• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Elgaliana L. Kanga compressed compressed (1)

N/A
N/A
falkon kos

Academic year: 2025

Membagikan "Skripsi Elgaliana L. Kanga compressed compressed (1)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

KONVERSI LAHAN PERTANIAN PRODUKTIF AKIBAT

PEMBANGUNAN BENDUNGAN NAPUN GETE DI DESA ILIN MEDO KECAMATAN WAIBLAMA KABUPATEN SIKKA

SKRIPSI

OLEH

ELGALIANA LUSIANA KANGA

2001100048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2025

(2)

ii

KONVERSI LAHAN PERTANIAN PRODUKSI AKIBAT

PEMBANGUNAN BENDUNGAN NAPUN GETE DIDESA ILIN MEDO KECAMATAN WAIBLAMA KABUPATEN SIKKA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ELGALIANA LUSIANA KANGA

NIM : 2001100048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2025

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

ABSTRAK

Kanga Lusiana Elgaliana 2025. Konversi Lahan Pertanian Produktif Akibat Pembangunan Bendungan Napun Gete Di Desa Ilin Medo Kecamatan Waiblama Kabupaten Sikka.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang. Pembimbing (1) Dr Hamza Huri Wulakada, M.Si (II) Arfita Rahmawati, S.Pd., M.Pd

Pembangunan Bendungan Napun Gete yang berada di desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka merupakan upaya dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.

Sehingga tanggapan dari masyarakat ilin medo tersebut merasa rugi akibat kehilangan lahan pertanian produktif mereka sebagai mata pencaharian dan penghasilan ekonomi masyarakat setempat di karenakan lahan pertanian produktif tersebut digusur. Jika lahan pertanian produktif yang tersisa terus berubah menjadi lahan terbangun maka akan menimbulkan berbagai dampak permasalahan lain yang muncul baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti menurunnya perekonomian masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk:

(1) Untuk mengetahui gambaran peta perubahan konversi lahan produktif tahun 2012 dan 2022 di Desa Ilin Medo (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian produktif menjadi Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo (3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani menjual lahan untuk pembanguanan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo (4) Untuk mengetahui Dampak perubahan lahan pertanian produktif setelah dan sesudah pembangunan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penurunan Luas Lahan Pertanian Terdapat penurunan yang signifikan dalam luas lahan pertanian dari tahun 2012 ke 2022. Pada tahun 2012, total luas lahan pertanian mencapai 437 Ha, namun pada tahun 2022 berkurang menjadi 211,549 Ha, dengan selisih perubahan mencapai 225,451 Ha. Sebagian besar konversi ini terjadi karena pembangunan Bendungan Napun Gete yang menggusur lahan pertanian produktif. (2) Kehilangan Lahan pertanian yang subur, Keterbatasan Air Minum, dan Aksesabilitas tidak memadai. (3) Penawaran harga yang menarik dari pemerintah atau pengembang proyek bendungan dan tekanan ekonomi yang membuat petani terpaksa menjual lahan untuk mendapatkan dana tunai yang dibutuhkan. (4) pembangunan bendungan membawa manfaat berupa ketersediaan air bersih, pengurangan risiko banjir, dan pembangunan infrastruktur jalan yang mempermudah akses masyarakat.

Kata Kunci: Konversi lahan, pembangunan, bendungan

(7)

vii

ABSTRACT

Kanga Lusiana Elgaliana 2025. Conversion Of Productive Agricultural Land Due To The Construction Of The Napun Gete Dam In Ilin Medo Village, Waiblama Sub-District, Sikka District. hesis. Department of Geography Education, Faculty of Teacher Training and Education, Nusa Cendana University Kupang. Supervisor (1) Dr. Hamza Huri Wulakada, M.Si (II) Arfita Rahmawati, S.Pd., M.Pd

