• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-unsur pembangun fiksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

4. Unsur-unsur pembangun fiksi

secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam kronologi. Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara lebar mengenai tempat ruang tertentu.

a. Tema

Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel Nurgiyantoro, (2013: 32). Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013:

114) menjelaskan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

Berdasarkan dasar cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita. Oleh karena itu, dalam suatu novel akan terdapat satu tema pokok dan subsubtema. Pembaca harus mampu menentukan tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema yang dapat memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok yang merupakan makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi dengan cerita-cerita yang mendukung tema tersebut. Maka pembaca harus dapat mengidentifikasi dari setiap cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok dan sub-subtema atau tema tambahan.

Tema menurut Nurgiyantoro (2013: 125) dapat digolongkan menjadi dua, tema tradisional dan nontradisional. Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema 32 yang menunjuk pada tema yang hanya

“itu-itu” saja, dalam arti tema itu telah lama dipergunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita termasuk cerita lama. Tema selanjutnya adalah tema nontradisional.

Dengan demikian tema dapat dikatakan sebagai ide pokok atau gagasan dalam membangun sebuah cerita. Sebuah cerita akan

berkembang sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh seorang pengarang.

b. Alur

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 167) juga berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Alur merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang membentuk jalan cerita pada nivel. Secara umum, ada tiga jenis alur pada novel, antara lain:

a. Alur maju

Alur maju merupakan alur kejadain dalam cerita bergerak secara berurutan mulai dari awal hingga akhir. Biasanya, alur maju digunakan pada novel autobiografi dan biografi.

b. Alur mundur

Alur mundur merupakan alur kejadian dalam cerita bergerak secara terbalik, yaitu menceritakan kejadian yang sekarang dan kemudian menceritakan kejadian masa lalu.

c. Alur campuran

Alur campuran adalah perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Selain itu, jalannya alur terjadi secara acak dan tidak rapi.

Biasanya, jenis alur ini digunakan pada novel misteri atau novel fantasi.

c. Tokoh dan Penokohan

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 176-178) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal meliputi :

a. Berdasarkan pwerannya, dalam suatu cerita, makatokoh cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai pelengkap saja.

b. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh , yaitu tokoh pratagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca. Harapan-harapan pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebabterjadinya konflik.

c. Berdasarkan perwatakan , tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya

memiliki satu kualitas pribadi tertentu , satu sifat tertentu saja.

Sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki kompleksitas yang diungkap dari berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiandan jati dirinya.

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan tersebut, tidak akan begitu saja secara serta merta kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Sebagai bagian dari karya fiksi yang bersifat menyeluruh dan padu, dan mempunyai tujuan artistic, kehadiran dan penghadiran tokoh-tokoh cerita haruslah juga dipertimbangkan dan tidak lepas dari tujuan tersebut. Masalah penokohan dalam sebuah karya sastra tak semata- mata hanya berhubungan dengan masalh pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadiran secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistic karya yang bersangkutan.

d. Latar

Latar menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 2013: 302) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.

Latar merupakan unsur yang berkaitan dengan tempat dan waktu yang melatarbelakangi terjadinya kejadian atau peristiwa dalam novel.

Bahkan, latar ini mampu menciptrakan suasana dalam cerita. Latar terdiri dari beberapa macam di antaranya :

a. Waktu, berkaitan dengan kapan terjadinya kejadian dalam novel.

b. Tempat, berkaitan dengan lokasi jalannya cerita.

c. Suasana, berkaitan dengan gambaran suasana dari peristiwa dalam novel, atau bisa digambarkan melalui perasaan tokoh.

Dengan demikian, latar cerita adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan suasana tempat terjadinya cerita. Latar cerita mempengaruhi suasana peristiwa dan jalannya peristiwa.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana cerita.Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting.

Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi efektif pembaca terhadap sebuah cerita fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 336). Sudut pandang (point of view) adalah cara pengarang memandang siapa yang bercerita di dalam cerita itu. Stanton dan Kenney (dalam Sayuti, 2003: 117) mengemukakan bahwa ada empat macam sudut pandang (point of view), yaitu (1) sudut pandang first-person-central atau akuan sertaan, (2) sudut pandang

firstperson-peripheral atau akuan-taksertaan, (3) sudut pandang third- person- 40 omniscient atau diaan-mahatahu, dan (4) sudut pandang third-person-limited atau diaan-terbatas.

Dengan demikian, bahwa dalam sudut pandang (point of view) seperti halnya, akuan-sertaan, tokoh sentral (utama) cerita adalah pengarang secara langsung terlibat dalam cerita. Sudut pandang akuan- taksertaan, tokoh “aku: di sana berperan sebagai figuran atau pembantu tokoh lain yang lebih penting..

Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 2013: 338), sudut pandang, (point of view) menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita.

Sudut pandang juga merupakan bagaimana pengarang memandang sebuah cerita.

f. Amanat

Menurut Ismawati (2013:73) Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita. amanat baru dapat ditemukan setelah pembaca menyelesaikan seluruh cerita yang dibacanya. Amanat biasanya berupa nilai-nilai yang dititipkan penulis cerita kepada pembacanya.

Sekecil apapun nilai-nilai dalam cerita pasti ada pesannya.

g. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam novel merupakan ciri khas penulis dalam melalukan pemilihan kata dan bahasa yang digunakan dalam novel.

Setiap penulis memiliki gaya bahasa yang berbeda-bedademi menarik minat pembacanya.

Nurgiyantoro (2013: 365) juga berpendapat bahwa bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada sekadar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra.

2. Unsur Ekstrinsik

Nurgiyantoro (2013: 30) adalah unsur-unsur yang berada di luar teks sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun atau sistem organisme teks sastra atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

Unsur ekstrinsik novel merupakan unsur pembangun novel yang berasal dari luar. Artinya, unsur ini tidak dapat ditemukan dalam novel tersebut. Walaupun demikian, unsur ekstrinsik memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil sebuah novel. Berikut ini adalah unsur ekstrinsik novel :

1. Latar belakang penulis

Latar belakang penulis merupakan unsur yang berisikan tentang biografi penulis, keluarganya, latar belakang pendidikan, lingkungan, dan lain sebagainya.

2. Latar belakang masyarakat

Latar belakang masyarakat berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika novel dibuat. Misalnya saja, penulis hidup ditengah masyarakat yang kental akan kehidupan tradisionalnya, kemungkinan besar akan berdampak pada penulisan novel yang akan dibuatyang menceritakan tentang kehidupan masyarakat saat itu.

3. Nilai-nilai kehidupan

Nilai yang terkandung didalam novel tersebut. Biasanya, penulis akan mengangkat suatu novel berdasarkan nilai-nilai kebaikan yang dibagikan kepada masyarakat, bisa berupa nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai moral.

Dokumen terkait