTP dan barang jaminan
c. Petugas pegadaian menaksir marhun yang diserahkan d. Besarnya pinjaman akan diberikan sesuai taksiran
e. Apabila pinjaman telah disepakati, nasabah akan menandatangani akad dan menerima uang pinjaman.
Prosedur penyerahan marhun bih dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.4
Prosedur Penyerahan Marhun Bih Sumber : PT. Pegadaian Syariah
Prosedur pengembalian pinjaman oleh nasabah sebagai berikut : a. Uang pinjaman dapat dilunasi sebelum jatuh tempo
b. Jumlah yang harus dibayar oleh nasabah adalah penjumlahan dari pinjaman ditambah biaya sewa (ijarah) dibayar langsung ke kasir dengan menyerahkan surat bukti rahn dan KTP
c. Kemudian nasabah menunjukkan bukti pelunasan kepada petugas penyimpanan marhun
d. Petugas akan mengembalikan marhun setelah menandatangani bukti pelunasan
Rahin
Kasir Penetapan
jumlah fee Penaksir 1. permohonan dan penyerahan
barang
2. Pencairan
Prosedur Pengembalian marhun bih dapat dilihat pada gambar berikut:
e.
Gambar 4.5
Prosedur Pengembalian Marhun Bih Sumber : PT. Pegadaian Syariah
3. Akad Yang Digunakan Pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral a. Akad Rahn
Rahn adalah jaminan hutang atau gadai, pemilik barang gadai dan orang yang mengutang disebut rahin, sementara orang yang mengambil barang dan menahannya disebut murtahin, dan barang yang digadaikan disebut rahn. Akad rahn adalah perjanjian yang menjadikan barang berharga sebagai jaminan utang hingga pihak yang bersangkutan bisa mengembalikan utang. Adapun emas yang digadaikan adalah 6 – 12 karat untuk logam mulia dan emas batangan.
Rahn harus dilunasi pada saat jatuh tempo atau melakukan perpanjangan jangka waktu piutang.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan penulis terkait akad rahn oleh Kepala Penjualan PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
“Akad kredit yang digunakan pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral adalah akad rahn dan mu’nah (ijarah). Akad rahn adalah perjanjian terhadap pinjaman sesuai yang tertera pada Surat Bukti Rahn (SBR), sementara mu’nah adalah biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh rahin, pada saat rahn jatuh tempo wajib di Rahin
Petugas penyimpanan
marhun Informasi Pelunasan
Kasir 1. Pelunasan
2. Pengembalian barang gadai
bayarkan oleh rahin jika rahin tidak dapat melakukan pelunasan maka pegadaian mmemberikan keringanan hanya membayar biaya ujroh dan biaya administrasi selama 120 hari/ 4 bulan otomatis biaya kreditnya akan di perbaharui 4 bulan kedepannya”
(Wawancara oleh Bapak EA) b. Mu’nah (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Dalam hal ini pegadaian menggunakan akad ini sebagai biaya sewa penyimpanan barang jaminan pada saat akad.
Jangka waktu pinjaman pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral adalah 4 bulan atau 120 hari kalender. Biaya ujroh yang dikeluarkan oleh nasabah per 10 hari setelah dilakukan akad, besarnya biaya ujroh yang dikeluarkan sesuai dengan golongan pinjaman dan harus dilunasi pada saat jatuh tempo.
adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terkait akad ijarah oleh Penaksir pada PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
“Pendapatan sewa di akui pada saat pinjaman telah diserahkan ke penyewa dan biaya ujroh terhitung pada saat terjadinya akad, jasa simpan / ujroh per 10 hari, jadi jika nasabah ingin melunasi pinjaman dan kredit sudah berjalan 25 hari maka biaya ujroh terhitung 30 hari untuk pelunasan” (Wawancara oleh ibu NRJ) 4. Prosedur Penaksiran Marhun
a. Penaksiran Gadai Emas
PT pegadaian memberikan pinjaman sesuai dengan nilai taksir pada emas, nilai taksir menentukan besar kecilnya pinjaman yang akan diberikan.
Standar Taksiran Logam/Perhiasan (STL) berubah sesuai harga emas saat ini, penerapan STL pada pegadaian ada 2 yaitu STL logam lantakan (Batangan/Lempengan yang sudah dilebur) dan STL Logam perhiasan.
