BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
2. Prosedur Permohonan Gadai Dan Pelunasan Gadai
37 B. Hasil Penelitian
1. Jenis Gadai Pada Pegadaian Syariah
Adapun jenis gadai pada PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral, sebagai berikut :
a. Gadai emas atau perhiasan, yaitu semua perhiasan yang dibuat dari emas, perhiasan perak berlian, intan dan mutiara
b. Gadai kendaraan, yaitu sepeda, sepeda motor dan mobil
c. Gadai barang elektronik atau barang gudang, yaitu laptop, TV, Radio dan sebagainya
e. Apabila pinjaman telah disepakati, nasabah akan menandatangani akad dan menerima uang pinjaman.
Prosedur penyerahan marhun bih dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.4
Prosedur Penyerahan Marhun Bih Sumber : PT. Pegadaian Syariah
Prosedur pengembalian pinjaman oleh nasabah sebagai berikut : a. Uang pinjaman dapat dilunasi sebelum jatuh tempo
b. Jumlah yang harus dibayar oleh nasabah adalah penjumlahan dari pinjaman ditambah biaya sewa (ijarah) dibayar langsung ke kasir dengan menyerahkan surat bukti rahn dan KTP
c. Kemudian nasabah menunjukkan bukti pelunasan kepada petugas penyimpanan marhun
d. Petugas akan mengembalikan marhun setelah menandatangani bukti pelunasan
Rahin
Kasir Penetapan
jumlah fee Penaksir 1. permohonan dan penyerahan
barang
2. Pencairan
Prosedur Pengembalian marhun bih dapat dilihat pada gambar berikut:
e.
Gambar 4.5
Prosedur Pengembalian Marhun Bih Sumber : PT. Pegadaian Syariah
3. Akad Yang Digunakan Pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral a. Akad Rahn
Rahn adalah jaminan hutang atau gadai, pemilik barang gadai dan orang yang mengutang disebut rahin, sementara orang yang mengambil barang dan menahannya disebut murtahin, dan barang yang digadaikan disebut rahn. Akad rahn adalah perjanjian yang menjadikan barang berharga sebagai jaminan utang hingga pihak yang bersangkutan bisa mengembalikan utang. Adapun emas yang digadaikan adalah 6 – 12 karat untuk logam mulia dan emas batangan.
Rahn harus dilunasi pada saat jatuh tempo atau melakukan perpanjangan jangka waktu piutang.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan penulis terkait akad rahn oleh Kepala Penjualan PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
“Akad kredit yang digunakan pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral adalah akad rahn dan mu’nah (ijarah). Akad rahn adalah perjanjian terhadap pinjaman sesuai yang tertera pada Surat Bukti Rahn (SBR), sementara mu’nah adalah biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh rahin, pada saat rahn jatuh tempo wajib di Rahin
Petugas penyimpanan
marhun Informasi Pelunasan
Kasir 1. Pelunasan
2. Pengembalian barang gadai
bayarkan oleh rahin jika rahin tidak dapat melakukan pelunasan maka pegadaian mmemberikan keringanan hanya membayar biaya ujroh dan biaya administrasi selama 120 hari/ 4 bulan otomatis biaya kreditnya akan di perbaharui 4 bulan kedepannya”
(Wawancara oleh Bapak EA) b. Mu’nah (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Dalam hal ini pegadaian menggunakan akad ini sebagai biaya sewa penyimpanan barang jaminan pada saat akad.
Jangka waktu pinjaman pada Pegadaian Syariah Cabang Sentral adalah 4 bulan atau 120 hari kalender. Biaya ujroh yang dikeluarkan oleh nasabah per 10 hari setelah dilakukan akad, besarnya biaya ujroh yang dikeluarkan sesuai dengan golongan pinjaman dan harus dilunasi pada saat jatuh tempo.
adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terkait akad ijarah oleh Penaksir pada PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral.