The construction of the Napun Gete Dam located in Ilin Medo Village, Waiblama District, Sikka Regency is an effort to support national food security. So the response from the Ilin Medo community is that they feel a loss due to the loss of their productive agricultural land as a livelihood and economic income for the local community because the productive agricultural land was evicted. If the remaining productive agricultural land continues to change into built- up land, it will cause various other problems that arise both in the short and long term, such as a decline in the community's economy. The purpose of this study is to: (1) To find out the map of changes in productive land conversion in 2012 and 2022 in Ilin Medo Village (2) To find out the factors that cause the conversion of productive agricultural land into the Napun Gete Dam in Ilin Medo Village (3) To find out the factors that cause farmers to sell land for the construction of the Napun Gete Dam in Ilin Medo Village (4) To find out the impact of changes in productive agricultural land after and after the construction of the Napun Gete Dam in Ilin Medo Village. The method used in this study is the Qualitative research method. The results of the study show that: (1) Decrease in Agricultural Land Area There was a significant decrease in the area of agricultural land from 2012 to 2022. In 2012, the total area of agricultural land reached 437 Ha, but in 2022 it decreased to 211,549 Ha, with a change difference reaching 225,451 Ha. Most of this conversion occurred due to the construction of the Napun Gete Dam which displaced productive agricultural land. (2) Loss of fertile agricultural land, Limited drinking water, and inadequate accessibility. (3) Attractive price offers from the government or dam project developers and economic pressures that force farmers to sell land to get the cash they need. (4) Dam construction brings benefits in the form of clean water availability, reduced flood risk, and construction of road infrastructure that facilitates community access.

Keywords: Land conversion, development, dams

(8)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur"

(Filipi 4:6)

"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan

kepadamu".

(Markus 11:24)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji dan syukur penulis persembahkan tulisan ini kepada:

Allah Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera, dan Roh Kudus, serta Bunda Perawan Maria, terima kasih atas berkat, rahmat, harapan, dan mujizat yang selalu Engkau berikan di saat yang tepat, khususnya di tengah keputusasaan yang penulis alami. Terima kasih karena Engkau senantiasa menopang, memberikan jalan keluar, dan menjadi sumber kekuatan ketika penulis merasa tidak mampu melangkah maju.

(9)

ix

Engkau adalah tempat bagi penulis untuk menemukan penghiburan dan sukacita di tengah segala ketidakpastian.”

“Kedua Orangtua tercinta Bapak Ignasisus Tuku (Almahrum) dan Mama Theresia Tepa. Terimakasih karena telah memberikan semangat, dukungan, motivasi pengorbanan, dan selalu memberikan cinta dan doa yang sangat tulus kepada penulis, sehingga penulis tidak pernah menyerah, Terima kasih karena telah mendampingi setiap langkah Penulis dengan penuh ketulusan, memberikan semangat saat penulis merasa lelah, dan selalu percaya bahwa penulis mampu melewati setiap ujian hidup. Tanpa bimbingan dan dukungan kalian, Penulis tidak akan pernah sampai pada titik ini. Setiap pencapaian dalam hidup Penulis adalah buah dari cinta dan doa kalian.

“Kakak, Adik, Om, Tanta, dan sanak saudara yang selalu memberi dukungan kepada penulis baik dalam bentuk doa maupun dalam bentuk perhatian. Dukungan kalian menjadi sumber semangat yang membantu penulis melewati tantangan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan sebagai bentuk rasa Syukur dan kasih dan dukungan yang selalu saya terima dari kalian yang begitu peduli kepada penulis.”

“Almamater Tercinta Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah menjadi tempat penulis belajar dan bekembang selama ini.

“Diri Sendiri, Elgaliana Lusiana Kanga. Terima kasih telah melewati setiap tantangan, mengatasi rintangan, dan berjuang dengan segenap hati. Dalam setiap kesulitan dan kegagalan, kamu selalu menemukan kekuatan untuk bangkit dan terus

(10)

x

maju. Terima kasih telah menjadi pribadi yang tegar, yang tidak mudah menyerah meskipun kadang rasa lelah dan putus asa datang menghampiri. Jangan pernah ragu untuk merayakan diri sendiri, karena setiap pencapaian, sekecil apapun itu, adalah hasil dari usaha dan dedikasi yang tak ternilai. Teruslah berjalan dengan penuh keyakinan, karena perjalananmu adalah cerita yang sangat berarti, dengan penuh cinta, saya mempersembahkan setiap pencapaian ini untuk diriku, sebagai tanda penghargaan atas keberanian dan keteguhan hati yang telah membawa aku sejauh ini.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “KONVERSI LAHAN PERTANIAN PRODUKTIF AKIBAT PEMBANGUNAN BENDUNGAN NAPUN GETE DI DESA ILIN MEDO KECAMATAN WAIBLAMA KABUPATEN SIKKA” tepat pada waktunya. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis meyadari bahawa tersusunya karya ilmiah ini kerena niat, do’a dan tekad yang kuat dan juga dukungan yang besar dari berbagai pihak. Oleh kerena itu penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah mendukung baik secara moril maupun materil sehingga proposal ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Nusa Cendana Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc yang telah menerima serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Nusa Cendana.

2. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Dr. Malkisedek Taneo, M.Si yang memberikan kesempatan

(12)

xii

kepada penulis untuk menuntut ilmu hingga menyelesaikan studi di Universitas Nusa Cendana.

3. Bapak Drs. Mikael Samin, M.Si selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi.

4. Bapak Dr. Hamza Huri Wulakada, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat tersusun.

5. Ibu Arfita Rahmawati, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang rela mengorbankan waktu dan tenaga memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dari awal hingga penyelesaian karya ilmiah ini.

6. Bapak Andrinata, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah menguji dan memberikan nasehat serta masukan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

8. Bupati Sikka, Kecamatan Waiblama, Dinas Pertanian Kab. Sikka, Pengelola Bendungan Napun Gete, serta seluruh apparat pemerintahan Kecamatan Waiblama Terkhususnya Kepala Desa Ilinmedo, Bapak Andi Carvalo, S,IP Beserta Seluruh aparat yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.

Masyarakat Desa Ilinmedo yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi.

9. Kepada Orang Tua Tercinta Bapak Ignasius Tuku (Almahrum), Ibu Theresia Tepa, yang telah melahirkan dan membesarkan serta dengan kasih dan

(13)

xiii

cintanya yang tulus selalu memberikan dukungan dan doanya demi keberhasilan penulis.

10. Saudara/saudari kandung dan Keluarga penulis yang selalu memberikan doa, perhatian, semangat, dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini: Kakak Tersin Tepa, Ino Telu, Romo Ito Rawi, Jefri Ande, Farid, Adik Erlista Tao, Forlan Wati. Mama Helen Peru, Bapak Alex Wati (Almahrum), dan Kakak Ipar Jenong, serta ponaan Bram Raja, Askal Bari.

11. Sahabat dan orang terkasih yang telah memberikan motivasi, doa dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini: Fani Untung, Linda Oja, Nela Padademang, Tini Anwar, Anggi Reti, Ani Hartun, Sehva Lebangu, Nhya Lalak, Adhe molana, Ani Baros.

12. Kathryn Bernardo dan Daniel Padilla yang telah memberikan motivasi melalui karya-karyanya yang luar biasa. Nyoman Paul, Nabila Taqiyyah, Roni Parulian, Salma Salsabil (Panaroma Idol) Terimakasih sudah menjadi sumber inspirasi, menghibur melalui lagu-lagu, konten, program idolyfe yang penuh canda tawa. Sehingga penulis dengan semangat menyusun karya ilmiah ini.

13. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Geografi angkatan 2020 baik dari kelas A, B, maupun C yang selalu ada dan sama -sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan ini. Kiranya kita semua selalu di berikan kesehatan, kemudahan untuk dapat menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya.

(14)

xiv

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dan kiranya memberikan manfaat bagi semua pihak

Kupang, 2025

Elgaliana Lusiana Kanga

(15)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

ABSTRAK ... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Geografi... 8

2.1.2 Geografi Pembangunan ... 8

2.2 Konversi Lahan ... 9

2.2.1 Pengertian Konversi Lahan ... 9

2.3 Lahan Pertanian ... 11

2.4 Lahan Produktif ... 12

2.4.1 Pengertian Lahan Produktif... 12

2.4.2 Jenis- jenis Lahan Produktif ... 13

(16)

xvi

2.5 Bendungan... 14

2.5.1 Pengertian Bendungan ... 14

2.5.2 Fungsi Bendungan ... 15

2.6 Pengelolaan Bendungan……….16

2.7 Dampak Pembangunan Bendungan ... 17

2.7.1 Dampak Positif Pembangunan Bendungan ... 17

2.7.2 Dampak Negatif Pembangunan Bendungan ... 18

2.8 Rehabilitasi Hutan dan Lahan ... 19

2.9 Ekstensifikasi Pertanian ... 20

2.10 Penggunaan Pupuk ... 20

2.11 Parameter Kesuburan Tanah ... 23

2.12 Penelitian Terdahulu ... 27

2.13 Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.1.1 Lokasi ... 30

3.1.2 Waktu Penelitian ... 31

3.2 Metode Penelitian ... 31

3.3 Subyek dan Obyek Penelitian... 32

3.3.1 Subjek Penelitian ... 32

3.3.2 Objek Penelitian ... 33

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Sumber Data ... 33

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Analisis Data ... 35

3.6 Skema Alur Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.1.1 Aspek letak, luas dan batas wilayah ... 42

(17)

