METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilitian survei dan merupakan penelitian kualitatif dengan mengesplorasi data di lapangan dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran secara cepat dan tepat tentang bagaimana metode dakwah dalam meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong.
Menurut Arief furchan penelitian pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Ini adalah cara untuk mendapatkan informasi yang bermamfaat dan dapat dipertanggung jawabkan. Tujuannya adalah untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang berarti melalui inplementasi prosedur-prosedur ilmiah. Dengan kata lain, penelitian adalah suatu usaha sistematis dan objektif untuk mencari pengetahuan yang dapat dipercaya.101
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana pengalan Islam masyarakat, dan bagaimana metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada Masyarakat, serta apa faktor pendukung dan
101Arief Furchan, Pengantar Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982), h. 19-20.
penghambat dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong.
D. Inrtrumen Penelitian
Instrument penelitian yang penulis maksudkan adalah alat bantu yang dapat digunakan oleh penulis dalam meneliti, sehingga dalam kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan secara sistematis.
Adapun alat-alat yang digunakan untuk meneliti adalah sebagai berikut:
1. Pedoman wawancara untuk metode wawancara 2. Catatan observasi
3. Alat perekam seperti Hp dan lain sebagainya
Selanjutnya dalam penelitian ini di lapangan, penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mendata hal-hal yang diperlukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :
1. Untuk metode wawancara/ interview penulis menggunakan instrument yaitu pedoman wawancara yang berisi pokok materi, yang ingin ditanyakan secara langsung dan jelas. Penulis mengadakan Tanya jawab kepada para da’i, guru agama, tokoh agama, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan keterangan mengenai hala-hal yang akan diteliti. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan informan yang dilakukan secara lisan dengan menggunakan handphone dengan catatan yang bersifat deskriftif situsional.
2. Untuk observasi, penulis menggunakan instrument catatan observasi dengan turun langsung di lokasi penelitian untuk mendata pengamatan langsung terhadap suatu obyek yang akan diteliti. Dalam pelaksanaan
3. observasi ini digunakan alat yang berupa kamera untuk pengambilan gambar obyek yang dianggap sesuai dengan penelitian skripsi dan catatan hasil pengamatan selama melaksanakan observasi.
E. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan data skunder :
a. Data primer adalah data yang ada kaitan langsung dengn topik penelitian.
b. Data skunder adalah data yang tidak ada kaitan langsung, tapi keberadaannya menunjang pembahasan pealitian.
F. Tekhnik pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik yang dipergunakan dalam mendapatkan dan mengumpulkan data dalam penelitian. Unrtuk memudahkan penelitian ini kami menggunakan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya:
a. Observasi
Yaitu pengamatan langsung di lapangan mengenai pengamalan Islam masyarakat, dan metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam masyarakat serta faktor pendukung dan penghambat dakwah di Kelurahan Sumarorong.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah metode yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan.102 Jenis wawancara yang digunakan
102Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Cet.V, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 52.
adalah wawancara terpimpin, yaitu dengan cara pewawancara menentukan sendiri urutan dan juga pembahasannya selama wawancara.103 Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai atau menginterview beberapa masyarakat, mengenai beberpa hal atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Diharapkan dari hasil wawancara tersebut dapat diperoleh informasi yang dapat dijamin kebenarannya.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda yang tertulis seperti buku, majalah dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.104 Metode ini untuk mencatat semua data secara langsung dari literatur dan yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti profil desa, jenis pekerjaan warga dan aktivitasnya.
G. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka teknik analisa yang digunakan adalah diskriptif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.105 Untuk menggambarkan secara tepat sifat atau keadaan, gejala individu atau kelompok tertentu. Jadi untuk menganalisis data digunakan analisi data deskriptif kualitatif,
103Britha Mickhlesen, Metode Penelitian Parsipatoris dan Upaya-upaya Pembelajaran, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1999), h. 128.
104Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 91.
105Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. V, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 3.
yaitu data-data yang berhasil dikumpulkan, diklasifikasikan, didiskripsikan, dan diinterprentasikan dalam bentuk kata-kata.
Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah data-data yang berhasil dikumpulkan diklasifikasikan, kemudian data dideskripsikan, yaitu peneliti menjabarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan bahasa dan redaksi dalam bentuk tulisan. Selanjutnya peneliti menginterpretasikannya yaitu menafsirkan data-data yang telah terkumpul sesuai dengan bahasa peneliti berdasarkan data yang penulis peroleh dari fokus yang diteliti.
