• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Analisis Data

Penulis melakukan analisis data, pemberian interpretasi, dan melakukan deskripsi bagian demi bagian yang ditemukan dalam penelitian. Selanjutnya merumuskan simpulan umum tentang hasil deskripsi data. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisi teks.

Berdasarkan hal tersebut, penulis menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca novel Gadis Pesisir untuk memahami isinya secara keseluruhan.

2. Mencari dan menentukan kutipan dalam novel yang memiliki nilai moral.

3. Menganalisis data dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berkenaan dengan nilai moral.

4. Menyimpulkan hasil penelitian tentang nilai moral.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Arikunto (2007: 85) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Nazir (2005: 271) populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nilai moral yang ada dalam novel yang berjudul Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang di ambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 61-63) yang mengatakan bahwa “Sampling jenuh dengan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus”.

Metode penentuan sampel yang digunakan daam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengkajian terhadap novel Gadis Pesisir, penulis mencari data-data yang berkaitan dengan nilai moral, selanjutnya dilakukan analisis sehingga mendapatkan hasil penelitian, dan kemudian dilakukan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan dipaparkan sebagai berikut.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam menganalisis novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana, hasil penelitian sebagai berikut.

Pertama, wujud nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.

Kusmiana dan teknik penyampaian nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana. Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tabel- tabel yang kemudian dideskripsikan dalam pembahasan, untuk lebih jelasnya, hasil pembahasan dipaparkan sebagai berikut.

1. Wujud nilai moral yang terdapat pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.

Kusmiana

Tabel 1 : Wujud Nilai Moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.

Kusmiana

No Jenis Nilai Moral Wujud Halaman Jumlah

1 Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

1. Sedih 134 1

2. Tegas 134 1

3. Sabar 101, 183 2

4. Marah 248 1

5. Rajin 256 1

6. Kesal 149 1

7. Menyesal 166, 180 2 2 Hubungan Manusia

dengan Manusia Lain dalam Lingkup Sosial Termasuk Hubungan

dengan Lingkungan Alam

1. Menghargai 30, 47 2

2. Curang 49 1

3. Mencuri 56 1

4. Kurang Ajar 83 1

5. Patuh 93 1

6. Baik Hati 29 1

7. Peduli terhadap sesama

108, 113 2

8. Merdeka 177 1

9. Terima kasih 190 1

10. Memuji 190 1

3. Hubungan Manusia dengan Tuhannya

1. Kepercayaan terhadap tuhan

132 1

2. Bersyukur 150 1

Tabel 2, menunjukkan teknik penyampaian nilai moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana. Teknik penyampaiannya berupa teknik penyampaian langsung dan teknik penyampaian tidak langsung.

2. Teknik penyampaian nilai moral pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana

No Jenis Wujud Halaman Jumlah

1. Teknik

Penyampaian Langsung

1. Uraian Pengarang

2. Melalui Tokoh

49, 101, 113, 134, 166, 180, 183, 190, 247

47, 56, 83, 93, 108, 132, 149, 150, 177, 190

9

10

2. Teknik

Penyampaian Tidak Langsung

1. Peristiwa

2. Konflik

34, 37

40

2

1

Tabel 2 : Teknik Penyampaian Nilai Moral dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana

Berdasarkan tabel diatas dapat di uraikan sebagai berikut.

1. Wujud Nilai Moral pada Novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.

Kusmiana

a. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri 1) Sedih

“Mamak menjadi sedih. Ia tak bisa berpikir lagi sekarang. Ini soal makanan yang pantas disajikan kepada calon tamu terhormatnya. Makanan yang masih sanggup dijangkau isi kantongnya. Mamak memohon sekali lagi, “Tolonglah, sekali ini saja, Bu.”

Pengertian sedih dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan sebuah perasaan emosional manusia yang sangat terluka.

Sebagian besar rasa sedih di akibatkan akan perilaku seseorang yang menyakiti orang lain, tentunya perilaku tidak terpuji.