xvii

4.1.2 Kondisi Topografi ... 43

4.1.3 Keadaan Geologis ... 44

4.1.4 Keadaan Iklim... 44

4.1.5 Karakteristik Penduduk ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Gambaran Peta Perubahan Konversi Lahan Produktif tahun 2012 dan 2022 di Desa Ilin Medo ... 49

4.2.2 Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Konversi Lahan Pertanian Produktif Menjadi Bendungan Napun Gete ... 58

4.2.3 Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Petani Menjual Lahan Untuk Pembangunan Bendungan Napun Gete ... 60

4.2.4 Dampak Perubahan Lahan Pertanian Produktif Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Bendungan Napun Gete ... 61

4.3. Analisis Data ... 66

4.4. Pembahasan ... 73

4.4.1 Gambaran Peta Perubahan Konversi Lahan Produktif Tahun 2012 dan 2022 di Desa Ilin Medo ... 73

4.4.2 Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Konversi Lahan Pertanian Produktif Menjadi Bendungan Napun Gete ... 75

4.4.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Petani Menjual Lahan Untuk Pembangunan Bendungan Napun Gete ... 76

4.4.4 Dampak Perubahan Lahan Pertanian Produktif Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Bendungan Napun Gete ... 80

BAB V PENUTUP ... 83

5.1Kesimpulan ... 83

(18)

xviii

5.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA... 86 LAMPIRAN ... 90

(19)

xix

Daftar Tabel

Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, dan Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2021 ... 45

Tabel 4.2 Selisih Perubahan Lahan Tahun 2012 dan 2022 ... 54

Tabel 4.3 Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2012 dan 2022 ... 68

Tabel 4.4 Nilai Produktif Tanaman Pangan Tahun 2012 dan 2022 ... 69

Tabel 4.5 Biaya Produksi Tanaman Tahun 2012 dan 2022 ... 70

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Produksi dan Biaya Produksi ... 71

(20)

xx

Daftar Gambar

Gambar 2.11 Kerangka Berpikir ... 28

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 24

Gambar 3.5 Komponen Dalam Analisis Data ... 37

Gambar 3.6 Skema Alur Penelitian ... 40

Gambar 4.2 Peta Topografi Desa Ilin Medo ... 42

Gambar 4.3 Peta Geologi Desa Ilin Medo ... 44

Gambar 4.4 Peta Lokasi Bendungan Napun Gete ... 49

Gambar 4.5 Peta Perubahan Konversi Lahan Pertanian Produktif tahun 2012 di Desa Ilin Medo ... 52

Gambar 4.6 Peta Perubahan Konversi Lahan Pertanian Produktif tahun 2022 di Desa Ilin Medo ... 53

Gambar 4.7 Kondisi Lahan Pertanian Padi Desa Ilin Medo Tahun 2012 .. 54

Gambar 4.8 Kondisi Jambu Mete Desa Ilin Medo Tahun 2012 ... 55

Gambar 4.9. Kondisi Lahan Pertanian Kelapa Tahun 2012 ... 55

Gambar 4.10. Kondisi Lahan Pertanian Ubi Kayu Tahun 2012 ... 55

Gambar 4.11. Kondisi Lahan Pertanian Cabai Tahun 2012 ... 56

Gambar 4.12. Peta Alur Sub DAS ... 57

Gambar 4.13. Kondisi Jalan Desa Ilin Medo tahun 2012 ... 59

Gambar 4.14.Lahan pertanian Jambu Mente sesudah pembangunan bendungan ... 63 Gambar 4.15 Lahan pertanian Jagung sesudah pembangunan bendungan 64

