• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Objek Wisata Desa Sukarara

Desa Sukarara merupakan salah satu desa wisata yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah dibuktikan dengan adanya objek wisata yang terdapat di Desa Wisata Sukarara itu sendiri, yang mampu menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Adapun objek wisata yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa Sukarara sendiri di antaranya :

1. Kain Tenun Songket

Didasari oleh sejarah sekaligus sebagai sebuah kepercayaan masyarakat Desa Sukarara, bahwa semua kaum perempuan yang ada di Desa Sukarara wajib bisa menenun sebagai syarat seorang wanita bisa menikah, karena jika seorang perempuan tidak bisa menenun maka dilarang untuk menikah bahkan didenda jika melanggar kepercayaan tersebut. Kegiatan menenun dilakukan seorang perempuan sembari menunggu suaminya pulang bertani dari sawah, sekaligus sebagai mata pencaharian bagi kaum perempun di Desa Sukarara.

3. Jumlah keluarga sejahtera 2 498 keluarga 4. Jumlah keluarga sejahtera 3 249 keluarga 5. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 0 keluarga 6. Total jumlah kepala keluarga 2709 keluarga

Tenun Songket sendiri merupakan objek wisata utama yang disugukan oleh Desa Sukarara sebagai daya tarik terhadap wisatawan untuk berkunjung. Kerajinan kain tenun Songket di Desa Sukarara sendiri merupakan industri rumahan, yang dimana proses pembuatannya membutuhkan waktu yang sangat lama yang paling lambat sekitar 2 bulan lamanya, untuk dapat menghasilkan tenun songket yang indah. Tingkat kerumitan serta motif dari kain tenun songket sendiri berpengaruh terhadap harga jualnya yang berkisar dari Rp. 100.000 hingga Rp. 1.000.000. Dalam prosesnya, kain tenun Songket yang dihasilkan bukan hanya untuk pakaian akan tetapi dapat digunakan pula sebagai dekoratif untuk ornamen interior rumah. Kain tenun Songket Desa Sukarara memiliki ciri dan motif khusus yang membedakannya dengan ciri dan motif Songket produksi daerah lain.

Kekhasannya terletak pada pola dan penggunaan benang, pola dan benang yang dipergunakan penenun Songket merupakan nilai yang diberikan secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Biasanya keahlian menenun sendiri diperoleh dari seorang ibu yang kemudian mewariskan kepada anak keturunannya sehingga motif dan warna dari tenun Songket terjaga dengan baik dan tidak berubah. Adapun berbagai jenis tenun Songket dengan motif yang indah dan berbeda- beda yang dapat ditemui di Desa Sukarara, diantaranya, motif Subahnale, Motif Serat Penginang, Motif Ragi Genap, Motif Bintang Empat, Motif Keker, Motif Wayang, Motif Panah, Motif Bintang

Ramawe, Motif Bulan Bekurung, Motif Bulan Bergantung, Motif Nanas, dan satu lagi Motif Anteng. Dengan keindahan kain tenun dan kelestarian tradisi tenun tersebut, wisatawan menjadi senang berkunjung dan menikmati keindahan kain tenun dan tradisinya yang lestari.

2. Kegiatan Nenun (Nyensek)

Proses menenun di Desa Sukarara dikenal dengan istilah Nyensek, yang dimana alat untuk menenun menggunakan peralatan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Cara penggunannya pun masih sangat tradisional dan manual. Adapun beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan kain Songket diantaranya:

1. Mengani (Ngani) adalah tahapan awal pada proses menenun, yaitu proses pembuatan helain-helaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat Ngani.

2. Memasang benang lungsi pada bum benang lungsi adalah memasang helaian-helaian benang yang akan dijadikan benang lungsi pada alat tenun bukan mesin pada bum benang lungsi.

