• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Islam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai Pendidikan Islam

6. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam adalah semua acuan atau rujukan yang darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan diinternalisasikan dalam pendidikan Islam.

Oleh karena itu, sebagai sumber harus memancarkan nilai-nilai atau ajaran yang tidak pernah kering.45 Jika mengacu pada kerangka dasar agama Islam yang meliputi aspek iman, Islam, dan ihsan, maka pendidikan Islam pula mendasari kerangka pendidikannya pada aspek yang mencakup seperangkat nilai akidah, ibadah, dan juga akhlak.46

a. Nilai Akidah

Akidah secara bahasa merupakan bentuk masdar dari kata ‘aqada, ya’qidu, aqidan, aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi akidah berarti keyakinan. Sedang secara istilah, akidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Jamil Shaliba mengartikan akidah adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan tersambung secara kokoh. Jadi, orang yang memiliki akidah merupakan orang yang terikat perjanjian dan harus menepati segala yang ada di dalamnya.47

Nilai akidah memiliki ruang lingkup yang disajikan sebagai berikut.

1) Ketuhanan (Illahiyyat), memuat pembahasan yang berhubungan dengan Allah dari segi sifat-Nya, nama-Nya, dan af’al Allah.

2) Kenabian (Nubuwwat), membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat, ke-ma’shum-an, tugas, dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian dengan para wali, mukjizat, karamah, dan kitab-kitab samawi.

45 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, “Nilai Aqidah, Ibadah, Syariah, dan Al-Dharuriyat Al-Sittah sebagai Dasar Normatif Pendidikan Islam,” Journal of Islamic Education, Vol. 1, No. 1, (2022), 87.

46 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, 88.

47 Rustam Ependi, Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Integrasi Konsep Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Sosial dalam Alquran) (Yogyakarta: Deepublish, 2020), 49.

29

3) Kerohanian (Ruhaniyyat), membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.

4) Masalah yang yang hanya didengar dari syara’ (Sam’iyyat). Pembahasan yang berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, akhirat, alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, kebangkitan dari kubur (ba’ats), tempat berkumpul (mahsyar), perhitungan (hisab), dan pembalasan (jaza’).

Ruang lingkup akidah tersebut dapat diperinci sebagaimana yang dikenal dengan rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.48

Manusia untuk hidup di dunia ini pasti membutuhkan pendidikan, salah satu kebutuhan dasar pendidikan adalah pendidikan dalam aspek akidah yang berpandangan bahwa manusia adalah makhluk berketuhanan. Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk berketuhanan dikarenakan dalam jiwa manusia terdapat insting religius atau insting percaya agama. Itulah sebabnya tanpa akidah tidak akan mungkin berkembang secara wajar. Dengan demikian, pendidikan keagamaan mutlak diberikan untuk mengembangkan insting religius tersebut.49

b. Nilai Ibadah

Nilai ibadah adalah standar atau ukuran seseorang dalam proses mengamalkan suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah Swt. Karena ibadah merupakan kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan dan keimanan merupakan hal yang fundamental, sehingga ibadah juga merupakan manifestasi dari keimanan tersebut. Ibadah merupakan penyerahan diri seorang hamba pada Allah Swt. Ibadah yang dilakukan secara benar sesuai dengan syariat Islam merupakan implementasi secara langsung dari sebuah penghambaan diri

48 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, “Nilai Aqidah, Ibadah....”, 91.

49 Rustam Ependi, Nilai-Nilai Pendidikan...., 51.

30

pada Allah Swt. Manusia merasa bahwa ia diciptakan di dunia ini hanya untuk menghamba kepada-Nya.50

Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. Oleh karena itu, ibadah merupakan tujuan hidup diciptakannya manusia di muka bumi ini. Ibadah yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah dalam arti umum dan khusus. Ibadah umum yaitu segala amalan yang diizinkan Allah Swt., sedangkan ibadah khusus yaitu segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah Swt.

akan perincian, tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.51

Dilihat dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis yakni ibadah mahdhah (khusus) dan ibadah ghairu mahdhah (umum). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah dari tingkat, tata cara, dan perinciannya seperti misalnya yang disebutkan dalam rukun Islam antara lain syahadat, salat, zakat, puasa, dan naik haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan dan perbuatan terpuji yang dilakukan oleh seorang muslim atas izin Allah Swt. seperti berdoa, berdzikir, tolong menolong, berdakwah, saling menghormati, hidup rukun, dan lain- lain. Akan tetapi meskipun suatu kewajiban dituntut kepada seorang muslim, mereka juga perlu adanya dorongan atau motivasi dalam kehidupan beragama baik secara eksternal maupun internal.52

c. Nilai Akhlak

Akhlak mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagai individu, warga masyarakat sebagai subyek alam semesta. Akhlak mengatur hidup manusia sebagai individu yaitu hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Hal

50 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, “Nilai Aqidah, Ibadah....”, 92.

51 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, 93.

52 Rustam Ependi, Nilai-Nilai Pendidikan...., 54-55.

31

tersebut dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariat Islam.

Akhlak dalam Islam mengatur pola tata hubungan antara seseorang dengan dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh. Kesalehan individu ini mencerminkan sosok pribadi muslim yang paripurna. Islam mengakui manusia sebagai makhluk sosial karena itu akhlak mengatur tata hubungan antara manusia dengan manusia dalam bentuk muamalah sehingga terwujud kesalehan sosial. Kesalehan sosial merupakan bentuk hubungan yang harmonis antara individu dengan lingkungan sosialnya sehingga dapat melahirkan bentuk masyarakat yang marhamah atau masyarakat yang saling memberikan perhatian dan kepedulian antara anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Dalam hubungan dengan alam, akhlak dalam Islam meliputi aturan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan mendorong untuk saling memberi manfaat sehingga terwujud lingkungan alam yang makmur dan lestari.53 Lebih lengkap terkait contoh akhlak dalam Islam yakni sebagai berikut.

1) Akhlak kepada Allah berupa beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah sesuai dengan perintah-Nya. Berdzikir kepada Allah yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati. Berdo’a kepada Allah yaitu memohon apa saja kepada Allah.

Do’a merupakan inti ibadah karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia sekaligus pengakuan atas kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

2) Akhlak kepada Rasulullah seperti mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti sunnah-sunnah beliau.

53 Andi Muhammad Asbar dan Agus Setiawan, “Nilai Aqidah, Ibadah....”, 95.

32

3) Akhlak kepada orang tua seperti berbuat baik pada keduanya (birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai mereka sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika mereka masih hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah tiada dengan cara mendoakan dan meminta ampunan, serta menepati janji mereka yang belum terpenuhi.

4) Akhlak pada diri sendiri seperti sabar, syukur, tawadhu’ atau rendah hati, dan lain- lain.

5) Akhlak kepada keluarga dan karib dekat seperti saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada orang tua, mendidik anak dengan penuh kasih sayang, dan memelihara hubungan silaturahmi.

6) Akhlak kepada tetangga seperti saling mengunjungi, saling membantu satu sama lain, saling memberi, saling menghormati, dan saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

7) Akhlak kepada masyarakat seperti memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan,saling menganjurkan kepada masyarakat untuk berbuat baik dan mencegah diri dari perbuatan dosa.

8) Akhlak kepada lingkungan hidup seperti sadar dan memelihara kelestarian lingkungan, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.54

54 Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab Al-Mawa‘iz Al-

‘Usfuriyyah,” Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2, (2019), 317.

33