(21)

xxi

Gambar 4.16. Lahan pertanian Daun Singkong sesudah pembangunan

bendungan ... 65

Gambar 4.17.Lahan pertanian Persawahan sesudah pembangunan bendungan ... 65

Gambar 4.18 Peta Tutupan Lahan Tahun 2012 ... 66

Gambar 4.19 Peta Tutupan Lahan Tahun 2022 ... 67

Gambar 4.20 Peta Perubahan Konversi Lahan Pertanian 2012... 73

Gambar 4.21 Peta Perubahan Konversi Lahan Pertanian 2022... 73

Gambar 4.22 Diagram Presentase Perubahan Lahan di Desa Ilin Medo Tahun 2012 dan 2022 ... 74

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan bendungan di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mendukung pembangunan suatu wilayah. Bendung pada suatu daerah pada umumnya digunakan untuk kebutuhan air baku pada musim kemarau dan pengendalian banjir pada musim hujan, serta dapat juga digunakan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti rekreasi dan olah raga air.

Pembangunan adalah suatu proses perubahan di berbagai bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual, maupun material (Fadli, Noor, & Isyanto, 2019).

Produktivitas dan kesuburan tanah menunjukan kemampuan tanah untuk memproduksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Produktivitas merupakan kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu.

Tanah produktif merupakan tanah yang mampu menghasilkan tanaman dengan hasil baik serta menguntungkan petani. Hasil pertanian yang tidak sesuai harapan menunjukan lahan tersebut kurang optimal (Fuad, 2016).

Menurut peraturan mentri PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang bendungan mendefinisikan bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun selain untuk menahan dan

(23)

2

menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (Nugroho, 2015).

Bendungan adalah struktur yang digunakan untuk menghentikan aliran air ke waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bendungan juga biasa digunakan untuk mengalirkan air ke pembangkit listrik tenaga air.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun bendungan di berbagai daerah Indonesia. Salah satu bendungan tersebut adalah Napun Gete yang terletak di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bendungan ini terletak di alur Sungai Napun Gete yang berada di perbatasan Desa Ilinmedo dan Desa Werang, Kecamatan Waiblama. Bendungan Napun Gete diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Februari 2021.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 11,2 juta meter kubik dan luas genangan mencapai kurang 99,78 hektare. Milfan menjelaskan sejumlah manfaat utama Bendungan Napun Gete bisa mengairi area irigasi seluas 300 hektare. Antara lain sebagai penyedia air baku yang merupakan solusi kekeringan di Kabupaten Sikka sebanyak 214 liter per detik. Juga sebagai sumber air bagi pertanian, pengendali banjir sebanyak 219 meter kubik per detik dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.

Bendungan Napun Gete digunakan untuk kepentingan di Desa Ilin Medo dan Desa Werang, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT, sebagai sumber air bagi pertanian (karya indra, 2021).

Pembangunan Bendungan Napun Gete yang berada di desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka merupakan upaya dalam rangka

(24)

3

mendukung ketahanan pangan nasional. Pembangunan bendungan pastinya membawa dampak bagi kehidupan masyarakat di kecamatan Waiblama.

Konversi lahan merupakan proses perubahan penggunaan lahan dari satu bentuk penggunaan ke bentuk penggunaan lainnya, seperti mengubah lahan yang belum dikembangkan menjadi lahan terbangun (Sasongko, Safari, & Sari, 2017).

Berdasarkan data yang di ambil dari Kantor Desa Ilin Medo bahwa;

Pembangunan bendungan ini menggusur desa Ilin Medo yang ditempati warga sebanyak 93 Kepala keluarga, dan lahan yang akan di genangi air atau akan dibangun bendungan yang dimana merupakan lahan tanaman produktif yang berkisar 364 hektar. Total lahan yang digusur untuk pembangunan Bendungan Napun Gete adalah 364 Ha. Lahan pertanian yang di jual oleh masyarakat sebanyak 161 Ha, yang terdiri dari 59 kepala keluarga (KK), kemudian lahan perumahan yang di gusur sebesar 76,2 Ha yang terdiri dari 34 KK. Aksesibilitas menuju ke Dusun Lelabura dan Kecamatan Waiblama yang digusur sebesar 67,6 Ha, kemudian dibagun lagi jalan alternatif menuju ke Dusun Lelabura dan Kecamatan Waiblama setelah dibagunnya Bendungan Napun Gete, dan posyandu yang digusur sebesar 59,2 Ha.

