• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penerbitan Sukuk Negara

Dalam dokumen fulltext_bk_amaliah_2020.pdf (Halaman 99-104)

Penerbitan Sukuk Negara dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu bookbuilding, penempatan langsung (private placement), dan lelang (auction). Berikut penjelasan ketiga jenis metode tersebut:

1. Bookbuilding

Bookbuilding merupakan salah satu metode penerbitan surat berharga, di mana investor akan menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga, biasanya berupa jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat dalam book order oleh invesment bank yang bertindak sebagai bookrunner. Berdasarkan PMK Nomor 199/PMK.08/2012 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN dengan cara bookbuliding di Pasar Perdana Dalam Negeri, yang dimaksud dengan bookbuliding adalah kegiatan penjualan SBSN kepada pihak melalui agen penjual, di mana agen penjual mengumpulkan pemesanan pembelian dalam periode penawaran yang telah ditentukan.

Dalam rangka penerbitan SBSN di pasar perdana melalui bookbuliding, pemerintah membentuk Panitia Pengadaan untuk menyeleksi calon Agen Penjual, yang dapat menjadi Agen Penjual adalah bank atau perusahaan efek. Calon Agen Penjual

Bab 6 | Sukuk Negara 89 harus menyampaikan proposal dan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Panitia Pengadaan; memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan; serta lulus seleksi yang dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan.

Penunjukan Agen Penjual yang telah lulus seleksi ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja yang memuat kewajiban Agen Penjual antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan penjualan SBSN dengan tata cara sebagaimana diatur dalam memorandum Informasi dan peraturan perundang-undangan.

b. Melaporkan dan menyampaikan seluruh hasil penawaran dari calon pembeli SBSN, termasuk bookorder.

c. Memastikan pihak pembeli yang mendapatkan penjatahan memiliki kecukupan dana untuk pelaksanaan setelmen.

d. Menyetorkan seluruh dana hasil penjualan SBSN ke rekening kas negara.

e. Mengembalikan dana pihak ketiga yang tidak mendapat penjatahan.

f. Memastikan bahwa SBSN hasil penjatahan telah tercatat dalam rekening surat berharga pihak pembeli.

Penetapan hasil penjualan dan penjatahan SBSN meliputi nilai nominal, harga dan/atau yield, dan tingkat imbalan dan/atau diskonto ditetapkan oleh DJPPR untuk dan atas nama Menteri Keuangan.

2. Private Placement

Private Placement merupakan salah satu metode penerbitan surat berharga, di mana kegiatan penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak penerbit kepada pihak tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms & conditions) yang disepakati bersama. Berdasarkan PMK Nomor 239/PMK.08/2012 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN dengan Cara Penempatan Langsung (private placement), yang dimaksud dengan private placement adalah kegiatan penerbitan dan penjualan SBSN yang dilakukan Pemerintah kepada (perseorangan WNI/WNA, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin Simpanan) dengan ketentuan dan persyaratan SBSN sesuai kesepakatan.

90 Sukuk: Suatu Telaah dari Variabel Makro Ekonomi

Pembelian SBSN melalui cara ini dilakukan dengan mengajukan penawaran pembelian kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan mencantumkan nilai nominal, jenis mata uang, bentuk SBSN, indikasi jangka waktu jatuh tempo, harga atau imbal hasil, dan indikasi imbalan.

Tindak lanjut hasil penawaran tersebut dapat berupa pembahasan mengenai ketentuan dan persyaratan SBSN yang akan diterbitkan atau berupa penolakan atas penawaran tersebut.

Penolakan atas penawaran dilakukan dengan pertimbangan tidak terpenuhinya ketentuan terkait private placement; kebutuhan pembiayaan APBN telah terpenuhi, dan/atau kondisi pasar.

Ketentuan terkait private placement dimaksud adalah terkait jumlah penawaran pembelian dan pihak yang dapat membeli SBSN. Jumlah minimal penawaran pembelian SBSN adalah Rp.

250.000.000.000,- untuk private placement dalam mata uang rupiah dan USD100.000.000,- untuk private placement dalam valuta asing.

Dalam hal ketentuan terkait pihak yang dapat membeli SBSN melalui private placement diatur sebagai berikut:

a. BI hanya dapat membeli SBSN jangka pendek

b. pihak perseorangan hanya dapat membeli SBSN jangka panjang c. LPS dan pihak selain BI dan perseorangan dapat membeli SBSN

jangka panjang maupun jangka pendek.

Sedangkan untuk penawaran pembelian yang diterima akan dilakukan pembahasan meliputi pembahasan nilai nominal, jenis mata uang, bentuk dan jenis SBSN, jangka waktu, harga atau imbal hasil, tingkat imbalan, waktu dan menkanisme pembayaran imbalan dan/atau nilai nominal, serta waktu dan mekanisme pelaksanaan setelmen. Hasil pembahasan berupa menerima seluruh atau sebagian, atau menolak seluruh penawaran pembelian SBSN.

