• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ajar Metodologi Penelitian/ Oleh Sanon

N/A
N/A
55 BKB@4258_ZALFA FEBRIANA

Academic year: 2024

Membagikan "Bahan Ajar Metodologi Penelitian/ Oleh Sanon "

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN Program Sarjana

Teologi Kependetaan

Oleh

Pdt. Sanon, M.Th NIDN.2302048301

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Banjarmasin, Januari 2016

(2)

2

Bahan Ajar Metodologi Penelitian/ Oleh Sanon STT GKE 2016

Jln.Jend.Sudirman Nomor 4 Banjarmasin- Kalimantan Selatan 70114

.

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Tidak diizinkan untuk memperbanyak bahan ajar ini

dalam bentuk apapun untuk tujuan komersial tanpa

seizin dari Penulis

(3)

3

SILABUS

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Theologi Gereja Kalimantan Evangelis Program Studi : Teologi Kependetaan

Mata Kuliah : METODOLOGI PENELITIAN Kode Mata kuliah : 01.01.07.04.2010

Jumlah SKS : 2 sks Pilihan/wajib : Wajib

Prasyarat : -

Dosen Pengampu : Pdt.Sanon, M.Th

(4)

4 I. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata Kuliah ini mempelajari dasar-dasar teori dan praktek penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa/i dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian dibidang pendidikan dan pembelajaran teologi.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL A. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa yang mempelajari mata kuliah Metodologi Penelitian, diharapkan mampu berpikir kritis dan analitis dalam memahami konsep Penelitian sebagai studi ilmiah, mampu merancang desain/proposal penelitian, melakukan penelitian dan membuat laporan penelitian.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Secara khusus, mata kuliah Metodologi Penelitian menolong pembelajar agar mampu:

1. Menjelaskan konsep dasar penelitian Sosial dan Penelitian Teologi

2. Menjelaskan paradigma penelitian 3. Menjelaskan jenis-jenis penelitian 4. Menjelaskan teknik pengumpulan data 5. Menjelaskan teknik analisis

6. Melakukan penelitian

7. Menyusun laporan penelitian III. INDIKATOR KEBERHASILAN

(5)

5 Mahasiswa/i dianggap berhasil dalam mempelajari mata kuliah Metodologi Penelitian jika mampu menguasai dan menjelaskan beberapa pokok bahasan yang menjadi tujuan khusus di atas.

IV. STRATEGI PERKULIAHAN

Perkuliahan diarahkan pada upaya mendorong kreatifitas dan keaktifan mahasiswa/i dalam studi ini, sehingga mereka mampu menjadi pembelajar yang kompetitif. Oleh karena itu, mahasiswa/i dituntut untuk aktif dalam perkuliahan tatap muka, mengerjakan tugas-tugas dan mencari sumber bacaan mandiri. Dosen pengampu tidak lebih dari fasilitator yang menolong mahasiswa/i untuk mencari, mengkaji dan merumuskan gagasan-gagasan konseptual-praktis terkait beberapa pokok bahasan di atas.

V. SUMBER BELAJAR A. Lingkungan sosial-budaya B. Lingkungan tempat kerja

C. Pengalaman, kasus-kasus atau peristiwa D. Literatur:

1. Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

2. Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996 3. Sanapiah Faisal. Format-format Penelitian

Sosial. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2010.

(6)

6 4. Agus Salim. Teori dan Paradigma Penelitian

Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006 5. Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif.

Jakarta : Rineka Cipta, 2008

6. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2013.

7. Noeng Muhadjir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin, 2000 8. Ida Bagoes Mantra. Filsafat Penelitian & Metode

Penelitian Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004

9. H. Kaelani. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta : Paradigma, 2012

10. Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers, 20111-11 11. Robert Chambers. PRA:Participatory Rural

Appraisal. Yogyakarta: Kanisius, 1996

12. Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: UII Press, 2007

13. Ernest T.Stringer. Action Research. London:

Sage Publications, 1996.

14. Linda Tuhiwai Smith. Dekolonisasi Metodologi.

Yogyakarta: INSISTPress, 2005.

15. Imam Suprayogo dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

16. Andreas B.Sunagyo. Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantitatif Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan. Bandung: Kalam Hidup, 2001.

(7)

7 17. Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002.

VI. KEWAJIBAN MAHASISWA

Mahasiswa/i yang mengambil mata kuliah Metodologi Penelitian, saat kuliah tatap muka wajib:

A.Membawa alkitab (alkitab elektronik juga boleh digunakan)

B. Menghadiri perkuliahan tatap muka minimal 80% dari total pertemuan

C.Pakaian rapi dengan baju kemeja atau berkerah D.Menggunakan sepatu atau sepatu sandal

E. Memadamkan HP atau silent

F. Memperhatikan kaidah penulisan karya ilmiah dalam membuat tugas-tugas. Terutama perhatikan tata cara pengutifan, kejujuran ilmiah dan pemilihan sumber- sumber yang dapat dipercaya keabsahannya terutama sumber dari internet mesti selektif. Tidak dianjurkan menggunakan sumber bacaan (artikel) dari wikipedia.

G.Mengumpulkan tugas-tugas dalam bentuk softcopy kepada dosen pengampu dan dikirim via email ke [email protected]

H.Mengerjakan tugas-tugas mandiri yang terdiri dari:

1. Membuat Laporan Bacaan Buku

Dikumpul pada masa Reading week. Lewat waktu tersebut dianggap tidak mengumpulkan tugas.

2. Melakukan Penelitian secara berkelompok maupun mandiri. Pada akhir penelitian, wajib membuat

(8)

8 laporan penelitian dan dikumpulkan via email paling lambat pada pertemuan akhir semester sudah saya terima. Mahasiswa bebas menentukan judul penelitian.

Jumlah halaman laporan penelitian berkisar antara 20- 30 halaman kertas A4. Teknik tata tulis mengacu kepada tata tulis STT GKE.

a. Mengikuti Ujian Tengah semester dan Ujian akhir semester.

VII. KRITERIA PENILAIAN,

A. Tugas 30%

B. Ujian Tengah semester (UTS) 30%

C. Ujian Akhir semester (UAS) 40%

Nilai Akhir (NA) diperoleh dari:

NA=3T +3X +4F 100

T=Nilai rata-rata Tugas, X= Nilai UTS, F= Nilai UAS

Nilai Akhir dinyatakan dalam angka dan huruf sebagai berikut:

Nilai angka Nilai Huruf Nilai Bobot

90-100 A 4,00

80-89 AB 3,50

75-79 B 3,00

70-74 BC 2,50

60-69 C 2,00

50-59 CD 1,50

(9)

9

40-49 D 1,00

0-39 E 0

Mahasiswa-mahasiswi dinyatakan lulus mengambil mata kuliah ini jika memperoleh nilai akhir minimal C.