3. Pencocokan pada mata gun adalah proses memasukkan benang lungsi ke mata gun sesuai dengan corak tenun.

4. Pencocokan pada sisir adalah memasukkan benang-benang lungsi ke sisir sesuai dengan corak tenun.

5. Mengikat benang lungsi pada bum kain adalah mengikat benang lungsi pada bum kain yang dilakukan setelah benang lungsi dicocok melalui mata gun dan sisir.

6. Penyetelan adalah melakukan persiapan dengan memeriksa kembali hasil pencocokan apakah sudah benar, mengatur posisi gun, dan mengatur ketegangan benang lungsi.

7. Menenun adalah proses yang disebut dengan Nyensek, yaitu membuat tenun sesuai dengan motif yang diinginkan sampai mencapai ukuran yang diinginkan, dan menggulung setiap hasil tenun yang dihasilkan.

8. Melepas tenunan adalah memotong benang lungsi dan merapikan hasil tenun yang dihasilkan.

Para penenun kain songket biasanya mereka duduk di teras atau di balai-balai depan rumah dengan beralaskan tikar dengan posisi kaki berselonjoran lurus kedepan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain itu Artshop-artshop yang terdapat di sepanjang jalan Desa Sukarara yang sekaligus merangkap dengan rumah masyarakat tersebut selain menyajikan berbagai jenis motif kerajinan tenun Songket juga menyajikan bagaimana proses pembuatannya, yang biasanya di depan Artshop terdapat paling tidak satu penenun yang bersedia mendemonstrasikan proses menenun jika ada wisatawan yang berkunjung, oleh sebab itu para wisatawan yang berkunjung

selain dapat mengenal berbagai jenis motif kain tenun Songket juga dapat belajar dan mengenal bagaimana proses pembuatan kerajinan tenun Songket itu sendiri.73

3. Bale Beleq (Rumah Tradisional Peninggalan Nenek Moyang)

Desa Sukarara selain dikenal sebagai Desa Tenun dikenal juga sebagai desa dengan tingkat sosial budaya yang masih sangat tradisional, di Desa Sukarara sendiri masih terdapat beberapa rumah tradisional yang telah berusia ratusan tahun, salah satunya adalah Bale Beleq. Bale beleq bisa dikatakan sebagai musium desa yang merupakan sebuah rumah tradisional yang masih eksis di tengah- tengah permukiman masyarakat yang terbilang sudah modern. Bale beleq sendiri dijadikan sebagai tempat suci bagi masyarakat Desa Sukarara, tidak semua orang bisa dapat memasukinya. Jadi wisatawan yang ingin berkunjung kesana hanya dibolehkan melihat dari luar saja, dengan syarat harus sopan baik pakaiannya maupun tingkah laku, dan jika ingin memasukinya tentunya harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemangku adatnya sendiri.

Namun karena terkenal sebagai tempat yang sakral dan bersejarah sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang, jadi tidak sedikit wisatawan yang penasaran akan bale beleq dan ingin mengunjungi, sehingga bale

73 Observasi di Desa Sukarara, Tanggal 15 Maret 2020.

beleq merupakan salah satu objek wisata yang menarik wisatawan Nasional maupun Mancanegara.74

4. Begawe Jelo Nyensek dan adat Ngendang

Begawe jelo nyensek merupakan salah satu acara festival Desa Sukarara yang diadakan dan diwadahi oleh pemerintah desa sebagai bentuk upaya promosi sekaligus pengenalan objek wisata yang ada di Desa Sukarara yakni objek utama tenun Songket yang biasanya dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada akhir tahun, yang melibatkan lebih dari seribu dua ratus perempuan penenun, yang kemudian penenun-penenun tersebut menampilkan dan mendemonstrasikan proses menenun yang berlokasi di sepanjang jalan desa, yang melibatkan semua kaum perempuan mulai dari kalangan anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua sekalipun. Begawe Jelo Nyensek sendiri merupakan salah satu bentuk pengembangan masyarakat, berupa pemberdayaan masyarakat, yang mulai diadakan sejak tahun 2013, dan sampai saat ini pemerintah desa masih melestarikan acara tersebut, dan telah menjadi daya tarik baru bagi wisatawan.

