BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
5. Nilai moral dalam karya sastra
1. Latar belakang penulis
Latar belakang penulis merupakan unsur yang berisikan tentang biografi penulis, keluarganya, latar belakang pendidikan, lingkungan, dan lain sebagainya.
2. Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika novel dibuat. Misalnya saja, penulis hidup ditengah masyarakat yang kental akan kehidupan tradisionalnya, kemungkinan besar akan berdampak pada penulisan novel yang akan dibuatyang menceritakan tentang kehidupan masyarakat saat itu.
3. Nilai-nilai kehidupan
Nilai yang terkandung didalam novel tersebut. Biasanya, penulis akan mengangkat suatu novel berdasarkan nilai-nilai kebaikan yang dibagikan kepada masyarakat, bisa berupa nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai moral.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Jadi, pada intinya moral merupakan representasi ideologi pengarang. Karya sastra yang berwujud berbagai genre yang notabene adalah “anak kandung” pengarang pada umumnya terkandung ideologi tertentu yang diyakini kebenarannya oleh pengarang terhadap berbagai masalah kehidupan dan sosial, baik terlihat eksplisit maupun implisit.
Nurgiyantoro, (2013: 430).
Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2013: 430) mengemukakan bahwa moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh- tokohnya.
Pengertian moral menurut KBBI (2007: 775), secara umum moral menyaran pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. Hal ini serupa dengan pendapat Poespoprodjo (1999:
118) yang menyatakan moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia.
6. Jenis Moral dalam Karya Satra
Apabila karya fiksi mengandung dan menawarkan moral kepada pembaca, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang dipesankan. Dalam karya fiksi yang panjang sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal tersebut belum lagi berdasarkan pertimbangan dan penafsiran pembaca yang juga dapat berbeda dari segi jumlah maupun jenisnya. Jenis dan atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan (dalam Nurgiyantoro, 2009: 323).
Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung kepada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat dan tak terbatas. Dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (dalam
Nurgiyantoro, 2009:323). Hampir sependapat dengan apa yang dikemukakan Daroesa (1986: 27) bahwa moral digunakan untuk menilai perbuatan manusia yang meliputi empat aspek penghidupan.
Keempat aspek kehidupan tersebut meliputi hubungan manuisa dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitar. Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya sastra sangat erat kaitannya dengan agama, sosial dan individual. Sebagaimana diungkapkan di atas, maka hal-hal dalam sastra akan senantiasa berurusan dengan masalah manusia dengan Tuhan, dalam hubungan dengan diri sendiri, dan dalam hubungan dengan manusia lain atau alam.
Perilaku hubungan manusia dengan dirinya sendiri diklasifikasikan pada semua wujud ajaran moral yang berhubungan dengan individu sebagai pribadi yang menunjukkan akan eksistensi individu tersebut dengan berbagai sikap yang melekat pada dirinya. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri via Nurgiyantoro (2009: 324) dapat bermacammacam jenisnya dan tingkat intensitasnya.
Persoalan manusia dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan sang Pencipta. Sebagai manusia mengingat Tuhan dengan melakukan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya. Rasjidi (1984: 33) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang religius dalam arti bahwa ia menyembah Tuhan, melakukan ritual atau ibadah serta upacara untuk minta ampun dan menyesali diri. Sikap dan perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dapat berupa ketakwaan yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Perilaku manusia dengan Tuhan tercermin dari individu dalam menjalankan kehidupan dengan segala permasalahannya. Perbuatan apapun dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya termasuk semua mahluk. Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan berdoa ataupun wujud lain yang menunjukkan adanya hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa tersebut guna meminta petunjuk, pertolongan maupun sebagai wujud syukur.
Berdasarkan teori di atas, penelitian ini peneliti mengacu pada teori yang di sampaikan oleh Nurgiyantoro. Hal itu karena, dalam teori Nurgiyantoro nilai moral dibagi ke dalam tiga jenis wujud. Ketiga wujud nilai moral tersebut adalah nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Selain itu, teori nilai moral menurut Nurgiyantoro sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek kehidupan.