“Pendapatan sewa di akui pada saat pinjaman telah diserahkan ke penyewa dan biaya ujroh terhitung pada saat terjadinya akad, jasa simpan / ujroh per 10 hari, jadi jika nasabah ingin melunasi pinjaman dan kredit sudah berjalan 25 hari maka biaya ujroh terhitung 30 hari untuk pelunasan” (Wawancara oleh ibu NRJ) 4. Prosedur Penaksiran Marhun
a. Penaksiran Gadai Emas
PT pegadaian memberikan pinjaman sesuai dengan nilai taksir pada emas, nilai taksir menentukan besar kecilnya pinjaman yang akan diberikan.
Standar Taksiran Logam/Perhiasan (STL) berubah sesuai harga emas saat ini, penerapan STL pada pegadaian ada 2 yaitu STL logam lantakan (Batangan/Lempengan yang sudah dilebur) dan STL Logam perhiasan.
Harga pasaran emas saat ini untuk 24 karat sebesar Rp. 831.081, maka
standar taksiran emas pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral sebagai berikut:
Tabel 4.1
Standar Taksiran Emas
No. Jumlah Karat Taksiran
1 24 karat 831.081
2 23 karat 796.452
3 22 karat 761.824
4 21 karat 727.195
5 20 karat 692.567
6 19 karat 657.939
7 18 karat 623.310
8 17 karat 588.682
9 16 karat 554.054
10 15 karat 519.425
11 14 karat 484.797
12 13 karat 450.168
13 12 karat 415.540
14 11 karat 380.912
15 10 karat 346.283
16 9 karat 311.655
17 8 karat 277.027
18 7 karat 242.398
19 6 karat 207.770
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Tabel 4.1 Mengenai Standar Taksiran Emas Menunjukkan Bahwa Standar Taksiran Emas Yang Telah Ditetapkan Oleh PT Pegadaian Di Nilai Berdasarkan Besaran Karatase. Semakin Besar Karatase Emas Maka Semakin Besar Jumlah Pinjaman Yang Akan Diberikan. Adapun Rumus Standar Taksiran Emas Sebagai Berikut :
Rumus Standar Taksiran Emas : (831.081 x 23 karat : 24 karat)
b. Perhitungan Besarnya Pinjaman (Marhun Bih)
PT. pegadaian syariah memiliki presentase penetapan marhun bih dari nilai taksiran sesuai golongan pinjaman yaitu 95%, 92%, dan 93%. Adapun penetapan marhun bih sebagai berikut:
Tabel 4.2
Presentase Marhun Bih Terhadap Nilai Taksiran Jaminan
Golongan
pinjaman Penggolongan marhun bih
Presentase penentuan marhun
bih dari taksiran untuk marhun emas
A 50.000 – 500.000 95%
B1 510.000 – 1.000.000
92%
B2 1.010.000 – 2.500.000 B3 2.550.000 – 5.000.000 C1 5.050.000 – 10.000.000 C2 10.050.000 – 15.000.000 C3 15.050.000 – 20.000.000
D >20.050.000 93%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Berdasarkan tabel 4.2 mengenai presentase marhun bih terhadap nilai taksiran emas di tetapkan sesuai golongan pinjaman. Semakin tinggi pengambialan golongan pinjaman nasabah kepada pt pegadaian syariah maka semakin rendah presentase marhun bih yang akan diberikan
c. Perhitungan Biaya Ijarah (Mu’nah Akad)
Hitungan ujroh perkaliannya terhadap taksiran untuk besarnya tergantung pinjaman nasabah, presentase tabel biaya ujroh sebagai berikut :
Tabel 4.3
Presentase Biaya Ujrah (Ijarah)
Golongan pinjaman
Penggolongan marhun
bih Jangka waktu Presentase
ijarah/10 hari
A 50.000 – 500.000 120 hari 0,65%
B1 510.000 – 1.000.000
120 hari 0,73%
B2 1.010.000 – 2.500.000 B3 2.550.000 – 5.000.000 C1 5.050.000 – 10.000.000
120 hari 0,73%
C2 10.050.000 – 15.000.000 C3 15.050.000 – 20.000.000
D >20.050.000 120 hari 0,64%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Presentase biaya ujroh terhadap pinjaman dapat dilihat pada tabel 4.3 yang menyatakan bahwa setiap golongan pinjaman memiliki presentase berbeda terhadap biaya ujroh. Biaya ujroh dikenakan per 10 hari dari pinjaman selama 4 bulan atau 120 hari kalender. Pinjaman golongan A sebesar 0,65%, golongan B dan C sebesar 0,73% dan golongan D sebesar 0,64%.
