NIAT
“Voornemen”
“Voornemen”
Menurut doktrin dan Menurut doktrin dan
yurisprudensi :”voornemen” harus ditafsirkan yurisprudensi :”voornemen” harus ditafsirkan
sebagai kehendak, “willen” atau “opzet”
sebagai kehendak, “willen” atau “opzet”
Seseorang harus mempunyai kehendak, Seseorang harus mempunyai kehendak, yaitu kehendak melakukan kejahatan
yaitu kehendak melakukan kejahatan
Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet di sini harus dtafsirkan dalam arti luas atau di sini harus dtafsirkan dalam arti luas atau
hanya opzet dalam arti pertama (sebagai hanya opzet dalam arti pertama (sebagai
“ogmerk” atau tujuan) ?
“ogmerk” atau tujuan) ?
Permulaan Pelaksanaan Permulaan Pelaksanaan
““Niat sudah terwujud dengan adanya Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan permulaan pelaksanaan
pelaksanaan” ” een begin van uitvoering een begin van uitvoering
Harus ada suatu perbuatan(handeling)Harus ada suatu perbuatan(handeling)
apa yang dimaksud “perbuatan sebagai apa yang dimaksud “perbuatan sebagai permulaan pelaksanaan” ?
permulaan pelaksanaan” ?
Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan atau”uitvoering” dan bagaimana bentuknya
atau”uitvoering” dan bagaimana bentuknya
Perlu digunakan penafsiranPerlu digunakan penafsiran
Pelaksanaan Kehendak atau Pelaksanaan Kehendak atau
Pelaksanaan Kejahatan ? Pelaksanaan Kejahatan ?
Secara gramatika, harus dihubungkan dengan kata yang Secara gramatika, harus dihubungkan dengan kata yang mendahuluinya yaitu “voornemen”/ niat/kehendak
mendahuluinya yaitu “voornemen”/ niat/kehendak
Niat sudah terwujud dengan adanya
Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan permulaan pelaksanaan.
pelaksanaan. Jadi : pelaksanaan itu ditafsirkan Jadi : pelaksanaan itu ditafsirkan sebagai “pelaksanaan kehendak”
sebagai “pelaksanaan kehendak” TEORI POGING TEORI POGING SUBYEKTIF
SUBYEKTIF
Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya
“… tidak selesainya
“… tidak selesainya pelaksanaanpelaksanaan itu, bukan semata- itu, bukan semata- mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” maka mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” maka
secara sistematis maka ditafsirkan sebagai secara sistematis maka ditafsirkan sebagai
“pelaksanaan kejahatan”
“pelaksanaan kejahatan” TEORI POGING OBYEKTIF TEORI POGING OBYEKTIF
CONTOH KASUS CONTOH KASUS
A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu : maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu :
a. A pergi ke tempat penjualan senjata apia. A pergi ke tempat penjualan senjata api
b. A membeli senjata apib. A membeli senjata api
c. A membawa senjata api ke rumahnyac. A membawa senjata api ke rumahnya
d. A berlatih menembakd. A berlatih menembak
e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat- rapat
rapat
f. A menuju rumah Bf. A menuju rumah B
g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan pelurug. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan peluru
h. A mengarahkan senjata kepada Bh. A mengarahkan senjata kepada B
i. A melepaskan tembakan ke arah B i. A melepaskan tembakan ke arah B
MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ? MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ? APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB
DAPAT DIHUKUM ? DAPAT DIHUKUM ?
1. Menurut Teori Poging Subyektif : 1. Menurut Teori Poging Subyektif : perbuatan a sudah merupakan
perbuatan a sudah merupakan
“permulaan pelaksanaan” karena telah
“permulaan pelaksanaan” karena telah menunjukkan “kehendak yang jahat”
menunjukkan “kehendak yang jahat”
2. Menurut Teori Poging Obyektif : 2. Menurut Teori Poging Obyektif : perbuatan a
perbuatan a f belum merupakan f belum merupakan
“permulaan pelaksanaan” karena semua
“permulaan pelaksanaan” karena semua perbuatan itu “belum membahayakan
perbuatan itu “belum membahayakan kepentingan hukum si B
kepentingan hukum si B
Contoh Contoh
Percobaan Pembunuhan Berencana Percobaan Pembunuhan Berencana
KASUS KASUS
A bermaksud menghabisi nyawa B dengan A bermaksud menghabisi nyawa B dengan meletakkan bom di mobil B. Bom meledak meletakkan bom di mobil B. Bom meledak
sebelum B masuk mobil dan mengakibatkan B sebelum B masuk mobil dan mengakibatkan B
luka-luka parah.
luka-luka parah.