7. Teknik Penyampaian Nilai Moral
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam cara. Pertama, penyampaian pesan moral secara langsung, sedang kedua penyampaian secara tidak langsung. Namun, sebenarnya, pemilahan itu hanya demi praktisnya saja
sebab mungkin saja pesan yang agak langsung. Sebuah novel sendiri mungkin sekali ditemukan adanya pesan yang benar-benar tersembunyi sehingga tidak banyak orang yang dapat merasakannya, namun mungkin pula ada yang agak langsung atau seperti ditonjolkan. Keadaan ini sebenarnya mirip dengan teknik penyampaian karakter tokoh yang dapat dilakukan secara langsung (telling), dan tidak langsung (showing), atau keduanya sekaligus. Nurgiyantoro, (2013: 460-461).
Dari sisi tertentu karya sastra, fiksi dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan pengarang untuk mendialogkan, menawarkan dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa pandangan tentang suatu hal, gagasan, moral atau amanat. Karya sastra juga dapat dipandang sebagai sarana komunikasi yang lain tertulis maupun lisan, karya sastra yang merupakan wujud suatu seni yang mengemban tujuan estetik, tentunya mempunyai kriteria tersendiri dalam hal menyampaikan pesan- pesan moralnya (Nurgiyantoro, 2013:460).
1. Bentuk Penyampaian Langsung
Bentuk penyampaian nilai moral secara langsung, boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, penjelasan atau ekspository. Jika dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita yang bersifat “memberi tahu” atau memudahkan pembaca untuk memahaminya, hal yang demikian juga terjadi dalam penyampian moral. Artinya, moral yang disampaikan, atau diajarkan, kepada
pembaca itu dilakukan secara langsung dan eksplisit. Pengarang, dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca, secara langsung memberi nasihat dan petuahnya, telling yaitu penggunaan kata keterangan untuk menggambarkan tindakan tokoh, dan penyampaian sifat tokoh. Penulis yang memiliki kecenderungan telling akan lebih sering menggunakan keterangan seperti “dengan kesal”, “dengan marah,” dan sebagainya, untuk menggambarkan tindakan tokohnya.
Alih-alih menggunakan keterangan semacam ini, gambarkan tindakan tokoh dengan lebih terperinci untuk membangun gambaran di benak pembaca.
Teknik penjelasan atau ekspository yaitu sering juga disebut sebagai teknik analitik, pelikisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh hadir dan dihadirkan oleh pengarang kepada pembaca dengan cara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Bahkan, sering dijumpai dalam suatu cerit fiksi, belum lagi pembaca akrab berkenalan dengan tokoh-tokoh certa itu, informasi kedirian tokoh tersebut justru telah lebih dahulu diterima secara lengkap. Hal semacam itu biasanya terdapat pada tahap perkenalan. Pengarang tidak hanya memperkenalkan latar dan suasana dalam rangka “menyituasikan”
pembaca, melainkan juga data-data kedirian tokoh cerita.
Nurgiyantoro, (2013:461).
Teknik penyampaian secara langsung ini terbagi menjadi penyampaian melalui uraian pengarang dan melalui tokoh.
Penyampaian melalui tokoh lebih mendominasi daripada uraian pengarang. Hal ini akan memudahkan pembaca dalam memahami nilai moral yang terkandung karena selain jelas disampaikan secara langsung dalam narasi juga terdapat dalam dialog antar tokoh sehingga mudah untuk dikenali dan dipahami. Nurgiyantoro (2005:
268).
2. Bentuk Penyampaian Tidak Langsung
Jika dibandingkan dengan bentuk sebelumnya, bentuk penyampaian pesan moral disini bersifat tidak langsung. Pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur- unsur cerita yang lain. Walau betul pengarang ingin menawarkan dan menyampaikan sesuatu, ia tidak melakukannya secara serta-merta dan vulgar karena ia sadar telah memilih jalur cerita. Dilihat dari kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya itu, cara ini mungkin kurang komunikatif. Artinya pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya yang dimaksudkan pengarang, paling tidak kemungkinan terjadinya kesalahan tafsiran. Nurgiyantoro, (2013: 467). Nurgiyantoro (2013:
469) mengungkapkan bahwa antara pembaca satu dan pembaca yang lain memiliki penafsiran yang berbeda-beda.