2) Tegas

“Mamak selalu bilang begitu setiap kali berutang,” Ibu Jawa berkeras menolak. “Tidak bisa begini terus. Kalau berutang, ya wajib membayar.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 134).

Pengertian tegas dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sikap yang berani dan percaya diri mengungkapkan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang diinginkan dan yang tidak diinginkan secara jelas, nyata, dan pasti.

3) Sabar

“Haya sedang memancing. Ia menatap kedalaman air, menunggu dengan sabar umpannya dimakan ikan” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 101).

Dalam konteks yang sama namun dengan peristiwa yang berbeda.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

“Kakak perempuannya menyuapinya dengan sabar.” Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 183).

Pengertian Sabar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

4) Marah

Ibu Jawa tak tahan lagi. Ia berbalik, menatap putrinya dengan tampang garang, dan mengomelinya, “Tahu tidak Ibu sedang sibuk ? Kalau kamu mau rok itu licin disetrika, lakukan sendiri.

Sana pergi dan jangan ganggu Ibu lagi!” (Nunuk Y. Klusmiana, 2019: 248).

Pengertian marah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kondisi dimana perasaan emosional meningkat dan tidak terkendali dari perasaan seperti biasanya.

5) Rajin

Tapi, dia rajin bekerja. Rajin membantu orang tua. Sayang dengan adik-adiknya. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 256).

Pengertian rajin dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat manusia yang melakukan suatu hal dengan bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

6) Kesal

Setengah kesal ia menyahut, “Apa anehnya memasak cakalang dengan bawang putih dan jahe ? Biasa-biasa saja masak macam begitu. Dulu, di kampung, aku pernah memasak untuk seorang perempuan Indo, seekor cakalang dengan susu dan keju. Ditaruh di atas ikan itu susu dan kejunya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019:

149).

Pengertian kesal dalam kamus besar bahasa indonesia adalah perasaan yang wajar ketika Anda merasa tidak nyaman dalam suatu situasi. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

7) Menyesal

“Sejenak ia menyesali diri mengapa juga tertarik dengan salah satunya. Bagaimanapun, mereka lebih layak menjadi anak- anaknya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 166).

Dalam konteks yang sama namun dengan peristiwa yang berbeda.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

“Ia setengah menyesal mendapati kenyataan bahwa laki-laki bertampang ramah itu ternyata tentara, sempat menjadi anggota elit semacam Kostrad.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 180).

Pengertian menyesal dalam kamus besar bahasa Indonesia menyesal dapat diartikan denga menyadari

b. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain dalam Lingkup Sosial Termasuk Hubungan dengan Lingkungan Alam

1) Menghargai

“Nggak pantas nggak menghabiskan makanan. Ayo, dihabiskan!

Teman-temanmu mau kok, menunggu barang sebentar”. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 30).

Pengertian menghargai dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah menghormati keberadaan, harkat, dan martabat orang lain. Menghargai hasil karya orang lain artinya menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran orang lain.

2) Curang

“Kalau kelewat lapar dan tak bisa menahan rasa laparnya, Dus biasanya melakukan cara-cara curang untuk bisa mengenyangkan perutnya yang kelaparan. Seringnya mengendap-endap ke dapur saat semua orang tak ada di rumah dan mencuri sisa-sisa nasi di atas piring jatah kakak- kakaknya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 49).

Pengertian curang dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu perbuatan melakukan kelicikan dalam cara yang digunakan dan selalu menghalalkan berbagai cara.

3) Mencuri

“Jangan mencuri lagi, Nak. Jangan bikin malu,” Pinta Bapak.

(Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 56).

Pengertian mencuri dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah mengambil harta milik orang lain yang tidak ada hak untuk memilikinya, yang dilakukan tanpa sepengetahuan pemiliknya, dan secara sembunyi-sembunyi.

4) Kurang ajar

“Anakmu kurang ajar. Dia menyiram wajahku dengan air,”

balas Mamak Nur. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 83).

Pengertian kurang ajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seseorang yang tidak bisa menghargai orang lain, yang tidak memiliki sopan santun.

5) Patuh

“Kepatuhan kepada suami itu ibadah,” Bapak mengultimatum. “Ketidakpatuhan kepada suami itu dosa besar.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 93).