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Sumarorong 1. Keadaan Geografis Kelurahan Sumarorong
Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa merupakan Kelurahan yang berada di daerah pegunungan yang wilayahnya terdiri atas 4 lingkungan yakni:
1. Lingkungan Borongan 2. Lingkungan Sumarorong 3. Lingkungan Tondok Tallu 4. Lingkungan Lekkong
Dan luas wilayahnya 14,07 km2, atau sekitar 5,53% dari luas Kecamatan Sumarorong yakni 254,00km2. Wilayah Kelurahan Sumarorong berada diatas ketinggian kurang lebih 1000 meter diatas permukaan laut, sebagian wilayah digunakan untuk persawahan dan perkebunan.
Kelurahan Sumarorong memiliki batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Rantekamase b. Sebelah Timur : Desa Tadisi
c. Sebelah Selatan : Desa Tadisi d. Sebelah Barat : Desa Sasakan
2. Demografi Kelurahan Sumarorong
Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa memiliki jumlah penduduk sebanyak 1331 jiwa yang sebagian besar dari mereka beragama kristen/katolik dan hanya sebagian kecil yang beragama Islam dan hindu.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Sumarorong menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Protestan 1.028 orang
2 Islam 210 orang
3 Katholik 73 orang
4 Hindu 20 orang
Sumber : Demografi Kelurahan Sumarorong 2017
Tabel 4.1 menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa memeluk agama Kristen. Hal ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang memeluk agama Kristen yang berjumlah Protestan 1,028 orang dan katholik 73 orang dan jumlah keseluruhan agama Kristen di Kelurahan Sumarorong sebanyak 1,101 orang, sedangkan penduduk di Kelurahan Sumarorong yang beragama Islam berjumlah 210 orang, dan penduduk yang beragama Hindu berjumlah 20 orang.
Tabel 4.2 Jumlah Tempat Ibadah Kelurahan Sumarorong
No Agama Jumlah
1 Gereja 5 buah
2 Masjid 1 buah
3 Mushollah 2 buah
Sumber : Demografi Kelurahan Sumarorong 2017
Tabel 4.2 menggambarkan jumlah tempat ibadah yang berada di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa.
Keberadaan tempat ibadah dengan jumlah yang cukup memadai di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa, ini tentunya sangat mendukung dan memudahakan bagi setiap ummat beragama dalam menjalankan ibadah mereka masing-masing baik dari kalangan Kristen maupun yang beragama Islam..
Tabel 4.3 Jumlah Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sumarorong No Jenis Lembaga Pendidikan Jumlah
1 Pendidikan Anak Usia Dini 3 buah
2 Sekolah Dasar 1 buah
3 Sekolah Menengah Pertama 1 buah Sumber : Demografi Kelurahan Sumarorong 2017
Tabel 4.3 diatas menunjukkan kepada kita tentang adanya partisipasi dari masyarakat Kelurahan Sumarorong dalam membangun atau mencetak generasi yang berpendidikan untuk masa yang akan datang. Hal ini bisa dilihat dari pendirian sarana pendidikan yang didirikan mulai dari tingkat
Taman kanak- kanak hingga Sekolah Menengah Pertama. Kelurahan Sumarorong memiliki 3 buah lembaga pendidikan setingkat Taman Kanak- kanak, 1 lembaga pendidikan Sekolah Dasar, dan 1 lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
3. Kondisi Sosial Masyarakat Kelurahan Sumarorong
Berdasarkan observasi lapangan kita melihat bahwa masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa dihuni berbagai macam suku/etnis seperti Mamasa, Toraja, Bugis, Mandar, Jawa. meskipun mereka memiliki berbagai macam perbedaan suku/etnis dan keyakinan atau agama, namun hal itu tidak lantas mengakibatkan adanya perpecahan antar suku/etnis dan ummat beragama diantara mereka, Namun sebaliknya mereka justru tetap senantiasa menjalin hubungan persaudaraan yang baik dan saling menghormati antar sesama manusia meski berbeda suku/etnis dan keyakinan atau agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Muslim maupun Kristen dalam pembangunan rumah dan tempat ibadah, serta pembersihan lingkungan sekitar Kelurahan, berbagai acara. Dan ketika ada salah seorang Masyarakat yang mengadakan suatu hajatan berupa acara perkawinan maupun yang sedang tertimpah musibah seperti acara kematian, rasa kepedulian sesama anggota masyarakat timbul dengan sendirinya. Rasa kepedulian itu ditunjukan dalam bentuk pemberian bantuan baik itu tenaga ataupun hal lain dengan sukarela dan tidak mengharapkan imbalan apapun.