Teknik penyampaian nilai moral melalui peristiwa dan konflik dapat dilihat dari tingkah laku tokoh dalam menghadapi peristiwa yang ada di dalam cerita Burhan, (dalam Nurgiyantoro 2010: 339). Pengarang didalam cerita akan memunculkan berbagai peristiwa dan konflik yang harus dihadapi oleh para tokoh. Dari hal tersebut, pembaca nantinya akan bisa tahu tentang nilai moral yang terkandung.
B. Kerangka Pikir
Karya sastra terdiri atas tiga jenis yaitu puisi, drama, dan prosa fiksi.
Salah satu jenis karya sastra yang dilihat dari bentuknya adalah prosa fiksi.
Prosa fiksi merupakan salah satu genre sastra yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarang, seperti novel (roman) dan cerpen (cerita pendek).
Novel adalah sebuah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak (karakter) dan sifat pada setiap pelaku. Bahasa merupakan media bagi pengarang untuk mengekspresikan gagasannya.
Sedangkan bagi pembaca dan peneliti sastra, bahasa merupakan media untuk memahami karya sastra. Novel sebagai karya sastra yang dibangun pleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra dalam hal ini novel, yaitu : tema, amanat, plot/alur, penokohan/perwatakan, latar/setting, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur tersebut merupakan satu
kesatuan yang membangun karya sastra dan pada umunya kemunculan unsur selalu bersamaan dalam setiap karya sastra ragam prosa (novel dan cerpen).
Jenis atau wujud nilai moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung kepada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat dan tak terbatas. Dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (dalam Nurgiyantoro, 2009:323).
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam cerita fiksi dapat dibedakan kedalam cara. Pertama, penyampaian pesan moral secara langsung, sedang kedua penyampaian secara tidak langsung. Namun, sebenarnya, pemilahan itu hanya demi praktisnya saja sebab mungkin saja pesan yang agak langsung. Dalam sebuah novel sendiri mungkin sekali ditemukan adanya pesan yang benar-benar tersembunyi sehingga tidak banyak orang yang dapat merasakannya, namun mungkin pula ada yang agak langsung atau seperti ditonjolkan. Keadaan ini sebenarnya mirip dengan teknik penyampaian karakter tokoh yang dapat dilakukan secara langsung, telling, dan tidak langsung, showing, atau keduanya sekaligus.
Nurgiyantoro, (2013: 460-461).
Karya Sastra
Prosa Fiksi
Puisi Drama
Novel Gadis Pesisi
Wujud nilai moral.
(Nurgiyantoro, 2009: 323)
Teknik Penyampaian Nilai Moral. (Nurgiyantoro,
2013: 460-461)
1. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri.
2. Hubungan Manusia dengan Manusia lain dalam Lingkup Sosial Termasuk Hubungan dengan Lingkungan Alam.
3. Hubungan Manusia dengan Tuhannya.
Nilai Moral Pada Novel Gadis Pesisir
Karya Nunuk Y.
Kusmiana
1. Bentuk Penyampaian Langsung.
2. Bentuk Penyampaian tidak Langsung.
45 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah cara yang digunakan oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian, dalam hal ini terdapat karya sastra. Metode atau cara kerja membantu penulis mencapai sasaran penelitiannya dengan tujuan memecahkan masalah.
A. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat kualitatif. Data dalam penelitian dengan jenis penelitian yang bersifat kualitatif diuraikan dengan menggunakan kata-kata. Penelitian ini mendeskripsikan nilai moral pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.
Kusmiana.
Menurut Sugiyono (2019: 9) bahwa metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang Nampak.
