• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paradigma Positivistik (to learn about the people) Penelitian dengan paradigma positivistik merupakan

PARADIGMA PENELITIAN

1. Paradigma Positivistik (to learn about the people) Penelitian dengan paradigma positivistik merupakan

metode penelitian yang tertua dalam studi ilmiah. Karena sebagai metode yang tertua, maka tidaklah mengherankan tatkala pengertian penelitian dalam kamus-kamus selalu bersifat positivistik atau dimengerti dalam paradigma kuantitatif. Pendapat umum memahami penelitian dengan metode kuantitatif ini sebagai penelitian yang mementingkan angka atau statistik atau kuantitas. Itu benar, Namun tidak tidak mewakili karakterisktik metode kuantiitatif pada umumnya. Sebab pada kenyataannya, dalam metode kualitatif juga diperlukan statistik.

Sugiyono sangat jelas membedakan karakteristik paradigma positivistik dengan paradigma post positivistik.

Perbedaan itu dapat diketahui dari paradigma yang dipakai, cara melihat realitas (sifat realitas), hubungan antara peneliti

14 H.Sudjarwo, Metodologi penelitian Sosial (Bandung: Mandar Maju, 2001), 26-27

32 dengan yang diteliti, teknik sampling, hubungan antar variabel, sifat generalisasi, teknik dan instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data, sifat hipotesis, pola analisis, desain penelitian (proposal), waktu penelitian dan keabsahan data.

Dalam penelitian kuantitatif, menggunakan paradigma positivistik dengan penalaran deduksi-induksi. Artinya bisa menggunakan teknik penalaran deduktif dalam proses penelitian, juga boleh menggunakan induktif. Namun kecenderungannya lebih banyak menggunakan penalaran deduktif. Paradigma positivistik ini menilai realitas secara konkrit dalam arti realitas bersifat konkrit yakni dapat diukur, dapat diamati, dapat dipilah-pilahkan atau dikategorikan, konkrit. Oleh karena itu, sesuatu yang tidak konkrit, bukan realitas. Itulah sebabnya, kaum positivistik selalu meragukan keilmiahan metode post positivistik.15

Pada sisi lain, tujuan penelitian kuantitatif lebih kepada upaya untuk menguji teori membuktikan hipotesis. Hubungan antara peneliti dengan objek yang titeliti umumnya indefenden atau mandiri agar terjamin obyektivitas data. Oleh

15 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Yogyakarta: UII Press, 2007), 41-45

33 karena itu, tidak jarang hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam penelitian kuantitatif ini tidak pernah bersentuhan sama sekali. Dengan kata lain, tidak saling kenal.

Salah satu contohnya adalah survei yang sering dilakukan melalui perangkat internet. Saya sering mengalami hal semacam itu. Ketika membuka internet, lalu ada tawaran untuk mengisi angket tanpa kita tau siapa orangnya. Jika kita ingin mengisi kuesioner tersebut, cukup klik oke, maka kita dihadapkan kepada sekian banyak pertanyaan berupa pilihan ganda yang harus dijawab.16

Penelitian kuantitatif juga pada umumnya menggunakan teknik sampling. Ada populasi dan sampel dimana dalam memilih dan menetapkan sampel harus mengutamakan prinsif keterwakilannya atau representatif. Oleh karena itu, persentase dalam menetapkan jumlah sample sangat penting.

Respondennya tidak bisa hanya satu dua orang saja.

Sebaliknya harus dalam jumlah banyak agar keterwakilannya terpenuhi. Demikian juga dengan teknik dan instumen pengumpulan data lebih diutamakan kuesioner atau angket.

16 Ibid.

34 Wawancara juga bisa dipakai, tetapi itu alternatif sebagai teknik tambahan untuk melengkapi data kuesioner. Kalaupun wawancara dipakai, mata data hasil wawancara perlu dikuantitatifkan dan umumnya menggunakan wawancara tertutup atau terstruktur dimana seorang informan sudah diarahkan untuk menjawab pertanyaan „”ya” atau “tidak”.

Jadi tidak diperlukan jawaban yang mendalam dan komprehensif.

Hubungan antar variabel bersifat kausalitas. Sifat tersebut berangkat dari dasar berpikir bahwa tidak ada akibat tanpa sebab dan setiap sebab selalu melahirkan akibat. Jadi, variabelnya berupa hubungan sebab-akibat. Sementara itu, kecenderungan generalisasi sangat besar. Hasil penelitian di satu tempat dianggap mewakili kebenaran seluruhnya.

Kecenderungan generalisasi ini sangat erat hubungannya dengan sifat variabel dan penalaran deduktif. Tentang teknik sampling dan cara menghitung sampelnya serta cara penyusunan kuesioner.

Analisis atas data menggunakan statistik. Hal ini dipakai untuk menguji teori, membuktikan hipotesis. Tambahan pula, analisis baru bisa dilakukan setelah penelitian selesai

35 dilakukan. Kapan penelitian dianggap selesai? Sampai hipotesis dapat dibuktikan. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif tersebut umum berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Demikian juga dengan desain penelitian (proposal) harus spesifik dan rinci sejak awal. Sebab seorang peneliti dengan metode kuantitatif, ia harus menjadikan desain tersebut sebagai pegangan selama melakukan penelitian secara bertahap. Ia harus mengumpul data sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam desain tersebut.