B. Gambaran Umum Pengamalan Islam pada Masyarakat Kelurahan Sumarorong.
Berdasarkan observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan Pengamalan Islam di kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa bisa dikatakan sangat rendah, hal ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah jama’ah yang hadir dimasjid untuk menunaikan sholat berjama’ah, dan sangat sering masjid kosong tidak ada jama’ah, imam serta muadzin yang mengumandangkan adzan pada waktu sholat, seperti Asar Dan Subuh. Yang lebih sering mengisi masjid untuk sholat berjama’ah biasanya musafir yang singah ketika tibah waktu sholat, dan tidak jarang mereka yang adzan, mereka yang iqomah dan sekaligus imam karena sangat sering imam tidak hadir sholat berjama’ah di masjid.
Masyarakat muslim Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa yang hadir dimasjid untuk menunaikan sholat berjama’ah adalah sekitar 5 sampai 10 orang dari jumlah masyarakat muslim sebanyak 210 jiwa, dan ketika ditanyakan kepada masyarakat kenapa tidak kemasjid untuk melaksanakan sholat berjama’ah sebagian mereka mengatakan:
“tidak usah urus urusan orang lain, kalian yang sholat maka kalian juga yang akan mendapat pahala dan jika kami tidak sholat kalian juga tidak akan mendapatkan dosa, kalian mau sholat silahkan itu urusan kalian dan kami tidak sholat itu urusan kami”
ini sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Bakri selaku penyuluh agama non pns pada saat wawancara di Kelurahan sumarorong pada tanggal 9 mei 2017, selain itu alasan yang lain yang sering disampaikan masyarakat ketika di ajak atau di ingatkan untuk kemasjid menunaikan sholat berjama’ah adalah mereka mengatakan :
“imam masjid dan tokoh agama yang lain pun sangat jarang kemasjid untuk menunaikan sholat berjama’ah kecuali pada hari juma’t untuk sholat jum’at, apalagi kami yang masyarakat biasa yang sibuk kerja di kebun agar bisa menafkahi keluarga dirumah”
ini sebagai mana yang dikatakan oleh Bapak Sahabuddin selaku tokoh masyarakat pada saat wawancara tgl 15 mei 2017. Hal ini tentunya diakibatkan karena kurangnya pemahaman agama pada masyarakat Kelurahan Sumarorong, kemudian tidak adanya contoh yang baik dari pihak tokoh agama baik dari imam masjid maupun tokoh agama yang bertempat tinggal di Kelurahan Sumarorong. Namun Alhamdulillah setelah adanya da’i yang bisa membimbing dan membina serta memberikan pengarahan kepada masyarakat Kelurahan Sumarorong kegiatan keagamaan mereka mulai beragam dan pengamalan Islam mereka mulai meningkat.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 26 juni 2017 dengan Bapak Padang selaku toko masyarakat beliau mengatakan:
“kami sangat bersyukur karena ketika adanya da’i yang dapat membina dan membimbing masyarakat di Kelurahan Sumarorong, sedikit demi sedikit masyarakat Kelurahan Sumarorong mengalami peningkatan, mereka sudah mulai mengenal dan memahami ajaran Islam yang sesungguhnya serta mengamalkan apa yang telah disampaikan atau diajarkan oleh da’i yang ada di kelurahan Sumarorong tersebut, dan masjid yang dulunya sering kosong tidak ada jam’ah yang hadir untuk menunaikan sholat berjama’ah sekarang sudah mulai diisi oleh jama’ah sebanyak 25 sampai 35 jama’ah yang hadir untuk menunaikan sholat berjama’ah, dan da’i membentuk remaja masjid kemudian membuatj adwal muadzin agar remaja masjid bergantian mengumandangkan adzan dengan tujuan ketika jadwal telah dibuat maka setiap orang akan memperhatikan kapan dia akan mengumandangkan adzan dan dengan begitu masjid tidak akan kosong lagi karena adzan senantiasa dikumandangkan setiap waktu sholat”.
kemudian berdasarkan wawancara dengan bapak Ahmad selaku penyuluh agama PNS pada tanggal 29 Juni 2017 beliau mengatakan:
“dengan hadirnya da’i di kelurahan sumarorong kegiatan keagamaan masyarakat sangat beragam mulai dari penyelenggaraan arisan kaum ibu yang di sertai kajian atau ceramah dengan mendatangkan ustadz dari luar daerah Kelurahan Sumarorong untuk mengisi ceramah yang diadakan tiap satu bulan sekali yaitu pada setiap tanggal 15 ba’da
dzuhur dan pengajian kaum ibu belajar membaca al-Qur’an dengan metode DIROSA “Pendidikan Orang Dewasa” yang dilaksanakan setiap hari kamis sampai hari ahad ba’da ashar, ada juga pengajian rutin bagi kaum bapak tiap malam senin, rabu, dan malam jum'at ba’da maghrib sampai masuk waktu sholat isya, dan ada kegiatan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) tiap hari senin sampai hari sabtu bagi anak-anak, pengajian anak smk dan smp setiap hari jum’at jam 2 siang, dan kajian kitab al-lu’lu’ wa- almarjaan setiap hari ba’da subuh. Dan tentunya ini semua patut kita syukuri dan kita berharap dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong ini”.