Bagi rahin yang mengambil pinjaman di bawah nilai maksimum maka mendapatkan diskon dari biaya ujroh/ijarah. Adapun tabel diskon biaya ijarah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Diskon Ijarah
No. Besaran Marhun Bih Tarif Diskon
1 >85% taksiran 0%
2 80% - 84% x taksiran 7%
3 75% - 79% x taksiran 14%
4 70% - 74% x taksiran 20%
5 65% - 69% x taksiran 26%
6 60% - 64% x taksiran 32%
7 55% - 59% x taksiran 38%
8 50% - 54% x taksiran 44%
9 45% - 49% x taksiran 50%
40% - 44% x taksiran 56%
10 35% - 39% x taksiran 61%
11 30% - 34% x taksiran 66%
12 25% - 29% x taksiran 71%
13 20% - 24% x taksiran 76%
14 15% - 19% x taksiran 81%
15 <14% x taksiran 85%
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Dari tabel diatas , dapat diketahui bahwa semakin kecil pinjaman yang di ajukan nasabah atau dibawah nilai maksimal, maka semakin besar tarif diskon yang akan diberikan pegadaian syariah kepada nasabah.
d. Biaya Administrasi
Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pegadaian dalam proses marhun bih, biaya administrasi di kategorikan 4 golongan, sebagai berikut :
Tabel 4.5 Biaya Administrasi Golongan
pinjaman Penggolongan marhun bih Biaya Administrasi
A 50.000 – 500.000 2.500
B1 510.000 – 1.000.000 10.000
B2 1.010.000 – 2.500.000 20.000
B3 2.550.000 – 5.000.000 35.000
C1 5.050.000 – 10.000.000 50.000
C2 10.050.000 – 15.000.000 75.000
C3 15.050.000 – 20.000.000 100.000
D >20.050.000 125.000
Sumber : PT Pegadaian Syariah
Biaya administrasi pada tabel 4.5 menunjukkan penggolongan pinjaman dan besaran biaya yang akan dibayarkan oleh nasabah pada saat penyerahan pinjaman. Semakin besar nilai pinjaman yang akan diambil oleh nasabah maka semakin besar pula biaya administrasinya.
C. Pembahasan
1. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 107 Pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral terkait PSAK 107, pada saat terjadinya akad gadai syariah (Rahn) ialah saat pihak pegadaian menandatangani dan mencairkan dana sebesar pinjaman yang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, penentuan biaya sewa dan penentuan biaya
administrasi dilakukan berdasarkan akad pendamping yaitu PSAK 107 menjelaskan terkait pengakuan dan pengukuran serta pengungkapan dan penyajian pada setiap transaksinya.
Oleh karena itu berdasarkan teori yang ada dalam PSAK 107, pinjaman/kas dinilai sebesar jumlah yang di pinjamkan pada saat terjadinya akad, pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset (sewa tempat) telah diserahkan kepada rahin.
seperti yang dijelaskan oleh Penaksir di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral yaitu sebagai berikut :
“Dalam hal pengakuan dan pengungkapan terkait rahn (gadai syariah), PT pegadaian syariah mengakui sebagai piutang pada saat penyerahan pinjaman, pinjaman yang diberikan kepada nasabah di nilai sebesar jumlah pinjaman yang diberikan pada saat terjadinya akad dan juga mengakui biaya ujroh/ijarah sebagai pendapatan sewa dan mengakui biaya administrasi sebagai pendapatan, biaya – biaya dikeluarkan berdasarkan golongan pinjaman yang telah di tetapkan sesuai standar pegadaian pada pegadaian pusat, seluruh pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, seluruh biaya – biaya yang diakui sebagai pendapatan dilakukan pencatatan saat itu juga.