B. Data dan Sumber Data 1. Data
Subroto (dalam AL-Ma‟ruf, 2012:13) menyatakan bahwa data adalah semua informasi atau bahan informasi dan bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan dikumpulkan oleh pengkaji untuk memberikan jawaban terhadap masalah yang dikaji.
Menurut Ratna (2007:47) data dalam penelitian sastra adalah kata- kata, kalimat dan wacana. Adapun data dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat pada novel Gadis Pesisir Tuhan karya Nunuk Y.
Kusmiana.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Gadis Pesisir Karya Nunuk Y. Kusmiana, Terbit 7 Januari 2019. Penerbit Gramedia.
C. Definisi Istilah
Istilah dalam penelitian adalah di definisikan secara operasional. Adapun definisi yang dimaksud sebagai berikut :
1. Sedih merupakan sebuah perasaan emosional manusia yang sangat terluka.
sebagian besar rasa sedih di akibatkan akan perilaku seseorang yang menyakiti orang lain, tentunya perilaku tidak terpuji.
2. Tegas adalah suatu sikap yang dibutuhkan untuk menyatakan pendapat, menyatakan hak dan menyatakan otoritas.
3. Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.
4. Marah adalah kondisi dimana perasaan emosional meningkat dan tidak terkendali dari perasaan seperti biasanya.
5. Rajin adalah sifat manusia yang melakukan suatu hal dengan bersungguh- sungguh untuk mencapai suatu tujuan.
6. Kesal adalah perasaan yang tidak enak untuk terus dipertahankan.
7. Menyesal adalah merasa tidak senang atau tidak bahagia (susah, kecewa, dan sebagainya) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik (dosa, kesalahan, dan sebagainya.
8. Menghargai adalah menghormati keberadaan, harkat, dan martabat orang lain. Menghargai hasil karya orang lain artinya menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran orang lain.
9. Curang adalah suatu perbuatan melakukan kelicikan dalam cara yang digunakan dan selalu menghalalkan berbagai cara.
10. Mencuri adalah mengambil harta milik orang lain yang tidak ada hak untuk memilikinya, yang dilakukan tanpa sepengetahuan pemiliknya, dan secara sembunyi-sembunyi.
11. Kurang Ajar adalah seseorang yang tidak bisa menghargai orang lain, yang tidak memiliki sopan santun.
12. Patuh adalah sikap untuk menghargai dan patuh kepada orang lain, baik orang tersebut adalah orang tua, guru, dan juga anggota keluarga lainnya.
13. Baik Hati adalah orang yang selalu berbuat baik dengan di dasari hati yang tulus.
14. Peduli terhadap sesama adalah rasa kemanusiaan untuk saling tolong menolong antar seseorang agar meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan.
15. Merdeka adalah terbebas dari segala macam belenggu. aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu.
16. Terima kasih merupakan ungkapan rasa syukur atau kebahagiaan kita atas kebaikan atau pertolongan orang lain.
17. Memuji merupakan memberikan tanggapan yang bersifat kebaikan kepada seseorang karena prang tersebut telah melakukan sesuatu yang baik.
18. Kepercayaan terhadap Tuhan berarti mempercayai dan meyakini bahwa seluruh alam semesta ini milik Tuhan Yang Maha Esa dan percaya bahwa Tuhan itu ada, jadi kita harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
19. Bersyukur adalah menerima segala apapun yang di berikan oleh Allah, menjalani kehidupan yang sudah ditentukan oleh Allah. Intinya adalah menerima segala sesuatu dengan ikhlas, tabah dan sabar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik baca dan catat adalah teknik yang digunakan untuk mengungkap suatu masalah yang terdapat di dalam suatu bacaan atau wacana. Melalui teknik ini, semua bentuk bahasa yang digunakan dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana dibaca dengan teliti untuk menentukan wujud nilai moral, dan teknik penyampaian nilai moral.
Teknik catat ini perlu dilakukan, pencatatan langsung ke dalam buku yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah teknik kegiatan tersebut sebagai berikut.