3. Lelang

Lelang surat berharga adalah suatu metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/KMK.08/2012, terdapat

Bab 6 | Sukuk Negara 91 2 definisi lelang terkait SBSN, yaitu lelang SBSN dan lelang SBNS tambahan. Lelang SBSN adalah penjualan SBSN yang diikuti Perserta Lelang SBSN, Bank Indonesia, dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk lelang SBSN jangka pendek, atau Peserta Lelang SBSN dan/atau LPS untuk lelang SBSN jangka panjang, dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran pembelian yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya melalui sistem yang disediakan agen yang melaksanakan lelang SBSN. Sedangkan lelang SBSN tambahan (green shoe option) adalah penjualan SBSN di pasar perdana dengan cara lelang yang dilaksanakan pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang SBSN.

Sejak tahun 2009, Pemerintah melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia mulai melakukan penerbitan SBSN dalam denominasi Rupiah di pasar perdana dalam negeri dengan cara lelang. Adapun tujuan dan manfaat dari penerbitan SBSN dengan cara lelang tersebut adalah sebagai berikut:

a. Regulatiry

Memberikan fleksibilitas bagi program penerbitan SBSN, antara lain melalui regular issuance & pembentukan benchmark series.

b. Efisiensi dan Transparansi

§ Mengurangi biaya penerbitan

§ Mengurangi waktu dan proses administratif penerbitan SBSN

§ Meningkatkan transparan proses penerbitan SBSN c. Pengembangan Pasar Sekunder SBSN

§ Meningkatkan efisiensi dan transparansi harga SBSN

§ Memberikan kepastian bagi investor d. Insentif bagi Peserta Lelang

§ Trading

§ Fee-based income

§ Branding

92 Sukuk: Suatu Telaah dari Variabel Makro Ekonomi

Sebagai landasan hukum yang mendasarkan pada penerbitan SBSN dengan cara lelang adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/KMK.08/2009 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri dengan Cara Lelang junto Peraturan Menteri Keuangan Nomor 5/

KMK.08/2012

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.08/2009 tentang Pengelolaan Aset Surat Berharga Syariah Negara yang berasal dari Barang Milik Negara

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 19/PMK.08/2011 tentang Penggunakan Proyek Sebagai Dasar Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

e. Fatwa DSN-MUI Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN f. Fatwa DSN-MUI Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode

Penerbitan SBSN

g. Fatwa DSN-MUI Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back

h. Fatwa DSN-MUI Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back

i. Fatwa DSN-MUI Nomor 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased.

Dalam pelaksanaan lelang, penawaran pembelian dilakukan dengan cara penawaran pembelian kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif. Penawaran pembelian kompetitif (competitive bidding) adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume dan tingkat imbal hasil yang diinginkan (untuk lelang SBSN dengan pembayaran imbalan tetap atau diskonto) atau volume dan harga yang diinginkan (untuk lelang SBSN dengan pembayaran imbalan mengambang). Sedangkan penawaran pembelian non-kompetitif (non- competitive bidding) adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume tanpa tingkat imbal hasil yang diinginkan (untuk lelang SBSN dengan pembayaran imbalan mengambang).

Menteri Keuangan dengan antara lain mempertimbangkan harga dan target indikatif, menetapkan hasil lelang SBSN. Hasil lelang berupa

Bab 6 | Sukuk Negara 93 menerima seluruh atau sebagian, atau menolak seluruh penawaran yang disampaikan oleh Peserta Lelang. Pelaksanaan lelang reguler dilakukan sesuai dengan jadwal penerbitan Surat Berharga Negara (calendar of issuance) yang ditentukan setiap tahun.

Selain lelang SBSN reguler, pemerintah dapat melaksanakan lelang SBSN tambahan. Lelang SBSN tambahan ini dilakukan untuk tujuan antara lain:

a. Pemenuhan kebutuhan APBN

Lelang SBSN tambahan dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan APBN dapat dilakukan dalam hal realisasi penerbitan SBSN lebih rendah dari target yang ditetapkan.

b. Mekanisme pembentukan harga

Lelang SBSN tambahan dengan tujuan mekanisme pembentukan harga dapat dilakukan apabila jumlah penawaran pembelian untuk suatu seri SBSN memenuhi separuh atau lebih dari target indikatif penerbitan dan jumlah penawaran pembelian untuk suatu seri SBSN yang dapat dimenangkan dan/atau memenuhi harga acuan kurang dari separuh jumlah penawaran pembelian.

c. Pembentukan seri benchmark

Lelang SBSN tambahan dengan tujuan pembentukan seri benchmark dapat dilakukan apabila separuh atau lebih penawaran pembelian atas suatu seri SBSN yang dipersiapkan untuk seri benchmark tidak dapat dimenangkan dan/atau tidak memenuhi harga acuan.

Dalam dokumen fulltext_bk_amaliah_2020.pdf (Halaman 99-104)