mengenai penyajian dan pengungkapan terhadap gadai syariah (Rahn) bahwa pegadaian syariah tidak membuat laporan keuangan karena laporan keuangan otomatis terupdate by sistem/online secara terpusat dan laporan keuangan dikelola oleh PT. Pegadaian Kanwil VI Makassar” (Wawancara oleh ibu NRJ).
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Pengakuan dan Pengukuran
Pada saat pembiayaan rahn dan ijarah pihak PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui sebagai piutang pada saat menyerahkan pinjaman ke nasabah setelah melakukan akad antara kedua belah pihak yang disepakati, mengakui biaya ijarah sebagai pendapatan ijarah sebesar nilai taksiran barang dan mengakui biaya administrasi sebagai pendapatan administrasi sebesar marhun bih
atau pinjaman nasabah. Adapun pengukuran atas biaya ijarah diukur sebesar nilai taksiran barang jaminan nasabah.
1. Berdasarkan Obsevasi Didapati Transaksi Rahn Pada PT.
Pegadaian Syariah Cabang Sentral
Pada tanggal 12 April 2022, ibu Vivi menggadaikan emasnya, di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral untuk keperluan yang mendesak yang harus dia penuhi. ia membawa barang jaminan 1 gram dengan kadar 16 karat. perhitungan besar biaya penitipan (sewa) yang harus dibayarkan ibu Vivi dan jumlah pinjaman maksimum dapat dipinjam olehnya adalah:
(Asumsi standar nilai taksiran yang berlaku untuk emas 24 karat
=Rp.831.081), maka:
Nilai Taksiran = Karat Emas : 24 Karat X STL X Berat = 16 : 24 x Rp.831.081 x 1 gram
= Rp. 554.054
Uang Pinjaman = Taksiran X Plafond Kredit = Rp. 554.054 x 95%
= Rp.526.351
Ijarah = 0,65% x Rp. 554.054 = Rp. 3.601
Diskon ijarah = Rp. 3.601 – 85%
= Rp. 540 ( Dibulatkan Rp. 600 ) per 10 hari
Biaya Adm = Rp. 2.500 ( Golongan A)
Uang pinjaman yang diambil ibu vivi pada Pegadaian Syariah ialah Rp. 100.000 dibawah batas maksimum pinjaman yang ditetapkan,
maka ibu vivi mendapatkan diskon ijarah sebesar 85%. Jadi uang pinjaman (marhun bih) yang diperoleh nasabah senilai Rp.100.000, biaya iijarah sebesar Rp. 600 dan biaya administrasi Rp.2.500
a. Untuk contoh kasus nasabah diatas pegadaian syariah akan mengakui sebagai piutang pada saat mencairkan uang pinjaman kepada nasabah dengan jurnal berikut:
Jurnal : 12 April
2022
Piutang Rp. 100.000
Kas Rp. 100.000
b. Biaya ijarah dan administrasi diakui pada saat pinjaman dicairkan kepada nasabah sebesar uang pinjaman atau penggolongan marhun bih.
Jurnal : 12 April
2022
Kas Rp. 3.100
Pendapatan biaya ADM Rp. 2.500
Pendapatan ijarah Rp. 600
c. Apabila sebelum jatuh tempo ibu vivi dapat menebus marhun bih selama 5 hari maka biaya yang akan dibayarkan sebesar Rp. 100.600
Jurnal :
Kas Rp. 100.600
Marhun bih Rp. 100.000
Pendapatan ijarah Rp. 600
d. Apabila sudah jatuh tempo selama 120 hari nasabah belum melunasi uang pinjaman, maka pihak PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral melakukan pelelangan. Saat pelelangan ditetapkan bea lelang pembeli dan penjual masing – masing 1% dari harga barang yang laku dilelang.
Jika harga perolehan pelelangan lebih besar dari nilai pinjaman dan hasil penjualan lelang senilai Rp. 600.000 maka diakui sebagai uang kelebihan nasabah
Jurnal :
Kas Rp. 600.000
Uang kelebihan nasabah Rp. 486.800
Piutang marhun bih Rp. 100.000
Pendapatan ujroh Rp. 7.200
Bea lelang pembeli Rp. 6.000
Bea lelang penjual Rp. 6.000
Berdasarkan penjelasan Penaksir di PT. Pegadaian Syariah Cabang Sentral menyatakan bahwa :
“ Hasil penjualan lelang (marhun) akan dikurangi uang pinjaman (marhu bih), pendapatan ujroh, bea lelang pembeli. Bea lelang penjual dan uang kelebihan lelang menjadi hak rahin (nasabah).
Jangka waktu pengambilan uang kelebihan selama satu tahun sejak pemberitahuan pengambilan uang kelebihan lelang kepada nasabah, jika lewat jangka waktu pengambilan uang kelebihan lelang maka nasabah menyatakan setuju untuk menyalurkan uang kelebihan tersebut sebagai sedekah yang pelaksanaannya diserahkan oleh murtahin (pegadaian) jika hasil penjualan lelang yang lebih rendah dari uang pinjaman nasabah, menjadi tanggung jawab nasabah untuk membayar kekurangan tersebut.” (Wawancara oleh ibu NRJ)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terkait uang kelebihan lelang di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral sudah
sesuai dengan pernyataan atau fatwa dewan syariah nasional tentang akad rahn no. 25/DSN-MUI/III/2002 yang menyatakan bahwa hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang rahin, biaya pemeliharaan dan biaya penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan dan kelebihan hasil penjualan milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin. PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui sebagai uang kelebihan nasabah.
Dalam perspektif islam terkait uang kelebihan kadaluarsa dari hasil lelang pegadaian syariah cabang sentral tidak melanggar hukum islam, disebabkan karena sebelumnya diinformasikan kepada nasabah jika ada uang kelebihan dan sudah melakukan akad rahn.
Apabila nasabah telah melakukan pelunasan atas pembiayaan syariah, maka pegadaian syariah akan menerima kas sebesar jumlah pinjaman yang diberikan. Biaya sewa (ijarah rahn) yang dibayar oleh nasabah selama barang dititipkan akan diakumulasikan.
Dalam PSAK 107, pengakuan dan pengukuran beban dalam perspektif Mu’jir (pemilik) adalah bahwa biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya dan jika nasabah melakukan perbaikan rutin objek ijarah dengan persetujuan pemilik, maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya . Kemudian beban dalam kegiatan pembiayaan pada PT pegadaian syariah cabang sentral yang terdiri dari biaya – biaya yang dikeluarkan pihak pegadaian menyangkut pembiayaan gadai syariah telah ditanggung oleh nasabah dan diakui pendapatan oleh pegadaian. Hal ini diakui pada saat terjadinya atau dikeluarkannya biaya tersebut sehingga
pegadaian tidak mencatatnya sebagai beban tetapi mencatatnya sebagai pendapatan yang telah disepakati oleh nasabah (rahin).
b. Penyajian dan Pengungkapan
Adapun penjelasan dari hasil paparan diatas terkait penyajian dan pengungkapan dalam pembiayaan rahn oleh pihak PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral adalah sebagai berikut :
1. Piutang pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi PT Pegadaian (Persero) dan entitas anak sebagai aset lancar yakni dengan akun pinjaman yang diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai per periode terkait dan diungkap dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT Pegadaian yakni mengacu pada nilai barang jaminan yang digunakan oleh nasabah.
