• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik dan alat pengumpulan data kualitatif 1.Observasi

Dalam dokumen Bahan Ajar Metodologi Penelitian/ Oleh Sanon (Halaman 93-100)

TEORIASUMSI

9. Metode Penelitian

9.3. Tipe pendekatan penelitian

9.5.2. Teknik dan alat pengumpulan data kualitatif 1.Observasi

93 Saya:apakah Merry rajin atau tidak baca alkitab?

Merry:saya jarang sekali baca alkitab Saya:mengapa malas baca alkitab, Mer?

Merry:Saya tdk punya waktu utk baca alkitab Saya:Menurut Merry, apa dampak dari tidak membaca alkitab tersebut?

Merry:ya, nilai saya tdak baik-baik amat?. Sulit memahami firman Allah, tidak hafal jumlah kitab dalam alkitab. alkitab saya juga selalu utuh.

ketika ujian text book saya tidak bisa menjawab Merry:nilaai dianggap baik kalau IPK saya 3,80

9.5.2. Teknik dan alat pengumpulan data kualitatif

94 Observasi partisipan artinya pengamatan berperan serta.

Si peneliti terlibat langsung di lapangan. Ia menempatkan dirinya menjadi orang dalam (Insider). Ia merasakan apa yang orang rasakan, melakukan apa yang orang lakukan.

Sedangkan observasi non partisipan, peneliti hanya melihat dan mengamati saja apa yang diteliti tanpa terlibat langsung.

Jika ia meneliti orang yang sedang membangun rumah, peneliti hanya melihat dan mengamati proses membangun rumah tanpa terlibat atau tanpa ikut membangun rumah.

Namun peneliti yang menggunakan teknik observasi partisipan, harus ikut terlibat membangun rumah.

Hal terpenting dalam penelitian ini (baik partisipan maupun non partisipan), mencatat. Tugas peneliti harus mencatat semua apa yang dilihat, di dengar, dicium, diraba.

Hal terkecil sekalipun harus dicatat. Hindari mengabaikan data. Sekalipun data itu tidak disukai sekalipun, peneliti harus mencatatnya dalam field note (catatan lapangan) sebagai alat pengumpulan data pada penelitian observasi.

9.5.2.2.Wawanara tak terstruktur

95 Sebagaimana telah dijelaskan pada teknik pengumpulan data kuantitatif di atas, teknik wawancara dilakukan dengan bertanya kepada sumber data (orang). Sumber data ini disebut informasi. Deep interview targetnya adalah mendapatkan data terpenting. Sampai ke akar-akarnya. Oleh karena itu, daftar pertanyaan pada panduan wawancara lebih bersifat masterplannya saja. Peneliti harus menggali informasi lebih dalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan lanjutan lagi jika jawaban pertama tidak memuaskan. Sekalipun dalam panduan wawancara hanya ada 10 pertanyaan yang direncanakan, tetapi di lapangan bisa bertambah atau lebih banyak jika memang memerlukan pertanyaan lanjutan.60

Hal terpenting, baik wawancara terstruktur maupun tak terstruktur, peneliti harus mendapat informasi dari bahasa verbal (lisan) maupun non verbal (bahasa tubuh) si informan tersebut. Contoh, ketika peneliti bertanya tentang bagaimana perasaan si A pasca diputus pacarnya?, maka lihat juga mimik mukanya saat menjawab. Bisa saja ia mengatakan biasa saja, tetapi raut wajahnya terlihat sedih atau ia

60 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 20152), 135-137.

96 meneteskan air mata, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ia sedih. Hanya saja disembunyikan.

Pada saat wawancara, sebaiknya direkam dengan minta izin lebih dahulu kepada informan bahwa diskusi tersebut akan direkam. Setelah selesai wawancara, maka rekaman tersebut dipindahkan ke dalam bentuk tulisan pada lembaran catatan wawancara. Artinya seorang peneliti mesti memiliki catatan wawancara.

Di bawah ini contoh panduan wawancara. Sedangn contoh catatan hasil wawancara, lihat tentang wawancara di atas.

Judul : LGBT di Banjarmasin Dalam Perspektif sosiologi Agama

Rumusan masalah:

1. Bagaimana Potret LGBT di Banjarmasin

2. Bagaimana pendapat tokoh agama dan dokter tentang LGBT?

97 Contoh Panduan wawancara

9.5.2.3. Focus group discussion (FGD) Pengantar

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam. Panduan ini menjadi blue print bagi peneliti dalam melakukan wawancara nanti. Informannya berasal dari pengurus PKBI Kalsel dan tokoh agama.

A. Pokok-pokok pertanyaan

Ada beberapa pertanyaan yang harus digali secara mendalam saat melakukan penelitian nanti.

1. Tentang Potret LGBT di Banjarmasin

Pertanyaan ini nanti mesti meminta informasi tentang sejarah singkat LGBT di Banjarmasin, latar belakang seseorang menjadi bagian dari LGBT (minta kesaksian salah satu waria), statistik LGBT di Banjarmasin, pihak yang menangani LGBT di Banjarmasin

2. Tentang pendapat pengurus PKBI kalsel dan tokoh agama di banjarmasin

Perlu bertanya tentang pandangan tokoh agama Islam, Kristen, hindu, Budha dan katolik tentang LGBT. Tanyakan juga alasan mereka berpendapat begitu, apa dasarnya dan apa solusi konkritnya.

B. Penutup

Dalam klasifikasi/kategori data nanti, data yang menjawab nomor 1 akan diberi kode d1 dan jawaban atas pertanyaan nomor 2 diberi kode d2. kode ini akan digunakan saat koding data nanti.

Peneliti perlu melakukan triangulasi data, minta izin kepada informan kalau mau mereka dan memuat namanya dalam laporan penelitian. jika informan keberatan, jangan di paksa.

Banjarmasin, 12 Januari 2016 Peneliti

Amang utuh

98 FGD termasuk istilah baru dalam penelitian, tetapi sebenarnya prinsifnya sudah lama dilakukan dalam penelitian kualitatif. Secara prinsif, FGD sebenarnya dapat dipahami sebagai istilah lain dari gabungan observasi dan wawancara.

Walaupun mungkin saja ada peneliti yang hanya wawancara tanpa observasi saat penelitian. Namun sangat jarang bahkan tidak ada peneliti yang hanya melakukan observasi saja tanpa wawancara dalam melakukan penelitian. sebab keduanya saling terkait.61

Dalam FGD terdapat kedua teknik tersebut-wawancara dan pengamatan. Dalam teknik FGD, peneliti memain peran sebagai fasilitator. Dialah yang menyetting dan memfasilitasi pertemuan diskusi. Ia mengundang para informan yang dijadikan sumber informasi. Pertemuan atau diskusi tersebut fokus pada pokok bahasan tertentu sebagaimana jenis data ang mau dikumpulkan.

Peneliti menghubungi peserta diskusi dengan menjelaskan maksud dan fokus diskusi. Peneliti bersama peserta mendiskusikan mengenai teknis pelaksanaan baik

61 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2002.

99 waktu maupun tempat diskusi. Dalam FGD, peserta diskusi dilihat dan atau dipahami sebagai narasumber. Bukan peserta biasa. Sebab mereka inilah nanti yang memberikan informasi.

Peneliti harus menyiapkan diskusi ini sebaik mungkin agar fokus diskusi tercapai. Misalnya membahas pendapat masyrakat atas LGBT. Lalu peneliti bertanya tentang apa pendapat peserta diskusi tentang LGBT.

Peneliti juga mesti menetepkan pendapat tersebut dari perspektif apa saja? Jika ingin mendapat pandangan dari pespektif agama, politik, hukum dan biologi, maka peneliti mesti mengundang tokoh agama, politikus maupun dokter.

Diskusi tersebut dimungkinkan adanya perdebatan akibat perbedaan pendapat. Peneliti perlu membiarkan terjadinya perdebatan, tetapi dibebaskan-dibatasi. Artinya bebas, tetapi perdebatan yang sehat dan masih menyangkut isu LGBT.

Peneliti juga harus mengamati jalannya diskusi baik mengamati bahasa verbal maupun non verbal peserta diskusi.

Peneliti merekam maupun mencatat diskusi tersebut. Di

100 sinilah letak gabungan antar observasi dan wawancara dalam FGD tersebut.62

Dalam dokumen Bahan Ajar Metodologi Penelitian/ Oleh Sanon (Halaman 93-100)

Dokumen terkait