Pengertian patuh dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sikap untuk menghargai dan patuh kepada orang lain, baik orang tersebut adalah orang tua, guru, dan juga anggota keluarga lainnya.

6) Baik Hati

“Keberuntungan itu didapatnya ketika Wening-anak gadis Ibu Jawa, gadis cilik yang tadi memanggilnya-membagi dua permen sejuk miliknya dan memberikan separuh untuknya.”

(Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 29).

Pengertian baik hati dalam kamus bahasa Indonesia adalah orang yang selalu berbuat baik dengan di dasari hati yang tulus.

7) Peduli Terhadap Sesama

“Makan nasi mu, Lijah. Tidak usah disisa-sisakan begitu.

Untuk orang-orang di rumahakan kukasih sendiri. Kebetulan taksi La Muli disewa sampai Sentani. Bawa singkong. La Muli dikasih banyak sama penumpangnya. Kamu bisa bawa beberapa.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 108).

Dalam konteks yang sama namun dengan peristiwa berbeda. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

“Muklis bertamu ke rumah keluarga Umar. Ia sempat bertemu mamak dan menghadiahkan manga kepadanya. Manga jenis spesial. Bukan manga-mangga kecil asam yang biasa dijual di pasar, yang membuat orang paling mengantuk sekalipun terbangun saat memakannya. Ia adalah manga golek besar berkulit kuning cerah. Rasanya manis. Daging buahnya tebal.

Jenis yang sulit dijumpai di Kota Jayapura.” (Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 113).

Pengertian peduli terhadap sesama dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah rasa kemanusiaan untuk saling tolong menolong antar seseorang agar meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan.

8) Merdeka

“Merdeka!” teriak Soekarno mengepalkan tinju, memulai rapat akbar. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 177).

Pengertian merdeka dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah terbebas dari segala macam belenggu. aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu..

9) Terima Kasih

“Kerja Jusnaeni lunas terbayarkan ketika ibu perempuan mendatanginya dan mengucapkan terima kasih karena telah membuat putrinya tampak seperti putri dalam dongeng.”

(Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 190).

Pengertian terima kasih dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan ungkapan rasa syukur atau kebahagiaan kita atas kebaikan atau pertolongan orang lain.

10) Memuji

“Jadi muka bagus Wa Izzah terlihat,” komentar seorang tamu perempuan. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 190).

Pengertian memuji dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan memberikan tanggapan yang bersifat kebaikan kepada seseorang karena orang tersebut telah melakukan sesuatu yang baik.

c. Hubungan Manusia dengan Tuhannya 1) Kepercayaan Terhadap Tuhan

“Yah, apalah daya manusia macam kita-kita ini. Kita bisa merencanakan apa saja. Allah jualah yang menentukan.

Begitulah seharusnya kita berpikir sebagai hamba Allah yang beriman.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 132).

Kepercayaan terhadap Tuhan berarti mempercayai dan meyakini bahwa seluruh alam semesta ini milik Tuhan Yang Maha Esa dan percaya bahwa Tuhan itu ada, jadi kita harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Bersyukur

“Sudah sembuhkah, Bapak?” Tanya Ibu Jawa. “Sudah sembuh, Ibu. Mudah-mudahan besok atau lusa bisa melaut lagi.”

“Syukurlah kalau begitu,” sahut Ibu Jawa. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 150).

Pengertian bersyukur menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah menerima segala apapun yang di berikan oleh Allah, menjalani kehidupan yang sudah ditentukan oleh Allah. Intinya adalah menerima segala sesuatu dengan ikhlas, tabah dan sabar.

2. Teknik Penyampaian Nilai Moral

Bentuk penyampaian nilai moral dalam karya fiksi bersifat langsung atau tidak langsung. Bentuk penyampaian nilai moral dalam novel ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Teknik Penyampaian Langsung

Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung boleh dikatakan, identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, pemberitaan, atau penjelasan.