2. Utang nasabah di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral juga disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasi sebagai uang kelebihan nilai penjualan barang, jaminan dari pokok pinjaman , sewa modal dan bea lelang yang belum diail oleh nasabah. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan nasabah belum diambil maka akan diakui sebagai pendapatan oleh pegadaian 3. Pendapatan administrasi pada PT Pegadaian Syariah Cabang
Sentral disajikan dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan usaha dalam catatan atas laporan keuangan diungkap terdiri dari sewa modal gadai, jasa simpan/ijarah gadai syariah, sewa modal dan pendapatan lainnya. Sementara untuk pendapatan administrasi terdiri dari usaha gadai, usaha syariah dan usaha lainnya
4. Uang kelebihan lewat waktu disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasi sebagai pendapatan lain –lain dan diungkap dalam catatan atas laporan keuangan menyatakan bahwa kelebihan lewat waktu berasal dari usaha gadai yang diperhitungkan sebagai pendapatan perusahaan untuk periode terkait.
2. Perbandingan Penerapan Akuntansi PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral Dengan PSAK 107
Analisis didasarkan dari hasil penelitian atas pembiayaan rahn di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral dengan membandingkan kesesuaian penerapan akuntansi pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian terkait rahn di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral dengan PSAK 107, berikut hasil analisis:
Tabel 4.6
Kesesuaian Penerapan Akuntansi Di Pegadaian Syariah Cabang Sentral dan PSAK 107
No
Penerapan Pada PT Pegadaian Syariah Cabang
Sentral
PSAK 107 Kesesuaian
Dengan PSAK
1
Pengakuan dan pengukuran PT Pegadaian syariah Cabang sentral mengakui sebagai piutang pada saat menyerahkan pinjaman kepada nasabah sesuai dengan besarnya pinjaman yang akan diberikan kepada nasabah
Pinjaman kas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadi akad
Sudah sesuai dengan PSAK 107
2
PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui pendapatan sewa atas biaya sewa yang telah dibayarkan nasabah pada saat
Pendapatan sewa diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa
Sudah sesuai dengan PSAK 107
penyerahan uang pinjaman ke nasabah
3
PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral menyatakan bahwa tidak ada pembiayaan yang dilaporkan ke nasabah terkait biaya biaya pemeliharaan atau perbaikan
Pengakuan biaya
pemeliharaan atau perbaikan diakui pada saat terjadinya akad
Tidak sesuai
PSAK 107
karena PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral tidak melakukan pembiayaan,pe meliharaan atau perbaikan emas yang digadai
4
Penyajian dan pengungkapan PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui pendapatan dan beban yang terkait pada saat penyerahan marhun bih
Penyajian pendapatan disajikan secara netto setelah dikurangi beban yang terkait dan diakui pada saat penyerahan marhun bih
Sudah sesuai dengan PSAK 107
5
PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral memiliki laporan
keuangan, yang pengelolanya dilakukan oleh PT Pegadaian Kanwil VI Makassar secara tersentralisasi
Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait ijarah.
Sudah sesuai PSAK 107
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.7
Perbandingan Jurnal Transaksi Rahn Pada Pegadian Syariah Cabang Sentral Dengan PSAK 107
No Jenis Transaksi Jurnal PT Pegadaian
Syariah Cabang Sentral Berdasarkan PSAK 107 1 Pada saat menerima
gadai
Tidak ada jurnal Tidak ada jurnal
2
Pada saat menyerahkan uang pinjaman
Dr. Piutang Kr. Kas
Dr. Piutang Kr. Kas
3
Pada saat menerima uang pemeliharaan dan penyimpanan
Dr. Kas
Kr. Pendapatan ijarah
Dr. Kas
Kr. Pendapatan
4 Pada saat pelunasan uang pinjaman
Dr. Kas
Kr. Piutang
Dr. Kas
Kr. Piutang Sumber : Data Olahan
Dari hasil penelitian diperoleh infomasi bahwa penerapan perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral yang meliputi standar pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan adalah sebagai berikut :
a. Pengakuan dan Pengukuran
Setelah rahin mendapatkan uang pinjaman pihak PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui sebagai piutang, oleh sebab itu timbul biaya – biaya yang dibebankan kepada rahin yaitu biaya sewa atas jasa yang telah menyimpan (ujroh) marhun milik rahin yang telah ditetapkan menurut taksiran barang gadai dengan tarif yang telah ditentukan untuk jangka waktu tertentu.