Harga pasaran emas saat ini untuk 24 karat sebesar Rp. 831.081, maka
standar taksiran emas pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral sebagai berikut:
Tabel 4.1
Standar Taksiran Emas
No. Jumlah Karat Taksiran
1 24 karat 831.081
2 23 karat 796.452
3 22 karat 761.824
4 21 karat 727.195
5 20 karat 692.567
6 19 karat 657.939
7 18 karat 623.310
8 17 karat 588.682
9 16 karat 554.054
10 15 karat 519.425
11 14 karat 484.797
12 13 karat 450.168
13 12 karat 415.540
14 11 karat 380.912
15 10 karat 346.283
16 9 karat 311.655
17 8 karat 277.027
18 7 karat 242.398
19 6 karat 207.770
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Tabel 4.1 Mengenai Standar Taksiran Emas Menunjukkan Bahwa Standar Taksiran Emas Yang Telah Ditetapkan Oleh PT Pegadaian Di Nilai Berdasarkan Besaran Karatase. Semakin Besar Karatase Emas Maka Semakin Besar Jumlah Pinjaman Yang Akan Diberikan. Adapun Rumus Standar Taksiran Emas Sebagai Berikut :
Rumus Standar Taksiran Emas : (831.081 x 23 karat : 24 karat)
b. Perhitungan Besarnya Pinjaman (Marhun Bih)
PT. pegadaian syariah memiliki presentase penetapan marhun bih dari nilai taksiran sesuai golongan pinjaman yaitu 95%, 92%, dan 93%. Adapun penetapan marhun bih sebagai berikut:
Tabel 4.2
Presentase Marhun Bih Terhadap Nilai Taksiran Jaminan
Golongan
pinjaman Penggolongan marhun bih
Presentase penentuan marhun
bih dari taksiran untuk marhun emas
A 50.000 – 500.000 95%
B1 510.000 – 1.000.000
92%
B2 1.010.000 – 2.500.000 B3 2.550.000 – 5.000.000 C1 5.050.000 – 10.000.000 C2 10.050.000 – 15.000.000 C3 15.050.000 – 20.000.000
D >20.050.000 93%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Berdasarkan tabel 4.2 mengenai presentase marhun bih terhadap nilai taksiran emas di tetapkan sesuai golongan pinjaman. Semakin tinggi pengambialan golongan pinjaman nasabah kepada pt pegadaian syariah maka semakin rendah presentase marhun bih yang akan diberikan
c. Perhitungan Biaya Ijarah (Mu’nah Akad)
Hitungan ujroh perkaliannya terhadap taksiran untuk besarnya tergantung pinjaman nasabah, presentase tabel biaya ujroh sebagai berikut :
Tabel 4.3
Presentase Biaya Ujrah (Ijarah)
Golongan pinjaman
Penggolongan marhun
bih Jangka waktu Presentase
ijarah/10 hari
A 50.000 – 500.000 120 hari 0,65%
B1 510.000 – 1.000.000
120 hari 0,73%
B2 1.010.000 – 2.500.000 B3 2.550.000 – 5.000.000 C1 5.050.000 – 10.000.000
120 hari 0,73%
C2 10.050.000 – 15.000.000 C3 15.050.000 – 20.000.000
D >20.050.000 120 hari 0,64%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Presentase biaya ujroh terhadap pinjaman dapat dilihat pada tabel 4.3 yang menyatakan bahwa setiap golongan pinjaman memiliki presentase berbeda terhadap biaya ujroh. Biaya ujroh dikenakan per 10 hari dari pinjaman selama 4 bulan atau 120 hari kalender. Pinjaman golongan A sebesar 0,65%, golongan B dan C sebesar 0,73% dan golongan D sebesar 0,64%.
Bagi rahin yang mengambil pinjaman di bawah nilai maksimum maka mendapatkan diskon dari biaya ujroh/ijarah. Adapun tabel diskon biaya ijarah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Diskon Ijarah
No. Besaran Marhun Bih Tarif Diskon
1 >85% taksiran 0%
2 80% - 84% x taksiran 7%
3 75% - 79% x taksiran 14%
4 70% - 74% x taksiran 20%
5 65% - 69% x taksiran 26%
6 60% - 64% x taksiran 32%
7 55% - 59% x taksiran 38%
8 50% - 54% x taksiran 44%
9 45% - 49% x taksiran 50%
40% - 44% x taksiran 56%
10 35% - 39% x taksiran 61%
11 30% - 34% x taksiran 66%
12 25% - 29% x taksiran 71%
13 20% - 24% x taksiran 76%
14 15% - 19% x taksiran 81%
15 <14% x taksiran 85%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Dari tabel diatas , dapat diketahui bahwa semakin kecil pinjaman yang di ajukan nasabah atau dibawah nilai maksimal, maka semakin besar tarif diskon yang akan diberikan pegadaian syariah kepada nasabah.
d. Biaya Administrasi
Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pegadaian dalam proses marhun bih, biaya administrasi di kategorikan 4 golongan, sebagai berikut :
Tabel 4.5 Biaya Administrasi Golongan
pinjaman Penggolongan marhun bih Biaya Administrasi
A 50.000 – 500.000 2.500
B1 510.000 – 1.000.000 10.000
B2 1.010.000 – 2.500.000 20.000
B3 2.550.000 – 5.000.000 35.000
C1 5.050.000 – 10.000.000 50.000
C2 10.050.000 – 15.000.000 75.000
C3 15.050.000 – 20.000.000 100.000
D >20.050.000 125.000
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Biaya administrasi pada tabel 4.5 menunjukkan penggolongan pinjaman dan besaran biaya yang akan dibayarkan oleh nasabah pada saat penyerahan pinjaman. Semakin besar nilai pinjaman yang akan diambil oleh nasabah maka semakin besar pula biaya administrasinya.
C. Pembahasan
1. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 107 Pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral terkait PSAK 107, pada saat terjadinya akad gadai syariah (Rahn) ialah saat pihak pegadaian menandatangani dan mencairkan dana sebesar pinjaman yang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, penentuan biaya sewa dan penentuan biaya