1) Uraian Pengarang

Dalam menyampaikan pesan moral, pengarang melalui uraiannya menyampaikan pesan yang ditujukannya kepada pembaca melalui uraian pengarang. Sesuai dengan beberapa kutipan sebagai berikut.

1. “Kalau kelewat lapar dan tak bisa menahan rasa laparnya, Dus biasanya melakukan cara-cara curang untuk bisa mengenyangkan perutnya ynag kelaparan. Seringnya mengendap-endap ke dapur saat semua orang tengah tak ada di rumah dan mencuri sisa-sisa nasi di atas piring jatah kakak-kakaknya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 49).

2. “Haya sedang memancing. Ia menatap kedalaman air, menunggu dengan sabar umpannya dimakan ikan. Halijah menjengukkan kepala, ikut-ikutan melihat ke kedalaman air.

Rumah Haya agak menjorok ke laut. Ke bagian laut yang lebih banyak berwarna biru jernihnya disbanding cokelat keruhnya, sebagaimana warna air laut di kolong rumah Halijah.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 101).

3. “Muklis bertamu ke rumah keluarga Umar. Ia sempat bertemu Mamak dan menghadiahkan mangga kepadanya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 113).

Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai sikap berbagi yang dilakukan tokoh Muklis yang memberikan mangga kepada keluarga Bapak Umar.

4. “Mamak menjadi sedih. Ia tak bisa berpikir lagi sekarang. Ini soal makanan yang pantas disajikan kepada calon tamu terhormatnya. Makanan yang masih sanggup dijangkau isi

kantongnya. Mamak memohon sekali lagi.” (Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 134).

Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai sikap tokoh Mamak Nur yang tidak putus asa dalam menghadapi masalah.

5. “Sejenak ia menyesali diri mengapa juga tertarik dengan salah satunya. Bagaimanapun, mereka lebih layak menjadi anak-anaknya.” (Nnuk Y. Kusmiana, 2019: 166).

Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai sikap tokoh Supri yang menyesal.

6. “Ia setengah menyesal mendapati kenyataan bahwa laki-laki bertampang ramah itu ternyata tentara, sempat menjadi anggota pasuka elit semacam Kostrad. Tak terbayangkan bahwa laki-laki bertampang ramah itu bisa mengangkat senjata dan membunuh seseorang. Seharusnya laki-laki semacam ini bekerja sebagai dosen atau dalang bukannya tentara.” (Nunuk Y. Kusmiaan, 2019: 180).

Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai sikap tokoh Supri yang menyesal terhadap sesuatu yang telah terjadi.

7. “Gadis kurus itu sedang memberi makan si bayi dengan air rebusan beras. Sementara, kakak perempuannya menyuapinya dengan sabar.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019:

183).

Pesan moral yang ingin dsampaikan pengarang mengenai sabar dalam menghadapi masalah.

8. “Kerja Jusnaeni lunas terbayarkan ketika ibu pengantin perempuan mendatanginya dan menguapkan terima kasih telah membuat putrinya tampak seperti putri dalam dongeng.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 190).

Pesan moral disampaikan pengarang secara langsung melalui uraian. Kutipan diatas menunjukkan ajaran tokoh berupa ucapan terima kasih,

9. “Ibu Jawa suka marah-marah beberapa hari belakangan ini.

Wening yang pertama kena getahnya. Bapak Jawa, berikutnya.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 247).

Nilai moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai sikap tokoh yang suka marah. Rasa marah merupakan hal yang umum melanda setiap ibu dalam masalah umah tangga.

2) Melalui Tokoh

1. “Aku menghargai makanan yang kumakan. Karena besok atau lusa belum tentu kita bisa makan seperti ini.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 47).

Nilai moral yang ingin disampaikan pengarang adalah rasa menghargai tokoh Halijah karena memiliki rasa menghargai terhadap makanan dan bersyukur dengan apa yang di makan.

2. “Jangan mencuri lagi, Nak. Jangan bikin malu,” pinta Bapak.

(Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 56).

Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah sikap memberi nasihat tokoh Bapak Umar kepada Dus. Bapak Umar berpesan agar Dus tidak mencuri lagi.

