• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parameter Kesuburan Tanah

Daftar Tabel

2.11. Parameter Kesuburan Tanah

23

kedua varietas tersebut sehingga menghasilkan tanaman yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan varietas asli (Sari, Surahman, & Budiman, 2018). Misalnya, tanaman yang dihasilkan bisa lebih tahan terhadap penyakit, memiliki produktivitas lebih tinggi, atau lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang ideal

24

a. Parameter kesuburan tanah, antara lain:

1) pH tanah: Tanah yang subur memiliki pH netral, yaitu antara 6,5–7,8. pH asam, yaitu antara 6–6,5, juga masih dianggap subur dan cocok untuk sebagian besar tanaman.

2) Kapasitas Tukar Kation (KTK): KTK merupakan indikator kesuburan tanah. Tanah yang didominasi oleh fraksi liat memiliki KTK tinggi karena memiliki kapasitas pertukaran ion dan memegang air yang tinggi.

3) C-organik: C-organik tanah merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

4) Kadar P2O5 tersedia: Kadar P2O5 tersedia merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

5) N total tanah: N total tanah merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

b. Jenis Kesuburan Tanah

1) Kesuburan Alami atau Bawaan, yaitu Tanah secara alami mengandung semua nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan lain-lain.

2) Kesuburan yang diperoleh, yaitu Tanah tersebut memiliki kesuburan seperti ini karena pada tanahnya diberikan pupuk buatan, pupuk kandang sehingga disebut kesuburan yang diperoleh (Javed, 2022).

25

c. Faktor-faktor yang memengaruhi kesuburan tanah,

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Berikut adalah beberapa faktor penting yang berkontribusi pada kesuburan tanah:

1) Kandungan Organik: Kandungan bahan organik dalam tanah sangat penting untuk kesuburan tanah. Bahan organik meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan drainase, meningkatkan struktur tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Bahan organik juga berperan dalam membentuk agregat tanah yang baik, meningkatkan sirkulasi udara, dan menyediakan tempat tinggal bagi organisme tanah yang bermanfaat (Itera, 2018).

2) Nutrisi Tanaman: Tanah yang subur menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Nutrisi utama yang diperlukan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), juga dikenal sebagai unsur hara makro. Tanaman juga membutuhkan unsur hara mikro, seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan boron. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan melalui pemupukan yang tepat untuk menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman.

3) pH Tanah: pH tanah mengacu pada tingkat keasaman atau kebasaan tanah. Tanah yang subur biasanya memiliki pH netral hingga sedikit asam (6 hingga 7). Tingkat pH yang tepat

26

penting untuk ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Penyesuaian pH tanah dengan pengapuran atau pengasaman dapat diperlukan untuk mencapai pH yang optimal bagi tanaman yang akan ditanam.

4) Struktur Tanah: Struktur tanah mempengaruhi drainase air, penetrasi akar, dan aerasi tanah. Tanah yang subur memiliki struktur yang baik dengan agregat yang terbentuk dengan baik.

Agregat memungkinkan ruang pori dan sirkulasi udara yang baik di dalam tanah. Pembentukan struktur tanah yang baik dapat ditingkatkan melalui manajemen organik, penghindaran kompaksi, dan penggunaan bahan organik yang adekuat.

5) Aktivitas Biologi Tanah: Organisme tanah, seperti bakteri, jamur, cacing tanah, dan serangga, berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah. Membantu dalam penguraian bahan organik, siklus nutrisi, dan peningkatan agregasi tanah.

Memelihara keanekaragaman organisme tanah dan menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah dan kesuburan tanah.

27 2.12. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.9. Penelitian Terdahulu No Nama

Penulis

Artikel Metode Hasil

1. Wisnu Sasongko, Ilham Akbar Safari, dan Kartika Eka Sari (2017)

Konversi Lahan Pertanian Produktif Akibat Pertumbuhan Lahan Terbangun di Kota Sumenep.

Kuantitatif dan

Kualitatif

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara

pertumbuhan luas lahan terbangun dan penurunan luas lahan tidak terbangun. Semakin tinggi

pertumbuhan luas lahan terbangun, maka semakin menyusut luas lahan tidak terbangun yang tersedia. Dari data klasifikasi tutupan lahan terlihat bahwa lahan terbangun mengalami peningkatan luas sekitar 9,15 Ha setiap tahunnya dan sebaliknya lahan tidak terbangun mengalami penurunan luas sekitar 9,15 Ha setiap tahunnya.

2. Novinda Dinaryanti (2014)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Daerah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten Sukoharjo.

Kuantitatif Hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini faktor yang mendorong petani melakukan konversi lahan adalah faktor sosial dan kondisi lahan, dampak sosial terjadinya konversi lahan dapat dilihat dari kondisi hubungan atau interaksi warga, dan kondisi gaya hidup masyarakat sekitar.

Tidak maksimalnya output yang dihasilkan tanaman padi yaitu dikatenakan kondisi lahan di desa Gupit terdapat banyak hama yang menyerang tanaman padi.

3. Safri Mahmud (2011)

Pengaruh Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.

Kualitatif Besarnya pengaruh perubahan penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian terhadap ketahanan pangan di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah rawan sesuai dengan hasil kalkulasi kondisi tingkat ketahanan pangan di Kecamatan Banguntapan. Kebijakan instansi yang berwenang dalam pemberian

28

ijin lebih selektif dengan Pemberian izin perubahan penggunaan tanah rencana pembangunan perumahan dan pemukimandialokasikan pada tanah non pertanian.

4. Andi Suaema (2022)

Konversi Lahan Sawah Menjadi Lahan Permukiman Di Dusun SP II Desa Cemara Jaya Kecamatan Wasile Kabupaten

Halmahera Timur

Kualitatif Konversi lahan sawah menjadi lahan permukiman yang terjadi di masyarakat desa Cemara Jaya banyak mengatakan dapat

merugikan masyarakat. Banyak hal masyarakat tidak mendukung adanya konversi lahan karena berdampak terhadap tingkat

perekonomian atau pendapatan, dan dapat juga merusak lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.

5. Rianti Ningshi (2018)

Analisis Faktor- Faktor Terjadinya Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Status Pekerjaan Dan Pendapatan Petani Di Desa Krawang Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

kualitatif Dari segi status pekerjaan, alih fungsi lahan pertanian yang

dijadikan kawasan perumahan ( dari pertanian ke non pertanian)

memberikan dampak perubahan terhadap status pekerjaan petani yang telah menjual lahannya.

Kemudian terkait dengan pendapatan, alih fungsi lahan pertanian memberikan dampak yang kurang baik bagi pendapatan petani yang telah menjual lahannya

Kelima penelitian diatas memiliki relefansi pemikiran dengan topik yang sedang dikaji. Kesamaan dari penelitian adalah untuk mengetahui Konversi Lahan Pertanian Produktif. Perbedaan (Nevelty) adalah pada penelitian terdahulu tersebut mengkaji objek mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan mengkaji tentang konversi lahan pertanian produktif menjadi bendungan, namun diperluas lagi dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian

29

produktif menjadi bendungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan Teknik Analisis Tutupan Lahan, Reduksi Data, dan Analisis Produktivitas.

Dokumen terkait