C. Metode Dakwah Yang diterapkan untuk Meningkatkan Pengamalan Islam pada Masyarakat Kelurahan Sumrorong
Didalam berdakwah tentunya seorang da’i tidak bisa terlepas dari metode yang baik dan tepat agar masyarakat mudah memahami ajaran agama yang disampaikan oleh da’i, karena dengan metode dakwah yang diterapkan oleh da’i dalam pelaksanaan dakwah tentunya akan sangat menentukan hasil akhir dari dakwah yang ia lakukan pada masyarakat, maka dari itu didalam berdakwah seorang da’i harus memilih metode dakwah yang baik dan tepat agar masyarakat lebih mudah mempelajari dan memahami agama Islam. Berkaitan dengan metode dakwah yang tepat bagi masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa, berdasarkan keadaan masyarakat kelurahan Sumarorong, maka penggunaan metode lemah lembut (bi-al-hikmah), dan metode ceramah (bi-al-maw’izah al- hasanah), dan tanya jawab (bi-al-mujaadalah) merupakan cara atau metode yang dipandang sangat tepat untuk meningkatkan pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong, ini juga sebagaimana yang disebutkan oleh Ustadz Abdul Qodir selaku da’i dikelurahan Sumarorong dalam wawancara pada tanggal 12 Mei 2017. Metode dakwah yang tepat untuk meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong dibahas sebagai berikut:
1. Metode dengan cara lemah lembut (bi-al hikmah)
Metode lemah lembut (bi-al-hikmah) merupakan seruan atau ajakan dengan cara bijak, dilakukan dengan penuh adil, penuh kesabaran, dan ketabahan sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah agar masyarakat mudah menerima dakwah yang disampaikan oleh da’i. Dengan metode lemah lembut (bi-al-hikmah) ini akan lebih menggambarkan kepada masyarakat tentang agama Islam yang sesungguhnya yang sangat menyukai kelemah lembutan bukan kekerasan yang sering didengungkan oleh para pembenci Islam sehingga Islam dimata masyarakat awam menjadi sangat buruk. Dengan metode ini diharapkan memberikan gambaran kepada masyarakat tentang Islam yang sesungguhnya sehingga mereka mudah menerima dakwah serta tertarik untuk mempelajari ajaran- ajaran agama Islam sehingga dengan itu dapat meningkatkan pengamalan Islam mereka.
2. Metode Ceramah (bi-al-maw’idzoh al-hasanah)
Berdasarkan observasi pada umumnya masyarakat Kelurahan Sumarorong sangat kurang dalam pengamalan Islam dan tidak menjalankan ibadah sesuai tuntunan al-Qur’an dan hadits rasulullah sallallahu a’laihi wasallam, hal ini tentunya disebabkan karena mereka belum mengetahui ajaran agama yang sesungguhnya, dan juga karena kurangnya da’i yang bisa memberikan pengarahan dan penjelasan kepada mereka seputar keagamaan dengan memberikan kisah-kisah teladan, perumpamaan-perumpamaan yang menyentuh jiwa, dengan anjuran-
anjuran serta didikan yang baik serta mudah dipahami oleh masyarakat awam, melalui metode ceramah (bi-al-maw’idzoh al-hasanah) ini dipandang sangat cocok untuk masyarakat awam, dan dengan metode ini diharapkan masyarakat Kelurahan Sumarorong akan memperoleh wawasan keagamaan yang memadai yang disampaikan oleh para tokoh agama dan da’i di Kelurahan Sumarorong itu sendiri. sehingga mereka bisa menjalankan ibadah yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as- Sunnah sehingga tercapailah tujuan dakwah yaitu meningkatkan pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong.