Begawe Jelo Nyensek berlangsung selama 2 hari dua malam dengan berbagai rangkaian acara seperti pada malam hari sebelum hari acara Begawe Nyensek, diadakan tradisi adat yang dianggap masih sakral oleh masyarakat desa namanya Ngendang. Ngendang

74 Sunardi selaku kepala dusun Ketangge,Wawancara, Sukarara, 10 Maret 2020, Pukul 09.00 wita.

sendiri diartikan sebagai simbol tradisi dalam ajang mencari jodoh, yang biasanya melibatkan para anak gadis desa yang masih perawan untuk diajak berkenalan oleh pemuda desa, dengan berbagai proses ritual khusus yang harus dijalankan. Tradisi Ngendang sendiri dilaksanakan bersamaan dengan acara Begawe Nyensek. Dalam kegiatan ini wisatawan lokal maupun Mancanegara banyak yang datang untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Sedangkan di malam kedua acara begawe, wisatawan akan disugukan dengan drama panggung berupa cerita sejarah desa ataupun cerita-cerita bersejarah dari nenek moyang yang tentunya berkaitan dengan Desa Sukarara.75

C. Bentuk Pengembangan Desa Wisata Sukarara

Dari beberapa metode yang peneliti lakukan dalam kegiatan penelitian, ditemukan hasil terkait bentuk - bentuk pengembangan Desa Wisata Sukarara, yang peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Segi Attractions ( Daya Tarik)

Suatu daya tarik wisata yang di miliki suatu wilayah, membutuhkan adanya pengembangan baik dari segi perbaikan dan pelestarian objek wisata, ataupun pengadaaan objek wisata yang baru, dengan tujuan suatu wilayah yang memiliki daya tarik wisata dapat semakin maju dan eksis di bidang pariwisata baik bagi wisatawan Nasional ataupun Mancanegara.

75 Dokumentasi profil sejarah desa Sukarara Kecamatan Jonggan Kabupaten Lombok Tengah.

Bentuk pengembangan dari segi Attractions yang ada di Desa Sukarara yakni Kain Tenun Songket sebagai daya tarik utama yang dimiliki adalah dengan penciptaan motif Tenun Songket yang lebih beragam lagi, serta pengadaan objek wisata baru dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik pengunjung, seperti beberapa objek-objek wisata yang sudah dipaparkan di atas.

Bapak Oktaviandi selaku Kasi Pemerintahan Desa Sukarara mengatakan : “adapun bentuk pengembangan dari Attractions yang kita lakukan selaku perangkat sekaligus sebagai pengelola adalah salah satunya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat diberikan pelatihan dalam pembuatan dan pewarnaan benang dari bahan alam, serta masyarakat diajarkan dan dikenalkan cara mendesign dan membuat motif – motif baru, dengan begitu masyarakat diharapkan dapat membuat dan menghasilkan benang sendiri, sehingga tidak harus membeli bahan untuk menenun, dan masyarakat dapat menciptakan motif yang baru, beragam dan menarik tidak hanya itu-itu saja.”76

Bapak M. Isnan Abdillah selaku Kaur Kesra Desa Sukarara mengatakan : “bentuk pengembangan yang kita lakukan untuk daya tarik wisata yang dimiliki desa sendiri, adalah menciptakan dan memunculkan acara daya tarik baruFestival Begawe Jelo Nyensek, yang dimana objek wisata kerajinan tenun Songketnya kita buatkan

76 Bapak Oktaviandi Selaku Kasi Pemerintahan Desa, Desa Sukarara, Wawancara, tanggal 15 Maret 2020, pukul 09.00 wita.

sebuah festival yang bisa mendongkrak Songket semakin terkenal, dengan melibatkan semua perempuan-perempuan penenun desa , dan sekarang begawe jelo nyensek ini telah menjadi salah satu daya tarik dan objek wisata baru yang diingat dan ditunggu oleh para wisatawan setiap tahunnya.”77

2. Segi Accesability

Ketertarikan seorang wisatawan terhadap suatu destinasi, tentunya perlu didukung pula dengan adanya kemudahan akses menuju lokasi destinasi. Oleh sebab itu pengembangan accesability perlu dilakukan untuk mendukung daya tarik wisatawan. Bentuk pengembangan yang dilakukan dari segi accesability adalah pembangunan infrastruktur dari modal dana desa, dengan memperbaiki akses menuju objek wisata, seperti jalan beraspal, dan gang-gang berpaping penghubung antara dusun.

Bapak Sukayandi selaku Kaur Umum Desa mengatakan

“untuk pengembangan Desa Wisata dari segi accesability, pemerintah desa melalui dana desa adalah dengan membangun infrastruktur, salah satunya pembangunan infrastruktur untuk kemudahan akses bagi masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke desa seperti memperbaiki gang-gang yang ada di desa dengan memasang paping.”78

77 M, Isnan Abdillah Selaku Kaur Kesra Desa Sukarara, wawancara,tanggal 15 Maret 2020,pukul 09.00 wita.

78 Bapak Sukayandi Selaku Kaur Umum Desa, Wawancara, Desa Sukarara,Tanggal 15 Maret 2020, Pukul 11.00 wita.

Gang-gang menuju rumah-rumah warga desa saat ini sudah diperbaiki, dan rata-rata dipaping dan diaspal. Sehingga wisatawan tidak harus berjalan jauh dari jalan raya jika ingin mendatangi rumah- rumah para penenun langsung.79

3. Segi Amenitas

Pengembangan Desa Wisata Sukarara memang telah pada pengembangan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya meskipun sampai saat ini ketersediaan fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang ada di Desa Sukarara masih tergolong sederhana dan masih kurang memadai. Ketika berkunjung ke Desa Wisata Sukarara, wisatawan tidak perlu takut untuk tidak makan, ataupun untuk tidak belanja kebutuhan, karena di sepanjang jalan Desa Sukarara saat ini telah berdiri banyak Artshop, Tempat Belanja seperti Indomart, alfamart, UD Karya Batur, toko/kios, dan Tempat makan yang memang semuanya masih terbilang sangat sederhana dan tradisional, namun meskipun begitu pengembangan dalam segi amenitas tersebut telah berperan sangat banyak dalam mendukung kemajuan Desa Wisata Sukarara kedepannya.80

4. Segi Ancillary Service

Meskipun masih belum bisa dikatakan baik dan lengkap, Pengembangan Desa Wisata Sukarara sendiri dari segi Ancillary Service telah mendukung kemajuan Desa Sukarara sebagai salah satu

79 Observasi, di Desa Sukarara, 15 Maret 2020.

80 Ibid.

Desa Wisata yang memiliki peluang yang besar, adalah berupa Perbaikan tempat ibadah, tersedianya pemadu wisata (Tour Guide), dan Artshop-artshop sendiri sudah menyediakan toilet khusus untuk para wisatawan yang berkunjung, namun untuk fasilitas seperti Puskesmas, Bank, ATM masih sulit di Desa, namun para wisatawan bisa mendapatkan layanan tersebut di Desa lain yang jaraknya tidak jauh dari Desa Sukarara.

Samsul Bahri selaku Ketua Pokdarwis Desa Sukarara mengatakan : “untuk pengembangan desa wisata mengenai fasilitas umum memang belum bisa dibilang sangat baik, dikarena desa hanya mampu menyediakan tempat ibadah (masjid), dan pemandu wisata, sedangkan untuk fasilitas lain seperti puskesmas, ATM dan bank, di desa masih belum ada.”81

5. Segi Institutions

Dalam pengembangan desa wisata Sukarara, pemerintah desa, dan masyarakat telah membentuk kerjasama yang baik dalam pengembangan desa menjadi desa wisata yang lebih maju.

Bapak Sukayandi selaku Kaur umum Desa Sukarara mengatakan : “ketika Pemerintah desa merencanakan dan membuat keputusan tentang perkembangan desa wisata, masyarakat ikut terlibat dalam perencanaan tersebut, dan masyarakat menerima baik keputusan

81 Samsul Bahri, Sukarara, wawancara, 16 maret 2020, pukul 10.15 wita

yang diambil dan ikut berperan aktif dalam mengorganisir semua kegiatan yang menyangkut wisata desa.”82

Dari segi Intitutions pengembangan Desa Wisata Sukarara sudah berkembang baik, kerjasama antara lembaga atau organisasi yang memiliki peran penting terhadap perkembangan Desa Sukarara telah teorganisir dengan baik, seperti kerjasama yang baik antara Pemerintah desa dengan Kemendes dan DPMD (Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa) untuk pengembangan dalam bentuk memberikan tugas pembantuan dalam pemberdayaan masyarakat, serta kerjasama antara Pemerintah Desa dan masyarakat lokal sebagai pengelola suatu destinasi yang ada, dan lainnya. Dimana masyarakat yang sebagai aktor utama dari pengembangan Desa Wisata diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat dari terselenggaranya pengembangan Desa Wisata Sukarara, yang dimana masyarakat diberdayakan dengan diberikan beberapa pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas SDM masyarakat, yang kemudian mampu memperbaiki perekonomian masyarakat.

D. Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal

Desa wisata merupakan salah satu bentuk pemaparan pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan.

Melalui pengembangan desa wisata diharapkan dapat berdampak baik

82 Sukayandi selaku Kaur Umum Desa, Desa Sukarara, wawancara, 15 Maret 2010, pukul 11.00 wita

terhadap masyarakat lokalnya, selain itu pengembangan desa wisata diharapkan dapat menjadikan objek wisata yang dimiliki desa lebih bernilai untuk masyarakat ataupun wisatawan, sehingga dapat dijaga dan dilestarikan, yang kemudian berdampak terhadap aktivitas perekonomian masyarakat yang le bih maju. Itulah yang diharapkan juga oleh para pemangku penting dan masyarakat di Desa Sukarara sendiri, dimana dengan pengembangan desa wisata dapat berdampak baik terhadap masyarakat lokal, yang salah satunya masyarakat diberdayakan melalui pelatihan - pelatihan dan sosialisasi untuk masyarakat sekitar.

Seperti yang disampaikan oleh Sarah “akhir-akhir ini, kita sering diundang oleh pihak desa untuk mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, seperti misalnya pelatihan usaha, pelatihan pewarnaan benang, dan pelatihan mendesaign, dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut masyarakat mendapatkan ilmu yang sebelumnya mereka tidak ketahui, jadi secara tidak langsung kami merasa diberdayakan”.83

Adapun dampak pengembangan Desa Wisata Sukarara terhadap ekonomi masyarakat dapat dilihat segi pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perubahan harga kebutuhan, kepemilikan oleh masyarakat, dan pendapatan pemerintah sebagai berikut :

1. Dampak terhadap pendapatan masyarakat

Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, masyarakat akan bekerja. Oleh sebab itu, pendapatan masyarakat tentunya tidak akan

83 Sarah, wawancara, Sukarara, 11 Juli 2020, pukul 09.00 wita.

pernah terlepas dari jenis pekerjaan dari masyarakat itu sendiri.

Adanya pengembangan desa wisata yang ada di Desa Sukarara membuat pendapatan penduduk desa rata-rata meningkat.

Misaim, selaku pengerajin tenun, mengatakan “memang dulu sebelum adanya acara begawe jelo nyensek yang diadakan oleh Pemerintah Desa, terhitung dalam tiga bulan terkadang hasil tenun saya tidak ada yang laku, tapi setelah diadakan acara begawe jelo nyensek, alhamdulillah setidaknya sekarang setiap tenun yang saya hasilkan dapat laku terjual karena sekarang banyak wisatawan yang datang kesini.”84

Lain dengan Sairah mengatakan, “sebenarnya dulu saya hanya menunggu kiriman dari suami saya dari Malaysia, tetapi saya melihat semakin banyak wisatawan yang berkunjung kerumah-rumah masyarakat karena gang dusun diperbaiki dan diperbesar, saya memutuskan untuk menenun, dan alhamdulillah hasil tenun saya laku terjual, dan saya punya pendapatan sendiri, pendapatan keluarga kamipun meningkat, hingga akhirnya uang kiriman suami bisa saya tabung.”85

Nyuliana mengatakan : “alhamdulillah setidaknya dengan adanya objek wisata baru yang diadakan di Desa Sukarara, Sukarara

84 Misaim, wawancara, Sukarara, 14 Maret 2020, pukul 09.00 wita.

85 Sairah, wawancara, Sukarara, 14 Maret 2020, Pukul 11.00 wita.

menjadi lebih terkenal, dan akhirnya banyak yang datang ke Sukarara untuk membeli Songket yang saya jual.”86

Sedangkan Bapak, M. Isnan Abdillah, selaku Kaur Kesra Desa Sukarara, mengatakan, “memang hasil pendataan dari desa melalui Sensus pendapatan perkapita penduduk meningkat, setelah diadakan acara festival begawe jelo nyensek setiap akhir tahun itu.”87

Tabel. 3.1

Data Pendapatan Perkapita dikelompokkan berdasarkan bidang pekerjaan

No. Sektor Usaha

Pendapatan Perkapita Tahun 2018 Tahun 2019

1. Pertanian Rp. 12.000.000 Rp.12.500.000

2. Peternakan Rp. 4.550.000 Rp. 4.700.000

3. Kerajinan Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000

4. Industri Kecil, Menengah, dan Besar

Rp. 650.000 Rp. 700.000 5. Jasa dan Perdagangan Rp. 6.000.000 Rp. 6.300.000

Sumber : Data Pendapatan Perkapita Penduduk Desa Sukarara

Dari beberapa hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dan dari data hasil penemuan data, ditemukan suatu hasil bahwa pengembangan desa wisata memiliki dampak positif terhadap pendapatan penduduk, yakni pendapatan penduduk menjadi meningkat.

86 Nyuliana,wawancara, Sukarara, 16 Maret 2020,Pukul 10.30 wita.

87 M. Isnan Abdillah, Sukarara, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 10.00 wita.

2. Dampak Terhadap Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja biasanya akan timbul akibat adanya pembangunan dan perkembangan dari suatu kegiatan perekonomian.

Semua masyarakat tentunya sangat mengharapkan adanya kesempatan kerja yang luas, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran sampai saat ini. Adanya berbagai bentuk pengembangan desa wisata sukarara, ternyata memberi dampak terhadap kesempatan kerja masyarakat.

Tutik, mengatakan : ”saya dulu tidak ada pekerjaan hanya terkadang saya nyensek di rumah untuk menggantikan ibu saya ketika lelah, tapi dengan adanya pengusaha yang mendirikan Artshop, saya akhirnya bekerja dan dikontrak di salah satu Artshop dan saya di gaji, akhirnya saya punya pekerjaan dan pendapatan.”88

Selain itu Kezya, mengatakan : “dulu sebenarnya saya nyensek juga dirumah, tapi saya melihat peluang pada saat acara karnaval desa, ataupun waktu acara festival Begawe Jelo Nyensek hampir seluruh masyarakat desa mencari salon untuk rias, makanya saya mencoba membuka salon rias, dan alhamdulillah salon saya sekarang bisa memperkerjakan 4 orang.”89

Juga Jumardi, mengatakan : “sekarang dengan diperbaiki jalan akses menuju rumah-rumah warga, banyak wisatawan asing yang datang ketengah pemukiman masyarakat baik untuk melihat rumah

88 Tutik, Wawancara, Sukarara 14 Maret 2020, Pukul 9.30 wita.

89 Kezya, wawancara, Sukarara 14 Maret 2020, Pukul 15.00 wita

tradisional yang masih ada ataupun melihat proses nenun masyarakat, jadi saya disini menjadi tour guide mereka, yang kemudian sekarang menjadi profesi saya.”90

Dari beberapa hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa, dari adanya pengembangan Desa Wisata Sukarara ternyata berdampak positif terhadap kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran. Masyarakat yang dulunya tidak bekerja, atau hanya menenun di rumah akhirnya mendapatkan pekerjaan dan tentunya mendapatkan pendapatan.

3. Dampak Terhadap Harga Kebutuhan

Adakalanya ketika suatu wilayah telah menjadi sebuah wisata, setiap harga jual terhadap kebutuhan pokok, terhadap aset masyarakat dan sebagainya terkadang mengalami perubahan. Dengan adanya pengembangan Desa Wisata Sukarara peneliti menemukan bahwa harga kebutuhan pokok masyarakat sama sekali tidak mengalami perubahan, peneliti menemukan harga kebutuhan pokok masih sesuai dengan harga yang ada di pasaran.91

Amaq Sunardi Selaku kepada Dususn Ketangge, mengatakan :

”untuk harga-harga kebutuhan pokok, saya rasa tidak terjadi perubahan karena kebutuhan masyarakat juga sudah tercukupi dari hasil pertanian, peternakan, dan perkebunan, kalaupun pun ada kabutuhan diluar itu, bisa kita pasok dari luar Desa Sukarara, jadi para

90 Jumardi, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 16.00 wita.

91 Observasi, warung-warung di Desa Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 13.00 wita.

pedagang warung ataupun toko-toko sembako yang ada di desa,mematok harga sesuai harga pasaran tanpa ada perubahan.”92 4. Dampak terhadap Kepemilikan dan Kontrol oleh masyarakat

Pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata Sukarara sepenuhnya dimiliki dan dikontrol oleh masyarakat Desa Sukarara sendiri. Hal ini dibuktikan dengan semua kegiatan, baik bentuk Usaha, pengelola, dan perencanaan yang terlibat adalah masyarakat lokal dari Desa Sukarara sendiri.

Bapak Oktaviandi, selaku Kasi Pemerintahan Desa Sukarara mengatakan : “bisa dikatakan 100 persen pengelola wisata desa sukarara melibatkan masyarakat desa sepenuhnya. Ini bisa di buktikan dengan belum ada masuk investor asing untuk pengelolaan, baik segi usaha Artshop, restauran (warung makan), ataupun penginapan yang ada semuanya milik masyarakat desa serta semua kegiatan dalam pengelolaan desa sepenuhnya masyarakat lokal pula yang terlibat.”93

Nyuliana mengatakan : “usaha saya ini dari modal saya sendiri tanpa kerjasama dengan siapapun, ini adalah usaha saya dengan suami saya, jadi semua kepemilikan dan kontrol ada pada saya sendiri, adapun karyawan yang saya perkerjakan juga tetap orang sukarara asli.”94

92 Sunardi, wawancara, Sukarara, 15 Maret 2020, pukul 14.00 wita.

93 Oktaviandi selaku Kasi Pemerintahan Desa, Wawancara, Sukarara, 16 Maret 2020, pukul 09.00 wita.

94 Nyuliana, Wawancara, Sukarara, 16 Maret 2010, pukul 09.45 wita.

Dokumen terkait