3. “Anakmu kurang ajar. Dia menyiram wajahku dengan air,”

balas Mamak Nur. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 83).

Kutipan diatas menunjukkan cara pengarang dalam menyampaikan nilai moral melalui uraian langsung berupa tindakan tokoh. Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah sikap kurang ajar.

Seseorang yang tidak bisa menghargai orang lain, yang tidak

memiliki sopan santun. Sebagai seorang anak harus bersikap sopan terhadap orang tua.

4. “Kepatuhan kepada suami itu ibadah,” Bapak mengultimatum. “Ketidakpatuhan kepada suami itu dosa besar.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 93).

Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah sikap patuh.

Sebagai seorang istri harus patuh terhadap suami karena suami adalah kepala rumah tangga dalam keluarga.

5. “Makan nasimu, Lijah. Tidak usah disisa-sisakan begitu.

Untuk orang-orang di rumah akan kukasih sendiri.

Kebetulan taksi La Muli disewa sampai Sentani. Bawa singkong. La Muli dikasih banyak sama penumpangnya.

Kamu bisa bawa pulang beberapa.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 108).

Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang mengenai berbaik hati. Seseorang yang baik hati dapat membantu sesame dan peka terhadap perasaan orang lain.

6. “Yah, apalah daya manusia macam kita-kita ini. Kita bisa merencanakan apa saja. Allah jualah yang menentukan.

Begitulah seharusnya kita berpikir sebagai hamba Allah yang beriman.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 132).

Nilai moral yang ingin dsampaikan pengarang mengenai kepercayaan terhadap Tuhan dalam menghadapi masalah.

7. “Setengah kesal ia menyahut, “Apa anehnya memasak cakalang dengan bawang putih dan jahe ? Biasa-biasa saja masak macam begitu. Dulu, di kampung, aku pernah memasak untuk seorang perempuan Indo, seekor cakalang dengan susu dan keju. Ditaruh di atas ikan itu susu dan kejunya”. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 149).

Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah kesal. Rasa kesal terhadap seseorang kerap muncul saat sedang berinteraksi dengan orang yang menjengkelkan

8. “Merdeka!” teriak Soekarno mengepalkan tinju, memulai rapat akbar. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 177).

Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah merdeka. Kutipan diatas menggambarkan kalau akhirnya Soekarno mengambil sikap tegas untuk mengambil kembali Irian Jaya.

9. “Sudah sembuhkah, Bapak?” Tanya Ibu Jawa. “Sudah sembuh, Ibu. Mudah-mudahan besok atau lusa bisa melaut lagi.”

“Syukurlah kalau begitu,” sahut Ibu Jawa. (Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 150).

Hal yang ingin disampaikan pengarang adalah bersyukur. Kutipan diatas menunjukkan bahwa Ibu Jawa bersyukur mendengar kabar Bapak Umar sembuh dari sakitnya.

10. “Kerja Jusnaeni lunas terbayarkan ketika ibu pengantin perempuan mendatanginya dan mengucapkan terima kasih telah membuat putrinya tampak seperti putri dalam dongeng.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 190).

Nilai moral yang disampaikan pengarang secara langsung melalui uraian. Kutipan diatas menunjukkan ajaran tokoh berupa ucapan terima kasih.

11. “Jadi muka bagus Wa Izzah terlihat,” komentar seorang tamu perempuan. (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 190).

Nilai moral disampaikan oleh pengarang secara langsung melalui uraian. Kutipan diatas menunjukkan seseorang tamu memuji kecantikan Wa Izzah.

b. Teknik Penyampaian Tidak Langsung

Dalam novel ini, teknik penyampaian nilai moral tidak langsung berupa peristiwa dan konflik.

1) Peristiwa

Melalui peristiwa, pengarang menyampaikan pesan moralnya secara tidak langsung.

1. “Terkadang Bapak pulang kelewat siang, saat tiupan angin laut sudah hamper berakhir. Kalau sudah begitu, Bapak terpaksa bersusah payah mendayung perahunya menuju pulang. Sesaat sebelum berbelok ke perairan sempit di antara deretan rumah panggung di wilayah tempat tinggalnya, ia menggulung layar. Dengan keterampilan tertentu, laki-laki paruh baya itu mengarahkan kemudinya.