PASAL YG DIDAKWAKAN PASAL YG DIDAKWAKAN
Pasal 340 jo Pasal 53 KUHP ( Percobaan Pasal 340 jo Pasal 53 KUHP ( Percobaan pembunuhan berencana)
pembunuhan berencana)
ANCAMAN PIDANA ANCAMAN PIDANA
15 tahun penjara (lihat Ps. 53 ayat 3) 15 tahun penjara (lihat Ps. 53 ayat 3)
PEMBATASAN TERHADAP TEORI SUBYEKTIF PEMBATASAN TERHADAP TEORI SUBYEKTIF
Perbuatan dibedakan : Perbuatan dibedakan :
1. tindakan atau perbuatan persiapan 1. tindakan atau perbuatan persiapan (belum dapat dihukum)
(belum dapat dihukum)
2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan 2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan (sudah dapat dihukum)
(sudah dapat dihukum)
Tetapi, pertanyaannya : mana yang Tetapi, pertanyaannya : mana yang
merupakan “perbuatan persiapan” dan merupakan “perbuatan persiapan” dan
mana yang merupakan “perbuatan mana yang merupakan “perbuatan
pelaksanaan” ? pelaksanaan” ?
PENDAPAT PARA AHLI DALAM MASALAH TSB PENDAPAT PARA AHLI DALAM MASALAH TSB
1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang 1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang
kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”
kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”
2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materiil atau delik formil.
2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materiil atau delik formil.
Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan
itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada
beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur
Pada delik materril apabila perbuatan itu dianggap sebagai Pada delik materril apabila perbuatan itu dianggap sebagai perbuatan yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa , perbuatan yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa ,
sehingga secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang sehingga secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang
dan diancam dengan hukuman oleh UU dan diancam dengan hukuman oleh UU
3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila perbuatan itu 3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila perbuatan itu
mempunyai sifat terlarang terjadap suatu kepentingan hukum.
mempunyai sifat terlarang terjadap suatu kepentingan hukum.
4.Pompe : ada “permulaan pelaksanaan” apabila suatu perbuatan yang 4.Pompe : ada “permulaan pelaksanaan” apabila suatu perbuatan yang
bagi orang normal memungkinkan terjadinya suatu delik.
bagi orang normal memungkinkan terjadinya suatu delik.
Pendapat Hoge Raad Pendapat Hoge Raad
Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara
perbuatan yang dilakukan dan kejahatan yang perbuatan yang dilakukan dan kejahatan yang
dkehendaki oleh seseorang itu terdapat dkehendaki oleh seseorang itu terdapat
hubungan erat langsung; yaitu apabila seorang hubungan erat langsung; yaitu apabila seorang
melakukan sesuatu perbuatan untuk melakukan sesuatu perbuatan untuk
melaksanakan kejahatan , perbuatan itu baru melaksanakan kejahatan , perbuatan itu baru
dianggap sebagai permulaan pelaksanaan dianggap sebagai permulaan pelaksanaan
apabila disamping perbuatan itu tidak apabila disamping perbuatan itu tidak
dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan yang lain dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan yang lain
untuk menyelesaikan kejahatan.
untuk menyelesaikan kejahatan.
Macam
Macam22 Percobaan (Doktrin) Percobaan (Doktrin)
Percobaan yg Sempurna : Voleindigde PogingPercobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --> -->
apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena suatu hal kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena suatu hal
Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --> Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging -->
apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal
Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging -->
Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu apabila seseorang berkehendak melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) tidak sempurna.
tidak sempurna.
Tidak sempurna : mutlak atau relatif Tidak sempurna : mutlak atau relatif
Penyertaan
Penyertaan
(1)(1)(Deelneming) (Deelneming)
Pengertian penyertaan Pengertian penyertaan
Saat terjadinyaSaat terjadinya
Macam/ bentukMacam/ bentuk - melakukan - melakukan - menyuruh
- menyuruh melakukanmelakukan - turut serta melakukan - turut serta melakukan
- menggerakkan untuk melakukan - menggerakkan untuk melakukan
- membantu melakukan - membantu melakukan
Pengertian & syarat Pengertian & syarat
Pertanggung jawaban masing-masingPertanggung jawaban masing-masing
Penyertaan mutlak perluPenyertaan mutlak perlu
Tindak pidana dg alat cetakTindak pidana dg alat cetak
Penyertaan
Penyertaan : : turut sertanya seorang atau lebih pada turut sertanya seorang atau lebih pada waktu seorang lain melakukan suatu tindak pidana
waktu seorang lain melakukan suatu tindak pidana (Wirjono.P)
(Wirjono.P)
Ps 55 KUHPPs 55 KUHP a. pelaku
a. pelaku
b. penyuruh b. penyuruh c. turut serta c. turut serta d. pembujuk d. pembujuk
--> dipidana sebagaimana --> dipidana sebagaimana
pelaku pelaku
Ps 56,57 KUHPPs 56,57 KUHP e. pembantu
e. pembantu
---> ancaman pidana berbeda dg ---> ancaman pidana berbeda dg pelaku , maksimum dikurangi : pelaku , maksimum dikurangi : a. penjara --> dikurangi 1/3
a. penjara --> dikurangi 1/3
b. mati/ seumur hidup --> maks b. mati/ seumur hidup --> maks
20 tahun 20 tahun