1. PT pegadaian syariah cabang sentral mengakui sebagai piutang pada saat menyerahkan pinjaman kepada nasabah setelah melakukan akad antara kedua belah pihak, pinjaman diberikan sesuai jumlah yang telah di tetapkan.
2. PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral mengakui pendapatan sewa (ijarah) sebesar nilai taksiran emas biaya sewa yang telah dibayar terhadap tempat yang telah disediakan ketika pemilik telah melakukan transaksi rahn.
Adapun pengakuan atas beban biaya oleh PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral diakui pada saat pelunasan atau pembayaran biaya sewa oleh rahin (nasabah)
3. Pengakuan atas biaya perbaikan objek rahn yang mana dijelaskan bahwa jika penyewa melakukan perbaikan objek rahn dengan persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban saat terjadinya. Namun dari hasil penelitian di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral menunjukkan bahwa tidak ada pembiayaan yang dilaporkan kepada nasabah terkait pengeluaran biaya pemeliharaan atau perbaikan emas. Biaya ijarah yang dibayarkan oleh nasabah dianggap sebagai biaya sewa atas jasa PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral telah menyimpan, menjaga, dan memelihara marhun bih milik rahin.
b. Penyajian dan Pengungkapan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapati bahwa PT pegaaian syariah cabang sentral memiliki laporan keuangan hanya untuk pihan intern di pegadaian syariah dalam bentuk laporan neraca konsolidasi dan laporan laba rugi konsolidasi yang pengelolanya dilakukan oleh PT Pegadaian Kanwil VI Makassar, dalam artian bahwa PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral tidak dapat mengelola dan menyajikan laporan keuangannya sendiri, melainkan Kanwil VI Makassar saja yang memiliki wewenang untuk menyajikan dan mengungkapkannya. Sehingga tidak terdapat catatan akuntansi khusus di PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral karena penyajian dan pengungkapan dilakukan secara otomatis terupdate by sistem secara terpusat di Kantor Wilayah VI Makassar.
Bagi pihak eksternal seperti kreditor yang membutuhkan informasi dalam laporan keuangan untuk menilai kondisi perusahaan terkait dengan kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman. Serta pihak masyarakat membutuhkan informasi dari laporan keuangan untuk digunakan sebagai bahan analisa, penelitian, atau tujuan tertentu, maka PT Pegadaian membuka akses untuk pihak entitas anak dalam laporan konsolidasi yang dapat diunduh dalam website PT Pegadaian, dimana dalam penyajian tidak dilakukan pelaporan secara terpisah antara Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional disebabkan karena pada saat pencatatan atas transaksi langsung dilakukan secara online, sehingga semua data langsung masuk ke kantor pusat PT Pegadaian.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral sudah sesuai dengan PSAK 107. Namun dalam hal pengakuan perbaikan objek rahn belum sesuai dengan PSAK 107 karena pihak PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral tidak melakukan perbaikan objek rahn melainkan hanya menyimpan marhun saja.
Adapun dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan pada PT Pegadaian Syariah Cabang Sentral telah sesuai dengan PSAK 107 dimana pegadaian syariah memiliki laporan keuangan, tetapi tidak membuatnya karena pengelola keuangan dilakukan secara tersentralisasi oleh kantor pusat, tetapi tidak bersedia mengungkapkannya kepada masyarakat terkait transaksi yang terkait.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tussalam dan Ardiana (2019) yaitu bahwa pegadaian syariah jombang sudah menggunakan PSAK 107 untuk pembiayaan gadai rahn emas. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Andi dan Hardianti (2020) belum sepenuhnya