3. Metode Tanya Jawab (bi-al-mujaadalah)
Penyampaian dakwah dengan metode tanya jawab yang dimaksudkan adalah penyampaian dakwah dalam bentuk pertanyaan yang disampaikan oleh umat kepada da'i mengenai suatu masalah, kemudian da'i memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan
tersebut. Jadi, dalam metode ini umat menyampaikan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum diketahuinya kepada seseorang yang dianggap lebih tahu yang pada akhirnya dapat memberikan jawaban yang memuaskan hatinya. Metode dakwah yang ketiga ini dipandang sangat tepat dan efektif bagi masyarakat kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumrorong. Dengan diadakannya tanya jawab (bi-al-mujaadalah) ini maka masyarakat akan lebih mudah untuk bertanya dan mengadu serta meluapkan isi hatinya atas permasalahan yang mereka alami didalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga sangat diharapkan para da’i atau tokoh agama dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi yang berhubungan dengan agama dan keagamaan yang selama ini belum
terpecahkan karna tidak adanya orang yang dapat dijadikan tempat untuk mengaduhkan permasalahan mereka dan bertanya mengenai jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi selama ini.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah di Kelurahan Sumarorong
Berdasarkan observasi lapangan kegiatan dakwah yang ada di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lain, yang tentunya tidak terlepas dari berbagai macam faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dan penghambat kegiatan dakwah yang dilaksanakan di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa ini akan dibahas sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung a. Keilmuan Da’i
Memiliki keilmuan yang cukup merupakan faktor yang sangat mendukung kesuksesan dakwah. Seorang da’i didalam berdakwah hendaknya ia mengilmui apa yang ia dakwahkan sehingga ia tidak mendakwahkan orang kepada kesesatan, dan inilah yang dimiliki oleh da’i di Kelurahan Sumarorong.
b. Keikhlasan Da’i
Keikhlasan da’i di Kelurahan Sumarorong dalam berdakwah ini juga merupakan faktor yang sangat mendukung dalam melaksanakan kegiatan dakwah di Kelurahan Sumarorong dan keikhlasan merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap orang terutama seorang da’i
karena dakwah yang tidak diiringi dengan keikhlasan akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia belaka sebab Allah Subhanahu wata’ala tidak akan menerima amal yang tidak disusupi dengan keikhlasan, dan dengan keikhlasan inilah yang akan membuat da’i tetap bertahan dalam dakwah meskipun banyaknya cobaan dan penolakan dari masyarakat.
c. Kesabaran Da'i
Kesabaran tinggi yang dimiliki oleh da’i di Kelurahan Sumarorong merupakan faktor pendukung dakwah di Kelurahan Sumarorong karena tanpa adanya kesabaran, sang da'i akan sangat sulit untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat di Kelurahan Sumarorong karena didalam berdakwah da’i akan mendapatkan berbagai cobaan dan ujian dan sabar akan menghantarkan kepada pertolongan Allah Subhanahu wata’ala.
d. Tersedianya Tempat ibadah
Tersedianya Tempat ibadah tentunya sangat penting dalam mewujudkan sebuah masyarakat yang memilki pemahaman dan pengamalan Islam yang baik yang sesuai dengan al-Qur’an dan as- Sunnah, tersedianya tempat ibadah berupa masjid atau mushola di Kelurahan Sumarorong ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengajar anak-anak mengaji, orang dewasa laki-laki maupun perempuan, dan juga bisa digunakan sebagai tempat berbagi wawasan keagamaan dengan masyarakat seperti diadakannya majelis taklim atau pengajian remaja, ibu-ibu maupun bapak-bapak dan kegiatan keagamaan yang lainnya, sehingga dengan cara ini pemahaman tentang agama masyarakat Kelurahan Sumarorong akan merata dan
pada akhirnya terwujudlah tujuan dakwah untuk meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong.
e. Toleransi Masyarakat yang Tinggi
Toleransi masyarakat Kelurahan Sumarorong sangat tinggi, meski dengan berbagai macam suku/etnis dan agama dalam satu Kelurahan, tidak lantas membuat adanya kesenggangan dan perpecahan diantara mereka, ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Kelurahan Sumarorong meskipun berbeda suku/etnis dan keyakinan atau agama akan tetapi mereka masih memiliki hubungan keluarga antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka menjungjung tinggi persatuan, persaudaraan dan perdamaian antar suku/etnis dan antar ummat beragama. Dengan toleransi yang tinggi ini memudahkan bagi da’i untuk melakukan pendekatan sosial atau berdakwah kepada para pendeta atau masyarakat kristen lainnya dan juga memudahkan da’i dalam mengadakan kegiatan keagamaan baik dimasjid maupun dirumah- rumah warga.
f. Dukungan dari Semua Pihak
Adanya dukungan dari semua pihak baik dari pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri, ini akan sangat mudah untuk mendapatkan hasil yang maksimal yang sesuai dengan harapan yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong. Kegiatan apapun, tidak bisa lepas dari dukungan dan peran serta semua pihak yang terkait, dakwah yang dilakukan di Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten