COVID-19 Pandemic- Related Financial Fraud
Dimas Kenn Syahrir
Aksi panic buying terhadap obat-obatan, multivitamin dan alat kesehatan seperti masker dan persediaan medis lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan permintaan yang mengakibatkan kelangkaan barang sehingga bermunculan modus penipuan berupa toko palsu, situs web, akun media sosial, dan alamat email yang mengklaim menjual barang-barang ini secara online. Para pelaku fraud mengambil keuntungan selama masa pandemi Covid-19 untuk melakukan penipuan keuangan dan fraud lainnya seperti eksploitasi masarakat melalui pembuatan iklan dan perdagangan obat-obatan palsu, menawarkan peluang investasi palsu, dan terlibat dalam skema phishing yang memanfaakan ketakutan dunia terhadap virus Corona.
Para pelaku fraud yang merupakan penjahat dunia maya melakukan penipuan, penggalangan dana amal palsu, dan berbagai penipuan medis yang menargetkan masyarakat awam. Alih-alih menerima masker dan alat kesehatan yang sudah dibeli secara online, para korban akan kehilangan uang setelah mentransfer sejumlah dana ke tangan para penjahat yang terlibat sebelum rekening mereka dapat dilacak dan diblokir. Bahaya lain yang timbul pada sektor keuangan adalah teroris juga dapat memanfaatkan peluang ini untuk mengumpulkan dana.
FATF telah mengeluarkan press release baru-baru ini, bahwa salah satu upaya yang efektif yaitu penggunaan Virtual CDD/Digital Onboarding dan uji tuntas yang disederhanakan (simple Customer Due Dilligence) tanpa mengurangi prinsip-prinsip prudent melalui panduan tentang Digital ID. Hal ini menyoroti manfaat identitas digital yang dipercaya dapat meningkatkan keamanan, privasi, kenyamanan dan mampu mengidentifikasi nasabah sebagai pelaku transaksi virtual, branchless
risks which may arise during the Covid 19 pandemic.
There has been panic buying for drugs, multivitamin and medical devices such as masks and medical supplies. This has sharply surged the demand and shortage of consumer items which circumstances have leading to fraud such as fake store, web site, social media account and email address claiming item sales online. The fraud perpetrators are taking advantages during the Covid 19 pandemic through financial fraud by public exploitation through fake advertisement and counterfeit drug trading, offering false investment opportunities and phishing emails trying to capitalize on the world coronavirus fear.
The perpetrators of cyber fraud commit fraud, fake charity fund raising and other medical fraud targeting general public.
Instead of receiving masks and medical devices purchased online, the victims lose their money after transferring the money to the criminals before their accounts can be tracked or blocked.
Another potential danger to the financial sector is the terrorist using the opportunity for fund raising.
FATF recently published its press release stating that one of the effective measures is to make of use Virtual CDD/
Digital Onboarding and simple Customer Due Diligence without affecting the principles of prudence through Digital ID manual.
This highlights the benefit of trusted digital identity to increase security, privacy, convenience and the ability to identify the customers as the parties to the virtual transaction, branchless
themoneypages.com
banking dan melakukan orientasi pengiriman dana lintas negara.
Sehingga pada saat yang bersamaan kebjakan ini mampu mengurangi risiko tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Di sisi lain, para pelaku fraud dan teroris terus berupaya mengeksploitasi kesenjangan dan kelemahan di tingkat nasional dari sistem anti pencucian uang/pencegahan pendanaan terorisme (AML/
CFT) yang timbul sebagai ekses dari pandemi Covid-19, karena mereka menganggap sumber daya dari berbagai instansi pemerintah akan fokus ke tempat lain. Berkaitan dengan hal tersebut, INTERPOL telah membantu penanganan sekitar 30 kasus penipuan Covid-19 terkait dengan tautan ke Asia dan Eropa, yang mengarah ke pemblokiran 18 rekening bank dan pembekuan lebih dari USD 730.000 dalam dugaan transaksi penipuan.
INTERPOL juga telah mengeluarkan Purple Notice yang memperingatkan polisi di 194 negara anggotanya tentang jenis penipuan baru ini, sebagai berikut :
1. Jika Anda mencari untuk membeli persediaan medis online, atau menerima email atau tautan yang menawarkan bantuan medis, waspadai tanda-tanda penipuan potensial untuk melindungi diri dan uang Anda.
2. Memverifikasi secara independen perusahaan / individu yang menawarkan barang sebelum melakukan pembelian;
3. Waspadai situs web palsu, penjahat akan sering menggunakan alamat web yang terlihat hampir identik dengan yang sah;
4. Periksa ulasan online perusahaan sebelum melakukan pembelian, misalnya apakah ada keluhan pelanggan lain yang tidak menerima barang yang dijanjikan
5. Berhati-hatilah jika diminta melakukan pembayaran ke rekening bank yang berlokasi di negara yang berbeda dari tempat perusahaan itu berada;
6. Jika Anda yakin telah menjadi korban penipuan, segera beri tahu bank Anda agar pembayaran dapat dihentikan;
7. Jangan mengklik tautan atau membuka lampiran yang tidak Anda harapkan akan diterima, atau datang dari pengirim yang tidak dikenal;
8. Berhati-hatilah dengan email yang tidak diminta yang menawarkan peralatan medis atau meminta informasi pribadi Anda untuk pemeriksaan medis - otoritas kesehatan yang sah biasanya tidak menghubungi masyarakat umum dengan cara ini
Dalam mekanisme rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme, diperlukan kerjasama efektif antara regulator sebagai Lembaga Pengawas dan Pengatur (baik OJK dan BI), PPATK sebagai unit intelijen keuangan dan lembaga penegakan hukum agar dapat terus berbagi informasi dengan sektor swasta. Hal ini bertujuan untuk memprioritaskan dan menangani risiko-risiko utama dari TPPU, khususnya yang terkait dengan penipuan, dan risiko dari Pendanaan Terorisme terkait dengan Covid-19. Pandemi Covid-19 menjadikan pengawasan dan kegiatan penegakan berbasis risiko lebih penting dari sebelumnya. Institusi keuangan dan bisnis lain harus tetap waspada terhadap risiko TPPU dan TPPT yang muncul. Memastikan Penyedia Jasa Keuangan terus memitigasi risiko-risiko ini secara efektif, mampu mendeteksi dan melaporkan transaksi keuangan mencurigakan ke PPATK, khususnya yang berkaitan dengan Covid-19.•
banking and orientation for cross-border fund remittance. This policy will concurrently reduce the risks of money laundering and terrorism funding.
On the other hand, the fraud criminals and terrorist groups continue to exploit gap and weak points at national level in anti money laundering/counter terrorism financing (AML/CFT) as the impact of Covid 19 pandemic, since they consider that the allocation of resources from governmental authorities will be focused on other places. In relation to this, INTERPOL has assisted the investigation of approximately 30 Covid-19-related frauds with links to Asia and Europe, which have led to blocking of 18 bank accounts and freezing of over USD 730.000 in the alleged fraud transaction.
INTERPOL has also issued Purple Notice which stated police warnings in 194 member countries on the following new types of fraud:
1. If you wish to purchase medical supplies online, receive email or link which contains offer for medical assistance, beware of potential fraud to protect yourself and your money.
2. Independently verify the company / individuals offering the items before purchasing;
3. Beware fake website, criminals will mostly use nearly- identical web address name to the official website;
4. Check the online review of the company before purchasing, such as whether there is customer complaint who did not receive the items promised
5. Be cautious when you are requested to make payment to accounts with the bank located at different countries from the place of the company;
6. If you are sure that you have been a fraud victim, immediately inform your bank you to stop the payment;
7. Do not click link or open any attachment you do not expect to receive or from unknown sender;
8. Be cautious of unrequested email which offers medical supplies or require your personal information for medical checkup – official health authorities mostly do not contact the public by this mean
In the anti money laundering and counter terrorism financing regime, effective collaboration is necessary between the regulator as the Supervisory and Regulator Institution (FSA and Bank Indonesia), PPATK as financial intelligence unit and law enforcement agency to continue sharing information with private sectors. This is aimed at giving priority and mitigating the main risks of money laundering, related to fraud and risks from Terrorism Financing due to Covid 19. Covid 19 pandemic has made risk-based supervision and enforcement more important than ever. Financial and other business institutions are to be continuously cautious of risks from Money Laundering and Terrorism Financing. It is important to ensure that Financial Service Provider continue mitigating the risks effectively and increase the ability to detect and report financial suspicious transactions to PPATK, especially associated with Covid 19.
Abdul Hadi