1. Pembacaan secara teliti, cermat, dan berulang-ulang keseluruhan isi novel yang dipilih sebagai fokus penelitian.
2. Penandaan pada bagian-bagian tertentu pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana yang mengandung wujud nilai moral, dan teknik penyampaian nilai moral dalam novel ini.
3. Menginterpretasikan wujud nilai moral, dan teknik penyampaian nilai moral dalam novel tersebut.
4. Mendeskripsikan semua data-data yang telah diperoleh dari langkah- langkah tersebut.
5. Mencatat data-data deskripsi dari hasil membaca secara teliti dan cermat ke dalam buku.
6. Mencatat nukilan novel yang memuat data-data permasalahan wujud nilai moral, dan teknik penyampaian nilai moral.
E. Teknik Analisis Data
Penulis melakukan analisis data, pemberian interpretasi, dan melakukan deskripsi bagian demi bagian yang ditemukan dalam penelitian. Selanjutnya merumuskan simpulan umum tentang hasil deskripsi data. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisi teks.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca novel Gadis Pesisir untuk memahami isinya secara keseluruhan.
2. Mencari dan menentukan kutipan dalam novel yang memiliki nilai moral.
3. Menganalisis data dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berkenaan dengan nilai moral.
4. Menyimpulkan hasil penelitian tentang nilai moral.
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Arikunto (2007: 85) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Nazir (2005: 271) populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nilai moral yang ada dalam novel yang berjudul Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang di ambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 61-63) yang mengatakan bahwa “Sampling jenuh dengan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus”.
Metode penentuan sampel yang digunakan daam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.
52 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengkajian terhadap novel Gadis Pesisir, penulis mencari data-data yang berkaitan dengan nilai moral, selanjutnya dilakukan analisis sehingga mendapatkan hasil penelitian, dan kemudian dilakukan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan dipaparkan sebagai berikut.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam menganalisis novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana, hasil penelitian sebagai berikut.
Pertama, wujud nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.
Kusmiana dan teknik penyampaian nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana. Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tabel- tabel yang kemudian dideskripsikan dalam pembahasan, untuk lebih jelasnya, hasil pembahasan dipaparkan sebagai berikut.
1. Wujud nilai moral yang terdapat pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.
Kusmiana
Tabel 1 : Wujud Nilai Moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.
Kusmiana
No Jenis Nilai Moral Wujud Halaman Jumlah
1 Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
1. Sedih 134 1
2. Tegas 134 1
3. Sabar 101, 183 2
4. Marah 248 1
5. Rajin 256 1
6. Kesal 149 1
7. Menyesal 166, 180 2 2 Hubungan Manusia
dengan Manusia Lain dalam Lingkup Sosial Termasuk Hubungan
dengan Lingkungan Alam
1. Menghargai 30, 47 2
2. Curang 49 1
3. Mencuri 56 1
4. Kurang Ajar 83 1
5. Patuh 93 1
6. Baik Hati 29 1
7. Peduli terhadap sesama
108, 113 2
8. Merdeka 177 1
9. Terima kasih 190 1
10. Memuji 190 1
3. Hubungan Manusia dengan Tuhannya
1. Kepercayaan terhadap tuhan
132 1
2. Bersyukur 150 1
Tabel 2, menunjukkan teknik penyampaian nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana. Teknik penyampaiannya berupa teknik penyampaian langsung dan teknik penyampaian tidak langsung.
2. Teknik penyampaian nilai moral pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana
No Jenis Wujud Halaman Jumlah
1. Teknik
Penyampaian Langsung
1. Uraian Pengarang
2. Melalui Tokoh
49, 101, 113, 134, 166, 180, 183, 190, 247
47, 56, 83, 93, 108, 132, 149, 150, 177, 190
9
10
2. Teknik
Penyampaian Tidak Langsung
1. Peristiwa
2. Konflik
34, 37
40
2
1
Tabel 2 : Teknik Penyampaian Nilai Moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana