• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BAB III

E. Teknik Analisis Data

3. Nilai Moral

Seseorang dikatakan mempunyai moral apabila orang itu dengan kehendaknya sendiri berbuat sopan atau kebajikan karena suatu motif materil, atau ajaran filsafat moral semata. Moral berarti memenuhi atau memuaskan maksud dan tujuan eksistensi (wujud) seseorang dalam masyarakat tanpa merusak dan mengganggu orang lain atau kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari luar ). Berikut data nilai moral yang ditemukan dalam cerita Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana, terbagi atas enam yaitu. 1) Kejujuran dan keikhlasan, 2) Memiliki rasa tanggung jawab, 3) Mengajarkan perilaku yang terpuji, 4) Kekerasan dalam rumah tangga, 5) Suka

menolong dan ramah 6) Bekerja keras dan selalu berusaha. Adapun pendeskripsiaanya dikemukakan sebagai berikut.

1) Kejujuran dan Keikhlasan

Kejujuran dan keikhlasan merupakan salah satu sikap yang patut direalisasikan dalam kehidupan kita yang mengharuskan kita untuk selalu berbuat jujur dan ikhlas dalam melaksanakannya. Berikut data yang ditemukan dalam cerita Roman Tak Putus Dirundung Malang karya Sutan Takdir Alisjahbana.

“Tetapi mukanya yang bercahaya-cahaya tadi telah menjadi muram, sebab ia sekarang telah tahu, bahwa ia tertipu; duriannya sama sekali lebih dari empat ratus; jadi sebuah dijualnya bukan sebenggol, melainkan sesen. Akan minta lebihkan harga yang telah dijanjikan tadi, ia tak berani, sebab takut kalau orang cina itu marah dan mengatakan ia mungkir janji.” (Hal.11)

“Kita dikecohkan. Ditaksirnya durian kita dua ratus, aku percaya sehingga aku jual sama sekali lima rupiah. Tetapi tadi aku bilang lebih dari empat ratus. Kita ditipu oleh jahanam itu dua ratus buah.” (Hal.12)

Pada kutipan tersebut tokoh Syahbuddin tertipu dengan salah seorang pengumpul buah durian yang diambil oleh pembeli tersebut.

Kejadian ini menyiratkan bahwa pembeli termasuk tidak jujur dalam aktivitas jual beli. Melihat kenyataan tersebut, Syahbuddin hanya bisa berlapang dada dan ikhlas menerima perlakuan yang tidak adil tersebut. Ia mau minta dilebihkan uang yang diberikan,tetapi ia takut kalau orang cina itu marah dan dianggap ingkar janji.

“Jepisah berhenti bercakap-cakap, ia telah biasa akan perangai Madang itu, pemarah dan tak mau disangkal.” (Hal.44)

Pada kutipan tersebut Jepisah sudah terbiasa akan sikap suaminya

yang pemarah, tetapi Jepisah sebagai seorang istri senantiasa ikhlas menerima perlakuan suamainya yang pemarah demi keutuhan rumah tangganya.

2) Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Seperti halnya kejujuran, tanggung jawab merupakan salah-satu sifat yang mengandung nilai moral. Dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana, juga ditemukan perilaku yang bertanggung jawab. Hal ini terlihat pada tokoh Syahbuddin yang rela tidak membawa kedua anaknya karena kondisi yang tidak memungkinkan. Selama ini ke mana pun ia pergi selalu membawa anaknya.Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini.

“……….Sejak bundanya meninggal belum pernah mereka ditinggalkan oleh Syahbuddin. Tak heran kita kalau anak berdua itu sekali ia menurut kata ayahnya oleh karena terpaksa saja, oleh karena tak ada jalan lain.”(Hal.17)

Untuk pertama kalinya Syahbuddin tidak membawa kedua anaknya saat pergi mencari nafkah karena kondisi yang kurang menguntungkan.

Terpaksa ia titipkan pada saudaranya. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab seorang ayah kepada anaknya untuk menjaga keselamatannya.

Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Syahbuddin sebagai orang tua.

Demikian juga kutipan berikut ini pengarang menggambarkan suasana hati Jepisah sebagai seorang yang bertanggung terhadap kedua keponakannya.

Sikap kekhawatirannya merupakan salah satu bentuk perhatian sekaligus rasa tanggung jawab sebagai orang yang sudah dianggap ibu oleh Mansur dan Laminah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri kita. Pikirlah itu.

Tetapi kalau hatimu keras juga, pergilah! Barang kali keselamatanmu telah ditakdirkan Tuhan di negeri orang. Hanya petuahku Laminah itu jangan engkau sia-siakan. Kalau rasanya tiada terpikul olehmu, kirimlah ia kembali.

Dari pada ia terlantar di negeri orang……..”(Hal.68)

Jepisah selalu memberi nasihat kepada Mansur dan Laminah agar selalu mempertimbangkan niatnya untuk mengembara ke negeri orang. Karena selalu mengkhawatirkannya.

“Jadi amat mujurlah Mansur, sebagai saudara yang sangat mengasihi adiknya, dapat merasa dan menerka apa yang merusaknya dan yang tiada menyenagkan hati adiknya itu.” (Hal.115)

Pada kutipan tersebut, sungguh Mansur adalah seorang kakak yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap adiknya Laminah, ia sangat mengasihi adiknya lebih dari apa pun itu. Mansur akan merasa tak nyaman jika adiknya Laminah sedang dalam kesusahan ia dapat menerka dan merasakan hal itu.

3) Mengajarkan Perilaku yang Terpuji

Mengajarkan perilaku yang baik kepada anak adalah suatu perbuatan yang sangat terpuji yang mengandung nilai moral . sikap ini sangat dianjurkan dalam lingkungan keluarga karena dapat melahirkan generasi muda yang bermoral baik. Hal ini juga ditemukan dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana.

“Dia itu tiada beribu dan tiada berbapak, Ki “ujar Jepisah lagi akan melunakkan hati anaknya.

“Heran Ki, “jawab Marsuki, “mak kasihan kepada dia, tetapi tidak kepada anak sendiri . biarlah, mak, supaya ia coba pula.” (Hal.47)

Pada kutipan tersebut tokoh Jepisah sebagai seorang ibu selalu berusaha memberikan nasihat kepada anaknya agar memiliki perasaan kasihan pada kakaknya Laminah. Jepisah takut melihat anaknya memiliki karakter yang sama dengan bapaknya yang memiliki karakter yang kasar.

“Tambahan pula cucungku,” ujar andung Seripah, engkau berdua jangan benar menaruh dendam. Serahkanlah semuanya pada Allah Subhanahu wata’ala.”

(Hal. 59)

Pada kutipan tersebut andung Seripah memberi nasihat kepada Mansur dan Laminah agar tak menaruh dendam pada Madang (paman) agar hati dua anak itu memiliki sifat yang bijaksana, penyayang, dan penyabar.

“Penghabisanku kuperingati engkau jangan sekali-kali bercampur gaul dengan orang jahat, sebab hal itu tiada pernah membawa manfaat.”

(Hal. 77)

Pada kutipan tersebut Datuk Halim memberi nasihat kepada dua anak yatim piatu terebut yang hendak ingin merantau ke Bengkulu agar tetap menjaga pergaualan, serta tetap menjaga sikap.

“Seketika berhenti Laminah; sudah itu ia berkata pula: “kakak!

Berjanjilah kakak pada Minah, takan mendendam manusia binatang itu!” (Hal.

126)

“Ah sahut Laminah, “janganlah kakak pikirkan itu! Biarlah orang lain mengajarnya. Apakah gunanya kalau kita telah binasa nanti? Sekarang kita jauhkan diri padanya. Ya, kakak? Kakak takkan mendendam.” (Hal.

127)

Pada kutipan tersebut Laminah meminta kepada kakaknya agar tak menaruh rasa dendam pada Sarmin yang telah menyakiti dirinya. Sungguh Laminah menjalankan amanah dari andung Seripah, dapatlah kita lihat bahwa

Laminah memiliki hati yang bijaksana yang tak menaruh dendam kepada Sarmin serta orang-orang yang pernah menyakitinya dahulu.

“Sebab itulah kata Malik: “Dar mengapakah engkau bercakap begitu?

Tidakah engkau menaruh kasihan pada gadis yang malang itu.” (Hal.

147)

“engkau pikirlah dalam-dalam! Sekarang engkau telah hendak mengganggu-Nya pula! O, engkau sungguh kejam, tak menaruh iba- kasihan sesama manusia.” (Hal. 147)

Pada kutipan tersebut Malik berusaha menasihati Darwis yang memiliki maksud tak baik pada Laminah, agar tak melangsungkan niat jahat-nya tersebut. Malik sungguh berbeda dengan Darwis, Malik memiliki hati yang baik dan tulus memberi pertolongan tanpa mengharapkan imbalan sedangkan Darwis baik dan mau menolong Laminah karena ada maksud tertentu di balik kebaikan- nya itu.

4) Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang tidak diharapkan bagi pasangan suami istri dalam membina bahtera rumah tangga. Namun, dalam kenyataannya, kondisi tersebut sering dialami oleh kalangan istri.

Suami yang ringan tangan dan perangai yang kejam terkadang ikut membelenggu keharmonisan rumah tangga. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini.

“Dengan hal yang demikian Madang semakin hari makin ganas juga sepak terjang, tepuk-tampar makin sehari makin banyak menimpah kedua anak yatim itu.” (Hal. 39)

“Mendengar perkataan adiknya serupa itu dikeraskannya hatinya menderita sekalian nistaan dan hinaan, tampar dan tempeleng itu……”(Hal. 39)

“Tetapi malang! Pada waktu itu pukulan Madang telah jatuh di kepala anak yatim piatu itu, sebagai durian jatuh di tanah yang keras. Laminah tak berbunyi lagi, terjerebab, seperti elang kena tembak.” (Hal. 51)

Pada kutipan tersebut, tokoh Madang digambarkan sebagai tokoh yang kejam dan selalu melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Setiap kali ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya, maka ia selalu melakukan tindakan yang kejam dengan ringan tangan. Misalnya melakukan tamparan kepada istrinya dan Laminah. Ia dianggap sebagai laki-laki yang tidak punya hati. Hal ini dipertegas melalui kutipan berikut ini.

“Laminah telah mendukung adiknya itu dan air matanya berhamburan tak dapat ditahannya lagi, oleh kesal hatinya dan oleh takut akan segak dan tempeleng.”(Hal. 41)

Tokoh Laminah yang digambarkan dalam kutipan tersebut, cukup merasa ketakutan ketika adiknya Marsuki terkena sayatan pisau pada kakinya. Hal yang ditakutkan Laminah adalah kekejaman Madang yang akan diterima. Tamparan, pukulan, serta kata-kata kasar pasti akan menghujani dirinya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

“………..Dengan suara yang menakutkan diseyaknyalah Jepisah:

“perempuan jahanam itu membohongi aku tadi. Telah berani benar engkau padaku sekarang. Engkau permainkan saja aku sebagai patung, sebaik- baiknya kubunuh kedua-duanya.” (Hal. 48)

“Jepisah terpekik, kena pukulan yang tak diegak-egak itu. Dengan ia berdiri ia dan berlari menuju ke tangga, sebab ia takut dipalu lagi.” (Hal.

49)

“Anak yang malang itu masih duduk juga dilantai. Entah apalah sebenarnya ia belum melarikan dirinya; kakinya seolah-olah berat melihat sekalian pekerjaan suami peribunganya yang kejam…..(Hal. 49)

“Tentang inilah rupanya Madang memukul tadi. Lihatlah kulit kepala ini sampai menjadi biru,” ujarnya serta menunduk ia sedikit akan menawari bengkak itu. (Hal. 55)

Kekejaman yang digambarkan pengarang melalui tokoh Madang dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca. Terutama dalam menjauhkan diri dari sikap yang tidak bermoral.

5) Suka Menolong dan Ramah

Dalam kehidupan bermasyarakat, salah satu sifat yang harus dipelihara adalah menolong dan ramah kepada sesama. Sifat suka menolong dan ramah kepada siapa saja adalah salah satu hal yang mengutamakan sisi moral dan ke manusia.Hal ini juga terlihat dalam cerita Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana.

“Datuk Halim dan istrinya, andung Seripah, selalu ramah kepada Mansur dan Laminah. Seringkali dipanggilnya kedua anak itu makan dirumahnya.

Untuk pembalas budi orang tua dua laki-istri itu acap kali pula Mansur dan Laminah menolong mereka itu mencarikan kayu dan mengangkat-angkat air.”

(Hal. 51)

“Sekalian perkataan Datuk itu kami masukan dalam hati kami. Sampaikan mati tiada lupa rasanya kami akan jasa datuk dan andung yang tiada berhingga itu kepada kami” (Hal. 64)

“………Datuk dan andunglah yang selalu menolong kami dengan segala daya upaya.” (Hal. 64)

Tokoh Datuk Halim dan istrinya digambarkan sebagai tokoh yang memiliki jiwa penolong. Ketika Mansur dan Laminah selalu mendapat perhatian dan pertolongan dari Datuk dan istrinya. Mereka dengan ramah mau

menolong dengan memberi makan kepada Mansur dan Laminah. Demikian juga sebaliknya Mansur dan Laminah membalas budi baik Datuk dengan mencarikan kayu bakar dan mengangkat air kebutuhan Datuk. Demikian juga kutipan berikut ini.

“Sekarang andung hendak masuk,” kata andung seripah pula, “tunggulah engkau berdua disini, boleh andung bertanak di dapur.” (Hal. 59)

Pada kutipan tersebut andung Seripah hendak menawarkan Mansur dan Laminah untuk tinggal di rumahnya sebab tak tega melihat dua anak yatim piatu tersebut kena siksa dari pamannya, sungguh hati andung Seripah sangat mulia, sifat seperti inilah yang harus ditanamkan dalam diri kita, suka menolong dan ramah kepada sesama.

“…………..”kemanakah maksud engkau berdua ini sekarang? Akan bermalamkah engkau disini atau akan teruskah? Kalau engkau berdua hendak menginap di negeri ini, boleh engkau datang ke rumahku diujung sebelah sana.”

(Hal. 87)

Ketika tokoh Mansur dan Laminah sedang dalam perjalanan ke Bengkulu mencari pekerjaan.Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan salah seorang yang berbaik hati menawarkan tumpangan menginap di rumahnya, dengan penuh ramah tamah, orang tersebut menunjukkan arah rumahnya kepada Mansur dan Laminah.

“Pekertinya tak tentu; ada kalanya ia ganas; kejam; bersalah-tak bersalah dirusakkanya, dihancurkannya. Tetapi ada pula masanya ia pengasih pengiba, halus dan lembut sebagai seorang ibu. Apa yang kejam dihancurkannya diribanya dengan tangannya yang besar itu sehingga sempurna kembali.” (Hal. 33)

“Dengan kemalu-maluan Mansur dan Laminah menjauhkan dirinya. Sangat hina terasa orang berdua ini diusir seperti binatang, tetapi apa boleh buat. Orang

memintah selalu dibawa bukan? (Hal. 100)

Kutipan tersebut digambarkan oleh pengarang bahwa karakter manusia cukup berbeda-beda. Ada yang memiliki jiwa penolong dan mengasihani sesamanya. Tetapi ada juga sebaliknya, kejam dan tak berperi kemanusiaan.

“Percayalah tokeh, amat sedih hati kami meninggalkan pekerjaan ini. Tokeh selalu dermawan dan budiman kepada kami dan penghidupan kami sederhana, tak kurang dan tak pula melebih-lebih.” (Hal. 134)

“Nanti, kalau misalnya engkau berdua dalam kesukaran, yang tak sekali- kali kuharapkan, setiap waktu boleh engkau datang kemari minta pertolongan padaku.” (Hal. 135)

Pada kutipan tersebut tokoh (pemilik toko roti) meminta kepada Mansur dan Laminah jika kelak mereka dalam keadaan susah bolehlah mereka meminta pertolongan kepada tokeh, sebab selama bekerja di toko roti milik tokeh, dua anak yatim piatu tersebut diperlakukan dengan amat baik oleh tokeh yang dermawan dan budiman itu. Akan tetapi mereka terpaksa berhenti karena merasa terusik semenjak kehadiran Sarmin.

6) Bekerja Keras dan Selalu Berusaha

Apabila seseorang memiliki sifat yang selalu mau bekerja keras dan selalu berusaha, maka niscaya ia tidak pernah menyerah dalam menjalani kehidupannya. Hal ini terlihat pada tokoh Mansur yang tidak pernah pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.

“Masakan orang hendak membelanjai kami sehari-hari. Tentu tidak! Dan mencari uang sangat susahnya di negeri mati ini. Bengkulu ini negeri besar.

Tak ada pekerjaan di sudut ini. Boleh kita mencari sudut yang lain.” (Hal.

67)

“Buah usaha kita dapat benar kita lihat. Bersungguh-sungguh kita bekerja, banyak kita mendapat hasil, malas kita, tanggunglah sendiri…………”

(Hal.91)

“Sungguh! Mansur orang yang besar malunya. Di hati kecilnya telah ditanamkannya, bahwa ia dirantau orang akan bekerja, bekerja dengan segala tenaganya.” (Hal.86)

Mansur memiliki sifat malu jika selalu dikasihani, ia harus bekerja menghidupi diri dan adiknya laminah. Melalui tokoh mansur ini, pengarang memberikan amanat kepada pembaca untuk tetap memiliki semangat dalam bekerja.

“Nantilah sebentar,” jawab Mansur, “Janganlah engkau gusar. Hari ini juga kita harus mencari pekerjaan, supaya kita jangan menumpang- numpang lagi dimana-mana. Waktu kita masih banyak benar.” (Hal. 99)

Pada kutipan tersebut Mansur menenangkan hati adiknya agar tak merasa cemas ia tak akan menyerah dan akan terus mencari pekerjaan walaupun sudah beberapa toko yang dimasuki oleh Mansur dan Laminah namun ia terus mengalami penolakan ada yang menolaknya dengan berkata kasar dan ada pula yang menolaknya dengan ucapan yang sopan namun itu tak meruntuhkan semangatnya untuk terus berusaha, sebab ia merasa malu jika hendak menumpang-numpang lagi.

Adapun kemunculan nilai-nilai Religius dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana, secara ringkas dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.1 Amanat Religius dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang

karya Sutan Takdir Alisjahbana

No. Religius Halaman Frekuensi %

1 Nilai Tauhid Mengakui akan kehendak dan kebesaran Allah Swt

3,23,26,60,80,120 7 13,46

Mengharapkan ridho

dan rahmat Allah Swt 62,71,114,68 4 7,69

Selalu bersyukur

kepada Allah Swt 74,88,109 3 5,76

Jumlah amanat yang

mengandung Nilai Tauhid 14

2

Amanat yang mengandung nilai ibadah

Tidak putus asa dalam

menjani kehidupan 3,82 2 3,84

Shalat sebagai kewajiban umat muslim

73,55 2 3,84

Jumlah amanat yang

mengandung nilai ibadah 4

3

Amanat yang mengandung nilai moral

Kejujuran dan

keikhlasan 11,12,44 3 5,76

Memiliki rasa

tanggung jawab 17,68,115 3 5,76

Mengajarkan perilaku

terpuji 47,59,77,126,127,147, 7 13,46

Kekerasan dalam

rumah tangga 39,41,48,49,55 8 15,38

Suka menolong dan

ramah 51,64,59,87,33,101,134,135 9 17,30

Bekerja keras dan

selalu berusaha 66,91,86,99 4 7,69

Jumlah amanat yang

mengandung nilai moral 34

(Sumber: Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana) Keterangan:

52

52

52

52

52

52

Amanat religius yang mengandung nilai tauhid sebanyak 14 kutipan Amanat religius yang mengandung nilai ibadah sebanyak 4 kutipan Amanat religius yang mengandung nilai moral sebanyak 34 kutipan

Jadi ,jumlah seluruh kutipan yang mengandung amanat religius yang ditemukan dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebanayak 52 kutipan

Adapun nilai religius yang peneliti temukan dalam Roman Tak Putus

Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana, adalah sebagai berikut.

1) Amanat religius yang mengandung nilai tauhid yakni mengakui kehendak Allah Swt. Sebanyak (7) maka 7 x 100 = 13, 46%

52

2) Amanat religius yang mengandung nilai tauhid yakni mengharapkan ridho dan rahmat Allah Swt sebanyak (4) maka 4 x 100 = 7,69%

52

3) Amanat religius yang mengandung nilai tauhid yakni selalu bersyukur kepada Allah Swt sebanyak (3) maka 3 x 100 = 5,76%

52

4) Amanat religius yang mengandung nilai ibadah tidak putus asa dalam menjalani kehidupan sebanyak (2) maka 2 x 100 = 3,84%

5) Amanat religius yang mengandung nilai ibadah yakni sholat sholat sebagai kewajiban umat muslim sebanyak (2) maka 2 x 100 = 3,84%

6) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni kejujuran dan keiklasan sebanyak (3) maka 3 x 100 = 5,76%

52

7) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni memiliki rasa tanggung

52

52

52

52

52

jawab sebanyak (3) maka 3 x 100 = 5,76%

52

8) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni mengajarkan perilaku yang terpuji sebanyak (7) maka 7 x 100 = 13,46%

52

9) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni kekerasan dalam rumah tangga sebanyak (8) maka 8 x 100 = 15,38%

52

10) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni suka menolong dan ramah sebanyak (9) maka 9 x 100 = 17,30%

52

11) Amanat religius yang mengandung nilai moral yakni bekerja keras dan selalu berusaha sebanyak (4) maka 4 x 100 = 7,69%

52

Berdasarkan hasil analisis dalam Roman Tak Putus Dirundung Malang Karya Sutan Takdir Alisjahbana. Setelah dilakukan analisis oleh peneliti, maka peneliti menemukan sebanyak 52 kutipan amanat religius, jadi,didapatkan persantase hasil 13,46% untuk nilai tauhid yakni mengakui kehendak Allah Swt.7,69% untuk nilai tauhid yakni mengharapkan ridho dan rahmat Allah Swt.5,76% untuk nilai tauhid yakni selalu bersyukur kepeda Allah Swt. 3,84 untuk nilai ibadah yakni tidak putus asa dalam menjalani kehidupan. 3,84%

untuk nilai ibadah yakni sholat sebagai kewajiban umat muslim. 5,76% untuk nilai moral yakni kejujuran dan keikhlasan. 5,76 untuk nilai moral yakni memiliki rasa tanggung jawab. 13,46% untuk nilai moral yakni mengajarkan perilaku yang terpuji. 15,38% untuk nilai moral yakni kekerasan dalam rumah tangga. 17,30% untuk nilai moral yakni suka menolong dan ramah, dan 7, 69%

untuk nilai moral yakni bekerja keras dan selalu berusaha.

Dokumen terkait