Termasuk di dalamnya juga literatur sudah bersifat baku dan berhubungan dengan masalah penelitian. Sebab literatur tersebut merupakan banguan teori atau yang justru ingin diuji kebenaran dalam penelitian kelak.

Keabsahan data ditentukan dengan cara menguji validitas dan reliabilitas alat penelitian seperti tes, angket, panduan wawancara terstruktur atau tertutup. Oleh karena itu, instrumen penelitian harus sudah dapat dipastikan standaritasnya sejak mendesain penelitian dengan beragam skala pengukuran yang dipakai.

36 2. Paradigma Post Positivistik / Naturalistik (to Learn

from the people)

Paradigma post positivistik merupakan pendatang baru dalam studi ilmiah. Pada sisi lain, penelitian dengan paradigma post positivistik ini yang selanjutnya disebut metode kualitatif menyusuhkan banyak sekali perbedaan dengan paradigma positivistik. Bahkan keduanya saling mengkritisi atau saling mengungkapan kelemahan lawannya.

Namun pada lain pihak, metode kualitatif juga tidak melupakan jasa metode kuantitatif sama sekali. Sebaliknya produk metode kuantitatif dipakai dengan beberapa modifikasi. Hal ini nampak dalam desain penelitian dimana beberapa unsur penelitian dalam metode kuantitatif juga dipakai dalam metode kualitatif.17

Perbedaan yang mencolok sebenarnya terletak pada sifat realitas, penalaran dan tujuan penelitian. Metode kualitatif mengakui bahwa realitas itu bersifat ganda bahkan kompleks dan holistik. Sulit dipisah-pisahkan, tetapi bisa

17 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 200217), 2-7

37 dibeda-bedakan. Implikasinya ialah bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti yang menggunakan metode kualitatif mau tidak mau harus menyentuh semua aspek terkait. Sebab bisa jadi data yang dianggap tidak penting justru di sana sangat penting. Sifat realitas ini akhirnya berpengaruh pada hubungan variabel tidak bersifat sebab-akibat. Dengan kata lain, tidak ada sebab yang sesungguhnya dan tunggal. Karena realitas yang kompleks dan holistik tadi secara serempak saling membentuk. Oleh karena itu, realitas yang sebenarnya tidak selalu nampak. Itulah sebabnya dalam penelitian kualitatif ini lebih menekankan kedalaman informasi untuk memperoleh makna. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat akrab atau interaktif supaya hal-hal yang tersembunyi dalam diri objek yang diteliti dapat diketahui.

Penelitian dengan metode kualitatif bertujuan untuk mengeksplorasi atau menggali, menemukan dan memahami informasi atau data. Dengan kata lain, metode tersebut bertujuan untuk menemukan teori, bukan mengujinya.

Konsekuensinya, tidak diperlukan hipotesis. Kalaupun ada hipotesis, lebih kepada hipotesis kerja yang tidak

38 memerlukan pembuktian. Studi literatur tetap dilakukan, tetap bersifat sementara. Bukan pegangan utama dan teori hasil temuan dalam literatur tidak memerlukan pengujian dan atau pembuktian dalam penelitian. Tujuan penelitian juga menentukan jenis penalaran yang dipakai yakni bersifat induktif (dari khusus-umum). Berbeda dengan metode kuantitatif yang bertujuan menguji teori, penalarannya dari Umum-khusus (deduktif).18

Mulai dari hal-hal yang khusus. Dalam konteks penelitian, penalaran ini dimulai dengan pengumpulan data.

Hasil pengumpulan data tersebut baru ditarik kesimpulan yang menjadi kesimpulan umum. Dalam penalaran ini bersifat silogisme. Kesimpulan umum sudah ditetapkan.

Penelitian dilakukan untuk menguji atau membuktikan kesimpulan tersebut.19

Perbedaan lain terletak pada desain penelitian (proposal). Dalam metode penelitian kualitatif, desain penelitian masih bersifat umum. Karena itu bentuknya

18 Bdk. Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pengantar dan Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 20052), 27-30.

19 H.Sudjarwo, Metodologi Penelitian Sosial..., 19.

39 fleksibel, hanya sebagai petunjuk awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Bentuknya akan berkembang seiring dengan proses penelitian dalam arti desain penelitian mesti siap untuk diubah kapanpun jika memang dirasa perlu.

Keabsahan data umumnya lebih banyak ditentukan oleh kredibilitas dan ketelitian peneliti dalam melakukan penelitian. Sebab dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Selain peneliti, ada juga instrumen lain sesuai dengan teknik pengumpulan data. Pada umumnya, teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam (tak terstruktur), dan dokumen atau arsif atau sumber tertulis lainnya. Oleh karena itu, instrumen yang dipakai, bisa berupa panduan wawancara, catatan lapangan (field note), tape recorder, kamera dan sumber tertulis.

Dalam penelitian kualitatif juga menggunakan teknik sampling (Populasi dan sampel). Namun kebanyakan ahli lebih senang menggunakan istilah sumber data. Berkaitan dengan sumber data tersebut, jumlah responden tidak harus banyak. Hal terpenting adalah siapa informen yang paling menguasai data, sehingga ia bisa memberikan informasi yang

40 kompleks. Oleh karena itu, pemilihan sampelnya lebih banyak menggunakan purposive dan snowball. Tambahan pula, tidak jarang peneliti hanya meneliti satu orang saja atau satu keluarga saja dan hal itu sah-sah saja. Sebab sekali lagi ditegaskan bahwa jumlah responden tidak menjadi pertimbangan utama. Mungkin itu juga yang mengakibatkan penganut positivistik meragukan keilmiahan metode kualitatif ini.

Pemilihan sampel secara purposive artinya sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Sementara itu, pemilihan sampel secara snowball artinya sampel yang dipilih atau jumlah informannya semakin besar. Teknik ini berangkat dari satu orang informan kunci. Kemudian informan kunci tersebut memberikan informan lain yang dianggapnya menguasai data. Demikian seterusnya, sehingga jumlah informan semakin besar. Lebih lanjut, perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif dapat dijelaskan dalam tabel berikut.20

20 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2013), 10-16; Lexy Moleong, Metodologi Penelitian

41 METODE KUANTITATIF-KUALITATIF

No Unsur Perbedaan Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1 Sifat realitas

Konkrit, terukur Integratif, komplek, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman

2 Tujuan penelitian Menguji teori Menemukan teori/eksplorasi 3 Paradigma Kuantitatif/positivi

sme

Kualitatif/post positivisme 4 Penalaran yang

dipakai

Deduktif (umum- khusus)

Induktif (khusus- umum)

5 Desain proposal

Rinci, jelas, mantap sejak awal sebagai pegangan dalam penelitian

Umum, fleksibel dan dapat berubah selama penelitian

6 Hubungan peneliti-diteliti

Indefenden bahkan tidak kontak sama

Interaktif dan menekankan

Kualitatif...., 16-21; Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pengantar dan Penerapan..., 27-33.

42 sekali. Peneliti

lebih tinggi posisinya dari responden

keakraban dengan sumber data

7 Hubungan antar variabel

Kausalitas Interaktif/hubungan timbali balik

8 Sampel

Besar dan

representatif, ditentukan sejak awal secara random

Tidak representatif dan berkembang selama riset secara purposive dan snowball

11

Teknik pengumpulan data

Kuesioner, wawancara terstruktur

Pengamatan berperan serta, wawancara mendalam,

dokumentasi

12 Alat

pengumpulan data

Tes, angket, panduan

wawancara terstruktur

Peneliti sebagai instrumen utama, field note, panduan wawancara, tape recorder, kamera dll.

43 13 Peranan nilai

Cenderung bebas nilai

Terikat nilai yang dibawa peneliti dan responden

14 Analisis

Setelah selesai riset, menggunakan statistik dan secara deduktif

Berlangsung selama riset, mencari tema, teori dan secara induktif

15 Data

Kuantitatif, hasil pengukuran

variabel berdasarkan instrumen

Deskriptif kualitatif, dokumen pribadi, hasil pengamatan, bahasa verbal dan non verbal responden dll

16 Keabsahan data

Ditentukan dengan menguji validitas dan reliabilitas instrumen

Ditentukan oleh kredibilitas dan ketelitian peneliti.

Pertanyaannya adalah metode penelitian mana yang baik dipakai dalam penelitian teologi? Jawabannya relatif.

Sesuatu yang dianggap baik itu relatif dalam arti tergantung tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut dan

44 pendekatan yang dipakai. Memang pada prinsifnya, metode kualitatif dianggap lebih tepat dipakai dalam penelitian teologi.

Namun bukan berarti metode kuantitatif tidak berguna sama sekali. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa dalam penelitian teologi, dapat menggunakan metode kuantitatif, dapat menggunakan metode kualitatif atau gabungan keduanya. Hanya saja perlu dicatat di sini bahwa metode kuantitatif dapat dipakai dalam metode kualitatif, tetapi metode kualitatif tidak bisa dipakai dalam metode penelitian kuantitatif. Itulah sebabnya seorang peneliti yang menggunakan metode kualitatif, cenderung-bahkan selalu- memakai data-data kuantitatif sebagai data sekunder untuk melengkapi data primer dan itu sah saja.

Penelitian yang dilakukan untuk organisasi pertumbuhan gereja, lebih tepat dipakai metode kuantitatif.

Salah satunya adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan gereja tertentu ataupun minat jemaat dalam mengikuti persekutuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

45 Selain itu juga penelitian yang menggunakan pendekatan evaluatif juga mesti menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan evaluatif maksudnya suatu penelitian itu diarahkan untuk mengevaluasi suatu program kerja gereja. Darinya akan dirumuskan suatu upaya pengembangan program selanjutnya.

Dokumen terkait