Air laut mulai meti-surut. Pantai ditutupi seluruhnya oleh lumpur lembek kecokelatan. Perahu itu meluncur sampai ke bagian yang tak lagi bisa didayung dan berhenti di batas air.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 34).

Kutipan diatas menunjukkan peristiwa sebagai media pengarang dalam menyampaikan pesan moral yang ingin ditujukan kepada pembaca. Peristiwa pada kutipan diatas berupa sikap terampil yang ditunjukkan tokoh Bapak Umar.

2. “Terbata-bata Mamak membaca di kolom yang ditunjuk Bapak. Sementara Bapak mengamati hutuf-huruf cetakan Latin yang tak mampu dipahaminya dengan sedikit pun. Ia buta huruf Latin. Tapi, tidak dengan hutuf Arab. Ia guru mengaji di kampung nelayan itu. Satu-satunya guru mengaji.” (Nunuk Y. Kusmiana, 2019: 37).

Kutipan diatas menunjukkan peristiwa sebagai media pengarang dalam menyampaikan pesan moral yang ingin ditujukan kepada pembaca. Peristiwa pada kutipan diatas berupa sikap kelebihan dan kekurangan yang ditunjukkan tokoh Bapak Umar.

2) Konflik

Dalam menyampaikan pesan moralnya secara tidak langsung, pengarang menyampaikan pesan moralnya melalui konflik antar tokoh. Dalam novel ini, konflik dapat ditunjukkan pada kutipan berikut :

1. “Bapak benar-benar terjaga kini, manatap mata istrinya dengan tatapan mencela dan merendahkan. Katanya dengan nada jengkel yang tak bisa disembunyikan, “Jangan pernah berpikir untuk melakukan apa pun dengan tubuhmu. Anak itu karunia Allah. Rejeki dari Allah. Allah akan memberi anak sebanyak yang mau Dia kasih dan sebuah dosa besar kalau kamu menghalangi karunia Allah dengan membuatmu tidak bisa hamil atau apa. Kamu mengerti itu?” (Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 40).

Konflik pada kutipan di atas berupa pesan moral menasihati dalam kebenaran yang ingin disampaikan pengarang.

B. Pembahasan

Nilai moral dalam sebuah karya sastra merupakan ajaran-ajaran mengenai baik dan buruk yang ingin disampaikan pengarang, sehingga pembaca mendapatkan hal yang bermanfaat setelah membaca sebuah karya sastra. Novel Gadis Pesisir terdapat ajaran-ajaran moral yang dapat diambil manfaatnya sebagai pembelajaran dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel Gadis Pesisir adalah sebuah novel yang mengajak pembaca

untuk menafsirkan kembali tentang makna kehidupan dengan memiliki kemiripan dengan Daru Tunggul Aji, penelitian ini merupakan deksriptif kualitatif.

1. Wujud Nilai Moral pada Novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.

Kusmiana

a. Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri pada novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana meliputi nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri positif dan nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri negatif. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri positif meliputi (1) sedih (2) tegas, (3) sabar, (4) rajin. Adapun nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri negatif meliputi (5) marah, (6) kesal, (7) menyesal. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut.

1) Sedih

“Mamak menjadi sedih. Ia tak bisa berpikir lagi sekarang. Ini soal makanan yang pantas disajikan kepada calon tamu terhormatnya.

Makanan yang masih sanggup dijangkau isi kantongnya. Mamak memohon sekali lagi, “Tolonglah, sekali ini saja, Bu.”. (Nunuk Y.

Kusmiana, 2019: 134).

Kutipan diatas menunjukkan bahwa Mamak menjadi sedih karena tidak bisa berpikir lagi soal makanan yang ingin disajikan kepada calon tamu terhormatnya. Mamak pun bingung dalam situasi tersebut, ia sangat memohon dan minta tolong kepada Ibu Jawa untuk memberinya utang.

Dokumen terkait