VIII. JADWAL PERKULIAHAN Pertem

uan Ke-

POKOK BAHASAN

Sub Pokok Bahasan

Wak tu

SUMBE R 1 Pengantar/Penjel

asan Umum

a. Sistem perkulia han dan penilaia n b. Peneliti

an sebagai metode ilmiah

1x90 meni t

Nomor 2- 4,6, 8

2 Paradigma Penelitian

1. Konsep Dasar tentang Peneliti an Sosial dan teologi 2. Paradig

ma Positivi stik-

1x90 meni t

Nomor 2- 4,6, 8,14

(10)

10 Kuantit

atif 3 Tahap-tahap

penelitian:

Rencana Penelitian

Paradigma Post Positivistik -kualitatif

1x90 meni t

Nomor 2,3,5- 7,9,10,12 ,15-17 4 Tahap-tahap

penelitian:

Rencana Penelitian (lanjutan)

1. Masala h dan tujuan peneliti an 2. Batasan

masalah 3. Signifik

ansi peneliti an

1x90 meni t

Nomor 2,3,5- 7,9,10,12 ,15-17

5 Tahap-tahap penelitian:

Rencana Penelitian (lanjutan)

1. Kerang ka Teoritis 2. Asumsi

dan hipotesa

Nomor 2,3,5- 7,9,10,12 ,15-17

6 Tahap-tahap penelitian:

Rencana Penelitian (lanjutan)

1. Metode Peneliti an 2. Sumber

data/tek nik samplin

Nomor 2,3- 7,9,10,12 ,15-17

(11)

11 g

7 Tahap-tahap penelitian:

Rencana Penelitian (lanjutan)

Teknik dan Instrumen Pengumpul an data

Nomor 2,3- 7,9,10,12 ,15-17 8 Ujian tengah

semester

Materi I- VI

1x90 meni t 9 Tahap-tahap

penelitian:

Rencana Penelitian (lanjutan)

Analisis penelitian

1x90 meni t

Nomor 2,3,5- 7,9,10,12 ,15-17 10 Tahap-tahap

Penelitian:Pelak sanaan

Pelaksanan penelitian

1x90 meni t

Nomor 2,3,5- 7,9,10,12 ,15-17 11 Tahap-tahap

Penelitian:Lapor an

Laporan Penelitian

1x90 meni t 12 Menyerahkan

Laporan Penelitian 13 Ujian akhir

semester

Materi I- XII

1x90 meni t Pengampu,

(12)

12 ttd

Pdt.Sanon, M.Th NIDN.2302048301

(13)

13

BAGIAN KESATU

PENGANTAR KE DALAM METODOLOGI

PENELITIAN

(14)

14 Pembelajar diharapkan mengikuti alur pembelajaran ini dengan sabar dalam arti tidak tersega-gesa. Ikuti proses dan tahapan kerjanya agar diperoleh kesatuan gagasan yang utuh.

Pembahasan dalam tulisan ini dimulai dari konsep dasar bahwa penelitian muncul sebagai akibat dari hasrat ingin tahu tentang sesuatu. Hasrat ingin tahu ini terjadi karena ada hal yang belum diketahui. Hasrayat ini tahu ini dipahami sebagai suatu hasrat berkualitas dalam memperoleh apa yang disebut kebenaran. Kebenaran ilmiah mestilah diperoleh dari studi ilmiah. Studi ilmiah itu terencana, metodologis dan sistematis.

Dengan membatinkan penjelasan tersebut di atas, pokok bahasan di sini akan dibagi ke dalam tiga bagian.

Bagian kesatu ini berisi tentang pengantar ke dalam Metodologi penelitian. Mahasiswa/i akan diperkenalkan dengan konsep hasrat ingin tahu, empat sumber kebenaran, penelitian sebagai metode ilmiah dan paradigma penelitian.

Mahasiswa/i akan mengetahui tentang konsep penelitian ilmiah dan yang bukan ilmiah. Mahasiswa/i

(15)

15 mengetahui perbedaan antara metode dan metodologi.

Mahasiswa/i juga akan belajar dan mengetahui hubungan antara Paradigma dan metode penelitian. Artinya apakah paradigma menentukan metode ataukah sebaliknya. Beberapa hal tersebut akan di jelaskan di sini. Mahasiswa/i dianjurkan untuk tidak memasuki bagian kedua kalau belum tuntas memahami bagian kesatu ini.

1. Hasrat Ingin Tahu:Suatu Pengantar

Manusia adalah makhluk bertanya. Bertanya untuk tahu.

Sebelum ia sampai pada tahu, ia akan selalu bertanya.

keduanya merupakan relasi yang tak terputuskan sebagai upaya untuk mencapai apa yang disebut kebenaran. Hasrat ingin tahu ini dimulai sejak manusia sadar akan dirinya dan dunianya. Dalam diri manusia selalu timbul pertanyaan ketika ada sesuatu yang baru, yang belum ia ketahui sebelumnya. Bertanya tentang “apa” itu? mengapa demikian?

Bagaimana prosesnya bisa demikian?

Pertanyaan yang belum mendapat jawaban akan dipahaminya sebagai masalah. Terjawabnya rasa ingin tahu disebut pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui

(16)

16 pengalaman disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekata ilmiah (rasio dan empiris) disebut ilmu. Menurut The Liang Gie sebagaimana dikutif oleh A.Susanto, ilmu dpahami sebagai aktivitas manusia yang dilakukan menurut metode tertentu, sehingga menghasilkan pengetahuan ilmiah. Sedangkan menurut Sumarna, pengetahuan ilmiah menghasilkan ilmu atau “ilmu dihasilkan dari pengetahuan ilmiah, yang berangkat dari perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris)”.1

Belum paham? Sudah memahaminya? Ingin memahaminya? Itulah hasrat ingin tahu itu. Selalu ingin memahami sesuatu yang belum paham. Selalu ingin mengetahui sesuai yang belum tahu atau belum diketahui.

Memang pengertian di atas terkesan membingungkan karena bertentangan antara pendapat The Liang Gie dan Sumarna.

Sebab ilmu menghasilkan pengetahuan (menurut The Liang Gie) dan pengetahuan malah menghasilkan ilmu (menurut Sumarna).

1 A.Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: Bumi Aksara, 20111), 76-77.

(17)

17 Namun sebenarnya tidak mesti bingung. Dalam filsafat, inilah yang disebut dengan istilah dialektika antara ilmu dan pengetahuan. Ilmu merupakan produk pengetahuan dan pengetahuan merupakan produk ilmu. Dengan lain perkataan, Ilmu menghasilkan pengetahuan dan pengetahuan menghasilkan ilmu. Karena keduanya bersifat dialektik, maka orang sering menggunakan istilah ilmu pengetahuan.

Namun tidak semua pengetahuan dapat menghasilkan ilmu. Lalu pengetahuan yang bagaimana yang menghasilkan ilmu? Gabungan pengetahuan rasio/ nalar (deduktif) dan pengetahuan empiris (induktif).2 Pengetahuan rasio itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis (silogisme). Pernyataan dan kesimpulan selalu konsisten. Ada premis mayor, ada premi minor lalu ada kesimpulan. Misalnya:

Premi mayor: Mendung sebagai tanda akan turun hujan Premi minor: di Banjarmasin ada mendung

Kesimpulan: di Banjarmasin akan turun hujan

2 Ibid.,Lihat juga Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), 39-54.

(18)

18 Pengetahuan rasional itu perlu dikonfirmasn dengan pengalaman. Artinya diperlukan pengetahuan empiris untuk menguji pengetahuan rasio itu. Apakah benar di banjarmasin akan turun hujan? Pengalaman orang-orang di Banjarmasin akan membuktikan hal itu.

2. Sumber Kebenaran

“Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu!”.3 Demikian pendapat Jujun S.Suriasumantri. Ia menjadi pernyataan tanpa ragu karena keraguannya sudah terjawab. Ia sudah membuktikan bahwa tidak perlu ragu lagi atas sesuatu itu.

Hasrat ingin tahunya sudah dipenuhi dengan tahunya ia tentang sesuatu itu. Konsep kebenaran sesungguhnya relatif.

Tergantung kebenaran menurut apa dan siapa? Relatifnya suatu kebenaran juga menjelaskan adanya sumber kebenaran yang berbeda. Ada empat sumber kebenaran yakni kebenaran

3 Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu..., 50.

(19)

19 menurut agama, kebenaran menurut filsafat, kebenaran menurut pengalaman dan kebenaran menurut ilmu.4

2.1.Kebenaran agama

Kebenaran yang bersumber dari agama, diperoleh melalui Wahyu yakni yang disampaikan Tuhan melalui nabi‐nabi.

Karena disampaikan melalui wahyu, maka kebenaran ini dianggap mutlak dan tak terbantahkan. Ia dianggap kebenaran final.

2.2.Kebenaran filsafat

Kebenaran ini bersumber dari paradigma berpikir filsafat.

Kebenarannya diperoleh melalui logika bernalar (rasio), tanpa melalui proses pengalaman. Inilah namanya kebenaran deduktif.

2.3.Kebenaran empiris

Kebenaran yang bersumber dari empiris maksudnya adalah kebenaran yang diperoleh melalui pengalaman.

Sesuatu dianggap kebenaran karena pengalaman yang membuktikannya. Sesuatu itu dianggap benar karena orang

4 Lebih lanjut tentang empat sumber kebenaran ini, lihat A.Susanto, Filsafat Ilmu..., 67-69, 85-89.

(20)

20 yang menganggapnya benar itu sudah mengalami sesuatu itu.

orang idak akan tahu bahwa gula itu manis rasanya kalau ia tidak pernah mencicipi gula.

2.4.Kebenaran ilmu

Kebenaran ini merupakan kebenaran yang diperoleh dari gabungan filsafat dan pengalaman. Gabungan deduktif dan induktif. Gabungan rasio dan empiris. Inilah yang disebut sebagai kebenaran ilmiah.5

Dalam hubungan dengan penelitian, penelitian dilalukan untuk memperoleh kebenaran. Baik kebenaran deduktif atau kebenaran filsafat atau kebenaran rasio maupun kebenaran induktif atau kebenaran empiris. Itu berarti, kebenaran ilmu pengetahuan atau kebenaran ilmiah sebenarnya tidak lain merupakan gabungan dari dua kebenaran tadi-deduktif dan induktif.

5 Ibid., 67.

(21)

21

BAB 1

PENELITIAN SEBAGAI METODE ILMIAH

Rasa ingin tahu dalam diri seseorang itu muncul karena ada sesuatu yang belum diketahui jawabannya. Karena belum diketahui jawabannya, maka ia berada dalam situasi membingungkan. Situasi membingungkan yang belum ada jawabannya disebut masalah. Situasi membingungan atau masalah tersebut disebut juga dengan istilah situasi problematis. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengatasi masalah.

Masalah teratasi jika situasi membingungkan itu terjawab-diketahu/tahu-diperolehnya kebenaran. Jadi, kebenaran diperoleh melalui penelitian. Ada kebenaran yang diperoleh tanpa penelitian. Kebenaran ini diperoleh tanpa sengaja. Misalnya melalui mimpi maupun melalui pengalaman. Namun kebenaran seperti ini belum termasuk kebenaran ilmiah karena bukan kebenaran yang diperoleh melalui gabungan empiris dan rasio. Baru kebenaran empiris.

(22)

22 Bagi Sanapiah Faisal, ini baru “bibit”. Bibit ini akan menjadi penelitian ilmiah jika dilakukan secara sistematis, terencana dan standar baku penelitian.6

Penelitian yang terencana, sistematis dan sesuai standar itu bagaimana? Terencana artinya Penelitian memang dirancang secara sengaja atau bertujuan. Bukan secara kebetulan, melainakan telah direncanakan secara sadar. Ia sadar bahwa ada masalah. Ada situasi problematis dan ia ingin mengetahui maupun mengatasi situasi tersebut dan ia tahu bahwa upaya tersebut msti dilakukan melalui penelitian.

Oleh karena itu dirancanglah suatu rencana penelitian.

Sistematis maksudnya bahwa penelitian mesti dilakukan sesuai dengan tahap atau langkah kerja baku. ada proses dan proses tersebut bertahap. Tidak bisa loncat-loncat. Sebaliknya harus berurutan sesuai dengan tahapan kerjanya. Tidak bisa sembarangan atau sesuka hati, melainkan ada urutan atau tahapan kerjanya. Sedangkan standar baku menjelaskan bahwa penelitian mesti dilakukan dalam standar kerja yang

6 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 20015), 2-4, bdk.Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis ( Jakarta: Rajawali Pers, 20111-11), 6-7.

(23)

23 jelas dan baku. hal ini menyangkut cara kerja yang metodologis. Ada metode-metode tertentu dalam melakukan penelitian. metode tersebut menjelaskan juga suatu cara kerja ilmiah. Ada ilmunya yang menjelaskan cara kerjanya.7

1. Pengertian Metodologi Penelitian

Imam suprayogo dan Tobroni membedakan metode dan metodologi penelitian. kata “metode”, asal katanya

 (methodos) yang berarti jalan, cara, teknik atau arah. Dengan demikian, metode penelitian dipahami sebagai suatu jalan atau cara kerja yang terencana, teratur dan terarah agar aktivitas terlaksana.8 Ia lebih kepada strategi dalam melakukan penelitian seperti metode pengumpulan data, teknik [memilih] informan, metode analisis data atau pemecahan masalah”. Metodologi: ilmu dan seni melakukan penelitian. Bukan hanya bicara bagaimana melakukan penelitian, tetapi bertanya “mengapa penelitian? Apa

7 Bdk. Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Yogyakarta: UII Press), 2007: 13-21; Imam Suprayogo dan Tobroni, . Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 3-5.

8 A.Susanto, Filsafat Ilmu...., 84

(24)

24 cakupannya? Apa tujuannya? Untuk siapa? Jadi mulai dari adanya masalah sampai pada kesimpulan.9 Lalu, apa yang dimaksud dengan penelitian?

Ada Beberapa Definisi Penelitian Menurut Para Ahli No Nama Ahli Pemahamannya tentang penelitian

1 Sanapiah Faisal

“Aktivitas dan metode berpikir yang dilaksanakan secara terancang dan sistematis untuk memecahkan atau menemukan jawaban sesuatu masalah”.

(Sanapiah Faisal, 20015:4).

2 Imam Suprayogo dan Tobroni

“penyelidikan secara cermat dan sistematis bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran terhadap suatu persoalan”.

((Imam Suprayogo dan Tobroni, 2001:6)

9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial- Agama..., 7.

(25)

25 3 Andreas

B.Subagyo

Pengertiannya tergantung paradigma.

Positivistik: penelitian dipahami sebagai kegiatan mengumpul, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara sstematis dan obyektif untuk memecah masalah atau menguji hipotesis (ia mengutif KBBI, 1990:920). Post positivistik: penelitian sebagai “kegiatan sistematis, cermat, objektif, terbuka, rasional, dan berciri khusus yaitu terkendali, empiris, sesuai dengan paradigma tertentu...mencakup pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan penafsiran data”. Secara umum, penelitian ia pahami sebagai kegiatan yang dilakukan sesuai paradigma dan secara sistematis atas data kuantitatip atau pun kualitatif demi solusi yang diharapkan (Andreas B.Subagyo,2001:35,43-44)

(26)

26 4 Husein

Umar

Usaha menemukan sesuatu berdasarkan metode ilmiah (Husein Umar, 2011:3).

5 Ernest T.Stringer

Penyelidikan atau investigasi yang rumit dan sistematis dalam memahami suatu kejadian atau feomena yang membingungkan.10

Kesimpulan Pikiran dan tindakan menemukan kebenaran (masalah) atau menguji hipotesis berdasarkan kerangka kerja metode ilmiah.

2. Penelitian Sosial dan Agama

Apa perbedaan antara penelitian sosial dan penelitian agama/teologi? Imam suprayogo dan tobroni mengatakan:

Ilmu pengetahuan sosial dengan berbagai paradigma dan metode, dikembangkan dalam rangka mengkaji perilaku manusia, tak terkecuali perilaku dalam beragama.

Karena itu, sebuah penelitian disebut sebagai penelitian

10 Ernest T.Stringer, Action Research: a Handbook for Practitioners (London: Sage Publications, 1996), 5.

(27)

27 agama atau penelitian sosial didasarkan pada objek yang dikaji, bukan karena metodologinya.11

Suprayogo memberi contoh tentang kasus poligami pada masyarakat nelayan. Kasus tersebut termasuk penelitian sosial jika dihubungkan dengan konsep sosiologi seperti ekonomi. Namun menjadi penelitian teologi jika dihubungkan dengan konsep teologis seperti poligami dalam perspektif kekristen.

Pertanyaan pentingnya adalah, jika obyek yang menentukan sesuatu itu penelitian agama ataukah sosial, maka obyek penelitian agama apa? Dengan kata lain, obyek apa saja yang termasuk ke dalam penelitian agama?

obyeknya adalah ajaran dan tindakan keagamaan. Tindakan keagamaan maksudnya suatu tidakan yang dilakukan baik individu maupun kelompok yang dilakukan atas dasar ajaran agamanya. Orang melakukan ataupun tidak melakukan sesuatu karena menurut atau mentaati perintah yang diajarkan oleh agamanya. Sekali lagi, Imam Suprayogo dan Tobroni mengatakan demikian

11 Ibid., 17-18

(28)

28 ...objek penelitian agama adalah ajaran dan keberagamaan. Ajaran adalah teks (tulisan atau lisan) yang menggambarkan doktrin teologis, simbol, norma dan etika yang harus dipahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan dan dilembagakan dalam kehidupan. Ajaran itu bisa berupa [teks kitab suci dan pemikiran tokoh agamanya].

Sedangkan keberagamaan adalah fenomena sosial yang [...] diakibatkan oleh agama. fenomena ini bisa berupa struktur sosial, pranata sosial dan perilaku sosial.12

Para ahli berpendapat bahwa ada dua aspek dalam agama yang dapat diteliti yakni aspek normatif (Teologisnya) dan aspek empirisnya yang oleh para sosiolog disebut aspek pengalaman keagamaan. Aspek teologis yang dapat diteliti mencakup isu seputar pemahaman dan atau ajaran teologis yang berkembang di agama tersebut tentang berbagai tema.

Misalnya makan daging babi menurut islam dan kristen, poligami, ibadah atau ritual, etika berpakaian dan lain sebagainya. Sedangkan aspek empirisnya yang dapat diteliti menurut Mudzhar sebagaimana dikutif oleh Imam Suprayogo dan Tobroni mencakup lima gejala agama yakni pertama, sumber ajaran agama (Kitab suci) dan simbol-simbol agama,

12 Ibid., 20.

(29)

29 kedua, pikiran dan tindakan keagamaan dari orang yang beragama termasuk pemimpinnya atau tokoh agama, ketiga, ritusnya, keempat, aksesoris-aksesoris agama seperti salib, mesjid, gereja, pakaian imam dan sejenisnya, kelima, organisasi agama.13

13 Ibid., 20-21.

(30)

30

BAB II

PARADIGMA PENELITIAN

Para ahli penelitian umum sepakat dengan dua jenis paradigma penelitian yaitu paradigma positivistik dan paradigma post positivistik. Akan tetapi ada juga para ahli yang mengusulkan satu lagi jenis paradigma penelitian yakni paradigma kritikal. Paradigma positivistik merupakan istilah lain dari metode penelitian kuantitatif. Sedangkan paradigma post positivistik dipakai untuk menunjuk kepada metode penelitian kualitatif. Paradigma post positivistik tersebut juga dikenal dengan sebutan metode penelitian naturalistik. Kedua paradigma tersebut sebenarnya merupakan suatu bagian dari filsafat ilmu aspek ontologis dan epistemologis. Pada kedua aspek tersebut terjadi penyimpangan akibat positivistik berkembang ke arah probabilistik yang kemudian menjadi kuantitatif. Sedangkan yang satunya berkembang ke arah deterministik dan kemudian menekankan kualitatif. Kedua

(31)

31 jenis paradigma tersebut dijelaskan pada bagian ini. Tentang kedua penyimpangan dan kecenderungan tersebut.14

1. Paradigma Positivistik (to learn about the people) Penelitian dengan paradigma positivistik merupakan metode penelitian yang tertua dalam studi ilmiah. Karena sebagai metode yang tertua, maka tidaklah mengherankan tatkala pengertian penelitian dalam kamus-kamus selalu bersifat positivistik atau dimengerti dalam paradigma kuantitatif. Pendapat umum memahami penelitian dengan metode kuantitatif ini sebagai penelitian yang mementingkan angka atau statistik atau kuantitas. Itu benar, Namun tidak tidak mewakili karakterisktik metode kuantiitatif pada umumnya. Sebab pada kenyataannya, dalam metode kualitatif juga diperlukan statistik.

Sugiyono sangat jelas membedakan karakteristik paradigma positivistik dengan paradigma post positivistik.

Perbedaan itu dapat diketahui dari paradigma yang dipakai, cara melihat realitas (sifat realitas), hubungan antara peneliti

14 H.Sudjarwo, Metodologi penelitian Sosial (Bandung: Mandar Maju, 2001), 26-27

(32)

32 dengan yang diteliti, teknik sampling, hubungan antar variabel, sifat generalisasi, teknik dan instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data, sifat hipotesis, pola analisis, desain penelitian (proposal), waktu penelitian dan keabsahan data.

Dalam penelitian kuantitatif, menggunakan paradigma positivistik dengan penalaran deduksi-induksi. Artinya bisa menggunakan teknik penalaran deduktif dalam proses penelitian, juga boleh menggunakan induktif. Namun kecenderungannya lebih banyak menggunakan penalaran deduktif. Paradigma positivistik ini menilai realitas secara konkrit dalam arti realitas bersifat konkrit yakni dapat diukur, dapat diamati, dapat dipilah-pilahkan atau dikategorikan, konkrit. Oleh karena itu, sesuatu yang tidak konkrit, bukan realitas. Itulah sebabnya, kaum positivistik selalu meragukan keilmiahan metode post positivistik.15

Pada sisi lain, tujuan penelitian kuantitatif lebih kepada upaya untuk menguji teori membuktikan hipotesis. Hubungan antara peneliti dengan objek yang titeliti umumnya indefenden atau mandiri agar terjamin obyektivitas data. Oleh

15 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Yogyakarta: UII Press, 2007), 41-45

(33)

33 karena itu, tidak jarang hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam penelitian kuantitatif ini tidak pernah bersentuhan sama sekali. Dengan kata lain, tidak saling kenal.

Salah satu contohnya adalah survei yang sering dilakukan melalui perangkat internet. Saya sering mengalami hal semacam itu. Ketika membuka internet, lalu ada tawaran untuk mengisi angket tanpa kita tau siapa orangnya. Jika kita ingin mengisi kuesioner tersebut, cukup klik oke, maka kita dihadapkan kepada sekian banyak pertanyaan berupa pilihan ganda yang harus dijawab.16

Penelitian kuantitatif juga pada umumnya menggunakan teknik sampling. Ada populasi dan sampel dimana dalam memilih dan menetapkan sampel harus mengutamakan prinsif keterwakilannya atau representatif. Oleh karena itu, persentase dalam menetapkan jumlah sample sangat penting.

Respondennya tidak bisa hanya satu dua orang saja.

Sebaliknya harus dalam jumlah banyak agar keterwakilannya terpenuhi. Demikian juga dengan teknik dan instumen pengumpulan data lebih diutamakan kuesioner atau angket.

16 Ibid.

(34)

34 Wawancara juga bisa dipakai, tetapi itu alternatif sebagai teknik tambahan untuk melengkapi data kuesioner. Kalaupun wawancara dipakai, mata data hasil wawancara perlu dikuantitatifkan dan umumnya menggunakan wawancara tertutup atau terstruktur dimana seorang informan sudah diarahkan untuk menjawab pertanyaan „”ya” atau “tidak”.

Jadi tidak diperlukan jawaban yang mendalam dan komprehensif.

Hubungan antar variabel bersifat kausalitas. Sifat tersebut berangkat dari dasar berpikir bahwa tidak ada akibat tanpa sebab dan setiap sebab selalu melahirkan akibat. Jadi, variabelnya berupa hubungan sebab-akibat. Sementara itu, kecenderungan generalisasi sangat besar. Hasil penelitian di satu tempat dianggap mewakili kebenaran seluruhnya.

Kecenderungan generalisasi ini sangat erat hubungannya dengan sifat variabel dan penalaran deduktif. Tentang teknik sampling dan cara menghitung sampelnya serta cara penyusunan kuesioner.

Analisis atas data menggunakan statistik. Hal ini dipakai untuk menguji teori, membuktikan hipotesis. Tambahan pula, analisis baru bisa dilakukan setelah penelitian selesai

(35)

35 dilakukan. Kapan penelitian dianggap selesai? Sampai hipotesis dapat dibuktikan. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif tersebut umum berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Demikian juga dengan desain penelitian (proposal) harus spesifik dan rinci sejak awal. Sebab seorang peneliti dengan metode kuantitatif, ia harus menjadikan desain tersebut sebagai pegangan selama melakukan penelitian secara bertahap. Ia harus mengumpul data sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam desain tersebut.

Termasuk di dalamnya juga literatur sudah bersifat baku dan berhubungan dengan masalah penelitian. Sebab literatur tersebut merupakan banguan teori atau yang justru ingin diuji kebenaran dalam penelitian kelak.

Keabsahan data ditentukan dengan cara menguji validitas dan reliabilitas alat penelitian seperti tes, angket, panduan wawancara terstruktur atau tertutup. Oleh karena itu, instrumen penelitian harus sudah dapat dipastikan standaritasnya sejak mendesain penelitian dengan beragam skala pengukuran yang dipakai.

(36)

36 2. Paradigma Post Positivistik / Naturalistik (to Learn

from the people)

Paradigma post positivistik merupakan pendatang baru dalam studi ilmiah. Pada sisi lain, penelitian dengan paradigma post positivistik ini yang selanjutnya disebut metode kualitatif menyusuhkan banyak sekali perbedaan dengan paradigma positivistik. Bahkan keduanya saling mengkritisi atau saling mengungkapan kelemahan lawannya.

Namun pada lain pihak, metode kualitatif juga tidak melupakan jasa metode kuantitatif sama sekali. Sebaliknya produk metode kuantitatif dipakai dengan beberapa modifikasi. Hal ini nampak dalam desain penelitian dimana beberapa unsur penelitian dalam metode kuantitatif juga dipakai dalam metode kualitatif.17

Perbedaan yang mencolok sebenarnya terletak pada sifat realitas, penalaran dan tujuan penelitian. Metode kualitatif mengakui bahwa realitas itu bersifat ganda bahkan kompleks dan holistik. Sulit dipisah-pisahkan, tetapi bisa

17 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 200217), 2-7

(37)

37 dibeda-bedakan. Implikasinya ialah bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti yang menggunakan metode kualitatif mau tidak mau harus menyentuh semua aspek terkait. Sebab bisa jadi data yang dianggap tidak penting justru di sana sangat penting. Sifat realitas ini akhirnya berpengaruh pada hubungan variabel tidak bersifat sebab-akibat. Dengan kata lain, tidak ada sebab yang sesungguhnya dan tunggal. Karena realitas yang kompleks dan holistik tadi secara serempak saling membentuk. Oleh karena itu, realitas yang sebenarnya tidak selalu nampak. Itulah sebabnya dalam penelitian kualitatif ini lebih menekankan kedalaman informasi untuk memperoleh makna. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat akrab atau interaktif supaya hal-hal yang tersembunyi dalam diri objek yang diteliti dapat diketahui.

Penelitian dengan metode kualitatif bertujuan untuk mengeksplorasi atau menggali, menemukan dan memahami informasi atau data. Dengan kata lain, metode tersebut bertujuan untuk menemukan teori, bukan mengujinya.

Konsekuensinya, tidak diperlukan hipotesis. Kalaupun ada hipotesis, lebih kepada hipotesis kerja yang tidak

(38)

38 memerlukan pembuktian. Studi literatur tetap dilakukan, tetap bersifat sementara. Bukan pegangan utama dan teori hasil temuan dalam literatur tidak memerlukan pengujian dan atau pembuktian dalam penelitian. Tujuan penelitian juga menentukan jenis penalaran yang dipakai yakni bersifat induktif (dari khusus-umum). Berbeda dengan metode kuantitatif yang bertujuan menguji teori, penalarannya dari Umum-khusus (deduktif).18

Mulai dari hal-hal yang khusus. Dalam konteks penelitian, penalaran ini dimulai dengan pengumpulan data.

Hasil pengumpulan data tersebut baru ditarik kesimpulan yang menjadi kesimpulan umum. Dalam penalaran ini bersifat silogisme. Kesimpulan umum sudah ditetapkan.

Penelitian dilakukan untuk menguji atau membuktikan kesimpulan tersebut.19

Perbedaan lain terletak pada desain penelitian (proposal). Dalam metode penelitian kualitatif, desain penelitian masih bersifat umum. Karena itu bentuknya

18 Bdk. Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pengantar dan Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 20052), 27-30.

19 H.Sudjarwo, Metodologi Penelitian Sosial..., 19.

(39)

39 fleksibel, hanya sebagai petunjuk awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Bentuknya akan berkembang seiring dengan proses penelitian dalam arti desain penelitian mesti siap untuk diubah kapanpun jika memang dirasa perlu.

Keabsahan data umumnya lebih banyak ditentukan oleh kredibilitas dan ketelitian peneliti dalam melakukan penelitian. Sebab dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Selain peneliti, ada juga instrumen lain sesuai dengan teknik pengumpulan data. Pada umumnya, teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam (tak terstruktur), dan dokumen atau arsif atau sumber tertulis lainnya. Oleh karena itu, instrumen yang dipakai, bisa berupa panduan wawancara, catatan lapangan (field note), tape recorder, kamera dan sumber tertulis.

Dalam penelitian kualitatif juga menggunakan teknik sampling (Populasi dan sampel). Namun kebanyakan ahli lebih senang menggunakan istilah sumber data. Berkaitan dengan sumber data tersebut, jumlah responden tidak harus banyak. Hal terpenting adalah siapa informen yang paling menguasai data, sehingga ia bisa memberikan informasi yang

(40)

40 kompleks. Oleh karena itu, pemilihan sampelnya lebih banyak menggunakan purposive dan snowball. Tambahan pula, tidak jarang peneliti hanya meneliti satu orang saja atau satu keluarga saja dan hal itu sah-sah saja. Sebab sekali lagi ditegaskan bahwa jumlah responden tidak menjadi pertimbangan utama. Mungkin itu juga yang mengakibatkan penganut positivistik meragukan keilmiahan metode kualitatif ini.

Pemilihan sampel secara purposive artinya sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Sementara itu, pemilihan sampel secara snowball artinya sampel yang dipilih atau jumlah informannya semakin besar. Teknik ini berangkat dari satu orang informan kunci. Kemudian informan kunci tersebut memberikan informan lain yang dianggapnya menguasai data. Demikian seterusnya, sehingga jumlah informan semakin besar. Lebih lanjut, perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif dapat dijelaskan dalam tabel berikut.20

20 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2013), 10-16; Lexy Moleong, Metodologi Penelitian

(41)

41 METODE KUANTITATIF-KUALITATIF

No Unsur Perbedaan Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1 Sifat realitas

Konkrit, terukur Integratif, komplek, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman

2 Tujuan penelitian Menguji teori Menemukan teori/eksplorasi 3 Paradigma Kuantitatif/positivi

sme

Kualitatif/post positivisme 4 Penalaran yang

dipakai

Deduktif (umum- khusus)

Induktif (khusus- umum)

5 Desain proposal

Rinci, jelas, mantap sejak awal sebagai pegangan dalam penelitian

Umum, fleksibel dan dapat berubah selama penelitian

6 Hubungan peneliti-diteliti

Indefenden bahkan tidak kontak sama

Interaktif dan menekankan

Kualitatif...., 16-21; Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pengantar dan Penerapan..., 27-33.

(42)

42 sekali. Peneliti

lebih tinggi posisinya dari responden

keakraban dengan sumber data

7 Hubungan antar variabel

Kausalitas Interaktif/hubungan timbali balik

8 Sampel

Besar dan

representatif, ditentukan sejak awal secara random

Tidak representatif dan berkembang selama riset secara purposive dan snowball

11

Teknik pengumpulan data

Kuesioner, wawancara terstruktur

Pengamatan berperan serta, wawancara mendalam,

dokumentasi

12 Alat

pengumpulan data

Tes, angket, panduan

wawancara terstruktur

Peneliti sebagai instrumen utama, field note, panduan wawancara, tape recorder, kamera dll.

(43)

43 13 Peranan nilai

Cenderung bebas nilai

Terikat nilai yang dibawa peneliti dan responden

14 Analisis

Setelah selesai riset, menggunakan statistik dan secara deduktif

Berlangsung selama riset, mencari tema, teori dan secara induktif

15 Data

Kuantitatif, hasil pengukuran

variabel berdasarkan instrumen

Deskriptif kualitatif, dokumen pribadi, hasil pengamatan, bahasa verbal dan non verbal responden dll

16 Keabsahan data

Ditentukan dengan menguji validitas dan reliabilitas instrumen

Ditentukan oleh kredibilitas dan ketelitian peneliti.

Pertanyaannya adalah metode penelitian mana yang baik dipakai dalam penelitian teologi? Jawabannya relatif.

Sesuatu yang dianggap baik itu relatif dalam arti tergantung tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut dan

(44)

44 pendekatan yang dipakai. Memang pada prinsifnya, metode kualitatif dianggap lebih tepat dipakai dalam penelitian teologi.

Namun bukan berarti metode kuantitatif tidak berguna sama sekali. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa dalam penelitian teologi, dapat menggunakan metode kuantitatif, dapat menggunakan metode kualitatif atau gabungan keduanya. Hanya saja perlu dicatat di sini bahwa metode kuantitatif dapat dipakai dalam metode kualitatif, tetapi metode kualitatif tidak bisa dipakai dalam metode penelitian kuantitatif. Itulah sebabnya seorang peneliti yang menggunakan metode kualitatif, cenderung-bahkan selalu- memakai data-data kuantitatif sebagai data sekunder untuk melengkapi data primer dan itu sah saja.

Penelitian yang dilakukan untuk organisasi pertumbuhan gereja, lebih tepat dipakai metode kuantitatif.

Salah satunya adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan gereja tertentu ataupun minat jemaat dalam mengikuti persekutuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(45)

45 Selain itu juga penelitian yang menggunakan pendekatan evaluatif juga mesti menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan evaluatif maksudnya suatu penelitian itu diarahkan untuk mengevaluasi suatu program kerja gereja. Darinya akan dirumuskan suatu upaya pengembangan program selanjutnya.

3. Paradigma Critical

Di atas telah dijelaskan bahwa paradigma positivistik menggunakan metode kuantitatif sedangkan paradigma post positivistik menggunakan metode kualitatif. Perbedaannya terletak pada model berpikir penelitian dalam memahami masalah dan data penelitian. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya berbeda sama sekali. Sebaliknya masih ada aspek-aspek persamaan keduanya. Andreas B.Subagyo mencatat ada juga persamaan kedua paradigma-metode tersebut. Keduanya sama-sama berdasarkan paradigma, bersifat sistematis, cermat, obyektif, terbuka, rasional, problem solving, bertujuan, untuk mendapat solusi baru dan

(46)

46 lebih baik, berdasarkan data, mencakup prasangka produktif dan hermeneutis.21

Karena disamping perbedaannya juga secara prinsif ada persamaan, maka keduanya juga boleh digabungkan dalam penelitian. istilah lainnya dikenal dengan sebutan mix methods artinya metode campuran atau gabungan. Model ini bisa saja disebut dengan istilah model kritikal karena mencampurkan kedua metode secara kritis. Bukan asal gabung. Si peneliti mesti kritis memilih metode. Seorang peneliti kuantitatif bisa saja meneliti dengan teknik kuesioner-alat pengumpulan datanya angket. Namun hasil angketnya ternyata banyak informasi yang masih diragukan.

Lalu peneliti merasa penting sekali melakukan eksplorasi lagi dengan menggunakan teknik wawancara mendalam- walaupun wawancara jenis itu akrab dalam penelitian kualitatif. Karenanya penggabungan kedua teknik

21 Andreas B.Subagyo, Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantitatif Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Kalam Hidup, 2001), 65

(47)

47 pengumpulan data tersebut harus benar-benar selektif untuk memaksimalkan data yang diperoleh.22

22 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif....,22.

(48)

48 Rangkuman Bagian Satu

Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya sitiasi problematis atau masalah. Situasi tersebut mengundang hasrat ingin tahu bagi sebagian orang baik individu maupun kelompok. Hasrat ingin tahu tersebut mencoba diatasi dengan melakukan banyak usaha. Salah satunya melalui penelitian ilmiah. Ada juga hasrat ingin tahu yang tidak harus diselesaikan melalui penelitian. di atas telah dijelaskan empat sumber kebenaran untuk mengatasi hasrat ingin tahu tersebut.

Menemukan kebenaran melalui penelitian ilmiah merupakan upaya menemukan kebenaran dengan memadukan model rasio dan empiris. Memadukan model induktif dan dedukti. Perpaduan ini dilakukan dengan dua jenis paradigma penelitian yakni paradigma positivistik (kuantitatif) dan Paradigma kualitatif (kualitatif). Paradigma positivistik menggunakan model berpikir deduktif-induktif.

Belajar mengenai orang (The Learn about the people).

Sedangkan paradigna post positivistik menggunakan model induktif-deduktif. Belajar dari orang (To Learn from the

(49)

49 people). Ada juga paradigma gabungan yang dikenal dengan istilah paradigma critical (To Learn about and from the People).

Ada sesuatu yang belum tahu

Hasrat ingin tahu

Melakukan penelitian ilmiah

Tahu:hasrat terjawab, kebenaran ditemukan

(50)

50

BAGIAN DUA TAHAP-TAHAP

PENELITIAN

(51)

51 Sebagai studi ilmiah, penelitian mesti memenuhi kriteria studi ilmiah. Salah satunya adalah sistematis. Kriteria sistematis menjelaskan bahwa dalam penelitian ada tahap- tahap yang harus diikuti. Tahap-tahap ini menjelaskan suatu proses kerja yang teratur dan atau berurutan. Tidak boleh lompat-lompat.

Pada prinsifnya ada tiga tahap dalam penelitian yakni Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan.

Ketiga tahap tersebut mesti sinkron. Ketiga tahap tersebut akan dijelaskan di sini.

Pembelajar diingatkan agar tidak mengabaikan bagian satu di atas saat memasuki ruang diskusi bagian dua ini.

Sebab pada bagian ini tidak berjalan efektif tanpa bahan kerja di bagian satu sebelumnya. Sebagai salah satu contoh, pilihan sifat metode penelitian pada bagian ini kelak sangat erat hubungannya dengan konsep paradigma penelitian. bukan metode yang menentukan paradigma, melainkan paradigmalah yang menentukan metode. Artinya seorang peneliti baru boleh bertanya “metode apa yang cocok untuk penelitian saya ini” kalau sudah memastikan paradigma yang digunakan dalam membangun kerangka berpikir penelitian.

(52)

52

BAB III

RENCANA PENELITIAN

Rencana penelitian biasa disebut juga dengan istilah proposal penelitian atau desain riset/desain penelitian. Bagian ini memuat tentang logika penelitian dalam arti suatu penelitian yang berangkat dari masalah dan berakhir dengan kesimpulan/saran.

Judul penelitian, masalah penelitian dan tujuan penelitian akan menentukan metode penelitian. Bukan sebaliknya.

Sebab ketiganya (judul, masalah, tujuan dan atau hipotesis) akan menjelaskan paradigma apa yang dipakai oleh peneliti.

Jika ia menggunakan paradigma positivistik, maka sudah pasti akan menggunakan metode kuantitatif. Demikian sebaliknya. Kata kunci positivistik: menguji hipotesis, menguji teori, melihat hubungan sebab akibat antar variabel/mempersoalkan variabel. Kata kunci post positivistik: Menemukan teori, menginterpretasi, peneliti

(53)

53 sebagai instrumen utama, setiap unit dilihat sebagai satu komponen yang utuh dan atau terintegrasi.

Format proposal penelitianpun sebenarnya tidak ada yang seragam. Artinya berbeda-beda. Tergantung ketentuan setiap lembaga penelitian, perguruan tinggi ataupun institusi lainnya. Berikut akan ditunjukkan beberapa contoh format proposal penelitian. Meskipun demikian, hal penting yang mesti ada dalam proposal penelitian yakni masalah atau sering disebut latar belakang masalah, rumusan masalah (bisa berupa pokok-pokok masalah ataupun berupa pertanyaan penelitian), tujuan penelitian, batasan masalah, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, sumber data atau satuan pengamatan (kualitatif) atau teknik sampling (kuantitatif), waktu penelitian dan metode penelitian.

Desain penelitian atau Proposal Penelitian mesti memuat tiga hal utama yakni input, proses dan output. Input nampak dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan batasan masalah. Sedangkan proses nampak dalam metode penelitian. Sementara itu, inputnya nampak juga dalam rumusan dan tujuan penelitian, signifikansi dan kesimpulan.

(54)

54 Ragam format proposal penelitian

Tahap Menurut Andreas B.Subagyo23

Menurut Mac Donald

1 Pengantar yang

mengantarkan pembaca kepada masalah

Pendahuluan

2 Menetapkan masalah dan tujuan/maksud/arah

Pernyataan Masalah

23 Andreas B.Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Kalam Hidup, 2001), 173-178.

Desain

Riset

(55)

55 penelitian

3 mendefinisikan istilah Hipotesis 4 Menetapkan pertanyaan

atau hipotesis

Metode

5 Tinjauan Pustaka Subjek/sumber data 6 Memastikan

kepentingan/signifikansi penelitian

Instrumen

7 Menentukan Rancangan/strategi

Prosedur 8 Menetapkan populasi dan

sampel atau tempat dan partisipan atau sumber data

Kelompok Eksperimen

9 Mempersiapkan

pengumpulan data dan pengolahanya

Kelompok pengendali

10 Mengakui keterbatasan Analisis 11 Mengakui anggapan

dasar

12 Mempersiapkan analisis data dan penafsiran hasil analisis

(56)

56 13 Menetapkan waktu riset

14 Melengkapi halaman depan dan belakang Tahap Menurut

Schatzkammer

Menurut Welch

1 Pendahuluan Pendahuluan

2 Pertanyaan dan tinjauan Pernyataan Masalah 3 Tinjauan pustaka Tinjauan pustala/literatur

4 Metode Signifikansi/manfaat

penelitian

5 Sumber data Hipotesis

6 Signifikansi penelitian Metode penelitian

7 Konklusi dan

rekomendasi

(57)

57 Tahap Menurut Sugiyono24

Desain Kuantitatif Desain Kualitatif

1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

2 a. Latar Belakang a. Latar Belakang 3 b. Identifikasi Masalah Fokus Penelitian 4 c. Batasan Masalah c. Rumusan Masalah 5 d. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian 6 e. Tujuan Penelitian e. Signifikansi penelitian 7 f. Signifikansi penelitian STUDI/TINJAUAN

PUSTAKA

8 LANDASAN TEORI,

KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

PROSEDUR PENELITIAN

9 PROSEDUR

PENELITIAN

a. Metode dan alasannya

10 a. Metode b.Tempat Penelitian

11 b. Populasi dan sampel c. Instrumen penelitian

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung : Alfabeta, 201420), 384-402.

(58)

58 12 c. Instrumen Penelitian d. Sampel sumber data 13 d.Teknik pengumpulan

data dan teknik analisis data

e. Teknik pengumpulan dan analisis

14 ORGANISASI DAN

JADWAL PENELITIAN

f. Rencana Pengujian kabsahan data

15 BIAYA YANG

DIPERLUKAN

ORGANISASI,

JADWAL DAN BIAYA

Menurut Husein Umar25 Menurut UNTAN26

Judul Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Identifikasi masalah Tujuan penelitian

Batasan masalah Kerangka Pemikiran (Tinjauan pustaka dan kerangka konsep) Batasan penelitian Metode penelitian

Rumusan masaah

25 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 20111-11), 337-344.

26 Mengacu kepada salah satu contoh skripsi yakni format skripsi Ade tahun 2014, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak.

(59)

59 Hipotesis penelitian

Metode penelitian Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Menurut STT GKE27 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Batasan Masalah Asumsi dan Hipotesa Signifikansi penulisan Tinjauan Pustaka Kerangka Teoritis Metode Penelitian Jika studi lapangan:

1.Sifat Penelitian 2. Jenis penelitian 3.Tipe Pendekatan 4.Satuan Pengamatan

5.Tempat dan waktu Peneliti 6.Alat Pengumpulan data 7.Teknik analisis data

27 Tim Penyusun, Katalog 2014 (Banjarmasin: Unit Publikasi dan Informasi STT GKE, 2014), 161-164.

(60)

60 Kerangka penulisan

Berikut 9 unsur utama dalam penelitian yang akan dibahas di sini yaitu Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Signifikansi Penelitian, Hipotesa, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritis, Metode Penelitian.

1. Masalah Penelitian

Penelitian selalu diawali dengan masalah. Imam Suprayogo dan Tobroni menyebutnya sebagai masalah baru.

Artinya penelitian dilatar belakangi adanya masalah dan untuk memecahkan masalah tersebut. Namun bukan berarti masalah langsung selesai. Sebaliknya bisa menimbulkan masalah baru jika dilihat dari kacamata yang lain.28 Penelitian diperlukan karena ada masalah. Masalah merupakan suatu kondisi yang membingungkan, yang belum ada jawabannya.29 Disebut juga situasi problematis. Masalah atau

28 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),31-32.

29 Lih. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), 62-63.

(61)

61 situasi problematik terjadi karena ada kesenjangan atau perbedaan antara fakta dengan teori, fakta dengan fakta, teori dengan teori, fakta dengan asumsi, teori dengan asumsi, asumsi dengan asumsi. Berikut skemanya:

Contoh kesenjangan teori dengan fakta: Idealnya ajaran Kristen melarang perceraian, kecuali cerai karena maut atau meninggal dunia. Faktanya, ada orang kristen yang bercerai.

Contoh kesenjangan Teori dengan teori: menurut J.C Hoekendijk, misi sama dengan teologi. Namun J.A.B Jongeneel mengatakan bahwa misi terpisah dengan teologi.

FAKTA

TEORI ASUMSI

SITUASI PROBLEMA

TIK

(62)

62 Contoh kesenjangan fakta dengan fakta: Baptisan kudus di GKE dilakukan dengan cara di percik. Namun di GPdI dilakukan dengan cara diselam.

Contoh kesenjangan fakta dengan asumsi: asumsi terhadap fakta manajemen keuangan si Badu (bukan nama sebenarnya). Faktanya bahwa penghasilan si Badu tiap bulan rata-rata 8 juta. Namun yang bersangkutan terlihat miskin.

Rumahnya sederhana, pakaian compang-camping, pergi kerja jalan kaki (tidak memiliki kendaraan padahal tempat kerjanya jauh). Pokoknya terlihat miskin. Fakta tersebut menimbulkan beragam pendapat dari warga masyarakat sekitar. Pendapat tersebut masih bersifat asumsi atau dugaan.

2. Rumusan Masalah

Penegasan masalah yang dirumuskan dalam bentuk deskripsi singkat/pernyataan maupun pertanyaan penelitian.

rumusan masalah disebut juga pertanyaan penelitian. Di sini memperlihatkan pokok masalah yang mau diteliti. Oleh karena itu, rumusan masalah harus didasarkan atas masalah.

(63)

63 Jenis rumusan masalah juga ditentukan oleh paradigma penelitian. Contoh:30

2.1.Rumusan masalah deskriptif: bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum?

2.2.Rumusan masalah komparatif:Adakah perbedaan disiplin belajar mahasiswa STT GKE dan mahasiswa UNLAM?

2.3.Rumusan masalah asosiatif: adakah hubungan antara penggunaan HP dengan tingkat efektifitas belajar mahasiswa teologi. Maka judul penelitiannya: Hubungan antara penggunaan HP dengan tingkat efektifitas belajar mahasiswa teologi.

Variabel merupakan suatu kategori tertentu yang memiliki variasi. Sesuatu itu disebut variabel karena bervariasi. Misal:

Berat badan yang satu dengan yang lain bervariasi.31

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung : Alfabeta, 201420), 56-59.

31 Muh.Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: UII Press, 20071), 104; Ma‟ruf Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 20151), 174-175; Bdk.Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial (Bandung: CV Pustaka Setia, 20111), 155-157;

(64)

64 Contoh: pengaruh tingkat frekuensi belajar mahasiswa, kurikulum, dosen, sarana dan prasarana serta sistem evaluasi terhadap kualitas lulusan STT GKE. Ada berapa variabel?

3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah. Istilah lain, tujuan penelitian menjawab rumusan masalah penelitian. Karena menjawab rumusan masalah, maka jumlah tujuan penelitian mesti sama dengan rumusan masalah. Jika rumusan masalahnya 3 poin, maka tujuan penelitian juga mesti 3 point.

4. Batasan Masalah

Batasan masalah erat hubungannya dengan masalah, rumusan masalah, perspektif yang dipakai dan batasan definitif. Masalah bisa saja beragam, tetapi mesti dibatasi pada apa fokusnya agar tidak meluas. Biasanya dibatasi pada rumusan masalah dan batasan perspektif yang digunakan yakni perspektif apa yang dipakai dalam menggumuli masalah tersebut. Di sini juga mesti memuat batasan definisi konseptual dan operasional.

(65)

65 Tempat juga mesti menjadi batasan suatu masalah.

Definisi konseptual diperoleh dari arti kamus dan para ahli.

Sedangkan definisi operasional dikonstruksi oleh peneliti sendiri berdasarkan definisi konseptual. Artinya, dari pengertian kamus dan para ahli tadi, lalu peneliti merumuskan definisi operasional. Definisi seperti ini disebut juga dengan istilah definisi kerja.32

5. Signifikansi Penelitian

Bagian ini mesti mempertimbangkan apa kegunaan tulisan hasil penelitian ini kelak. Baik kegunaan teoritis maupun praktisnya.

6. Hipotesa

Hipotesis dipahami sebagai “jawaban sementara atas masalah penelitian...sementara karena jawaban didasarkan atas teori [atau kerangka berpikir] yang relevan, belum

32 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 20015), 107-108.

(66)

66 didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Disebut juga jawaban teoritis”.33

Hipotesis hanya dirumuskan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis. Jumlah poin dalam hipotesis mesti sama dengan poin dalam rumusan masalah. Sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu hipotesis. Sebaliknya justru bertujuan menemukan hipotesis.34

Rumusan hipotesis erat hubungannya dengan rumusan masalah. Sebab hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian.35 Itulah sebabnya mengapa jumlah point

33 Ibid., 64.

34Ibid.; Ma‟ruf Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 20151), 206; Dadang Kuswana..., 116- 119.

35 Memang ada juga yang membedakan antara asumsi dan Hipotesis.

Asumsi berisi dugaan, tetatpi hipotesis berisi jawaban sementara atas dugaan tersebut. Namun sebenarnya keduanya tidak perlu dibedakan.

Sebab hipotesis itu sendiri sebenarnya bersifat dugaan. Karena dugaan, maka jawabannya sementara. Belum final. Jawaban yang bersifat dugaan itulah yang mau diuji dalam penelitian kuantitatif. Itulah alasan bahwa penelitian Kualitatif tidak wajib hipotesis. Sebab seorang peneliti kualitatif menganut model berpikir induktif. Mereka harus belajar dari obyak yang diteliti untuk mendapat jawaban. Bukan sebaliknya. Lih.

Idem, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Yogyakarta: UII Press, 2007), 25.

(67)

67 Hipotesis mesti sama dengan jumlah point dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian. terkait hubungan rumusan masalah dan hipotesis, berikut diketengahkan contoh yang diberikan oleh Sugiyono:36

Rumusan Masalah Hipotesis

a. Rumusan Masalah deskriptif

1. Seberapa baik gaya kepemimpinan para

eselon di

Kab.Pringgondani?

2. Seberapa baik iklim kerja organisasinya

a. Hipotesis Deskriptif (option/tidak wajib) 1. Gaya kepemimpinan para

eselon di Kab. Sama dengan 75% dari yang diharapkan

2. Iklim kerja organisasi paling tinggi 60 dari yang diharapkan

b.Rumusan masalah asosiatif (hubungan)

1. Adakah hubungan

b.Hipotesis Assosiatif (Hubungan)

1. Terdapat hubungan positif

36 Idem, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2013),166-168.

(68)

68 yang positif dan

signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja organisasi

antara gaya kemepimpinan dan iklim kerja.

c.Rumusan masalah Komparatif

1. Adakah perbedaan gaya kepemimpinan antara eselon II, III dan IV?

2. Adakah perbedaan gaya kepemimpinan antara organisasi antara pimpinan eselon pria dan wanita?

c. Hipotesis Komparatif 1.Terdapat perbedaan gaya

kepemimpinan antara pemimpin eselon 1-IV 2.Terdapat perbedaan atas

gaya kepemimpinan antara pimpin eselon Pria dan waita

7. Tinjauan Pustaka

Bertujuan menghindari pengulangan atas pokok masalah yang sedang dibahas. Apakah sudah atas tulisan yang membahas pokok masalah yang sama. Jika sudah ada, apa

(69)

69 perbedaan dan persamaannya. Bisa menyangkut fokus masalahnya, perspektif yang dipakai, metodenya, tempatnya.

Seorang peneliti diwajibkan kerja keras mencari dan membaca banyak sumber yang berkaitan dengan pokok masalah baik sumber berupa buku dan e-book, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah maupun sumber lain. Baik yang terdapat di perpustakaan STT GKE, perguruan tinggi lain dan sumber internet. Itulah sebabnya, tahap ini merupakan pekerjaan berat yang harus peneliti lewati.

8. Kerangka Teoritis

Teori dapat dipahami sebagai seperangkat pernyataan dan definisi yang saling terkait.37 Sugiyono memahami teori sebagai “alur penalaran seperangkat konsep yang berfungsi menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan suatu gejala”.38 Sedangkan Konsep dipahami sebagai ”bahan mentah bangunan teori yang paling dasar...yang mencakup

37 Idem, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 92

38 Idem, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2013), 54

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami konsep metode penelitian kualitatif Jumlah pertemuan : 1 (satu) kali.

Berdasarkan latar belakang penelitian, diperlukan sebuah metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mengukur seberapa besar

Metode penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu tahap I isolasi dan identifikasi bakteri serta pemilahan bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagai penghasil inhibitor

Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain yang berbeda dengan metode penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan informan berbeda

Metode yang dilakukan dalam penelitian secara umum terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1) tahap persiapan dan pengumpulan data, 2) tahap.. pengecekan lapang, 3) tahap pengolahan

Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian Tugas Akhir MULAI Survey Pendahuluan Penelitian Identifikasi Masalah Batasan Masalah Penetapan Tujuan Penelitian Pegumpulan Data Proses

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan data Tinjauan Pustaka Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan Studi Pendahuluan Analisa Karakteristik Parkir Analisa Kebutuhan