Kemudian bahwa status kepemilikan tanah sepenuhnya milik masyarakat dan tidak berada di dalam kawasan hutan, status tanah tersebut diperkuat dengan keluarnya surat hasil telaah yang telah dilakukan oleh balai kawasan pemantapan kawasan hutan. Tanggapan dari masyarakat ilin medo tersebut merasa rugi akibat kehilangan lahan pertanian produktif mereka sebagai mata

(25)

4

pencaharian dan penghasilan ekonomi masyarakat setempat di karenakan lahan pertanian produktif tersebut digusur. Konversi lahan pada dasarnya merupakan fenomena normal, disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan, namun permasalahan mulai timbul ketika lahan yang dikonversi berasal dari lahan pertanian produktif. Hal ini menimbulkan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena dampak dari konversi lahan bersifat permanen dan sangat kecil kemungkinannya untuk diubah menjadi lahan pertanian produktif.

Lahan pertanian produktif yang tersisa jika terus berubah menjadi lahan terbangun maka akan menimbulkan berbagai dampak permasalahan lain yang muncul baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan ketidak seimbangan lingkungan akibat kenaikan suhu setempat dan gangguan proses yang melibatkan pergerakan air atau siklus hidrologi. Masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau tidaknya suatu lahan di konversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi serta lingkuangan yang akan di rasakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan kajian mengenai konversi lahan pertanian produktif akibat pembangunan bendungan napun gete di desa ilin medo. Tujuan dari penelitian ini mencakup karakteristik perubahan lahan tahun 2012 dan 2022, mengetahui faktor penyebab konversi lahan, mengetahui faktor yang menyebabkan petani menjual lahan dan dampaknya.

(26)

5 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran peta perubahan konversi lahan produktif tahun 2012 dan 2022 di Desa Ilin Medo?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian produktif menjadi Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo?

3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan petani menjual lahan untuk pembanguanan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo?

4. Apa saja dampak perubahan lahan pertanian produktif setelah dan sesudah pembangunan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pada penelitan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran peta perubahan konversi lahan produktif tahun 2012 dan 2022 di Desa Ilin Medo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian produktif menjadi Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani menjual lahan untuk pembanguanan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo.

4. Untuk mengetahui Dampak perubahan lahan pertanian produktif setelah dan sesudah pembangunan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo

(27)

6 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu geografi, dan sebagai bentuk referensi bagi peneliti khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang konversi lahan pertanian produktif akibat pembangunan bendungan untuk kehidupan masyarakat, Sebagai salah satu wujud pengembangan ilmu geografi pembangunan.

1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam menambah pengetahuan mengenai konversi lahan pertanian produktif akibat pembangunan bendungan napun gete di Desa Ilin Medo Kecamatan Waiblama Kabupaten Sikka. Dan penelitian ini untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi Pendidikan Geografi.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang konversi lahan pertanian produktif akibat pembangunan bendungan untuk kehidupan masyarakat.

3. Bagi Pengelola Bendungan

Memberikan informasi tentang dampak pembangunan bendungan terhadap konversi lahan pertanian produktif di wilayah sekitar dan

(28)

7

Menjadi acuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekitar bendungan, termasuk untuk kegiatan irigasi, konservasi, atau kegiatan ekonomi lainnya.

4. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka memperluas dan menetapkan kebijakan yang mendukung.

(29)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Geografi

Geografi merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Pada hakikatnya belajar geografi lebih menekankan pada cara unik untuk mempelajari bumi dengan berbagai ilmu bantu dalam persepktif geography eye (sudut pandang geografi meliputi: keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah) (Aksa, 2019).

Menurut Harstone, Geografi adalah ilmu mengenai realitas deferensiasi muka bumi apa adanya, tidak hanya dalam pengertian pun pemahaman mengenai perbedaan dalam hal-hal tertentu, namun juga dalam pengertian kombinasi secara keseluruhan atau menyeluruh mengenai fenomena yang ada di setiap tempat berbeda dari keadaannya di tempat lain (Rahmanelli, 2016). Pengertian geografi secara umum adalah suatu ilmu yang mempelajari dan mengkaji segala macam fenomena yang ada di permukaan bumi, seperti penduduk, flora, fauna, air, batuan, iklim dan interaksi antara fenomena-fenomena tersebut.

2.1.2 Geografi pembangunan

Geografi pembangunan (development geography) adalah cabang disiplin ilmu geografi yang mempelajari ataupun mengkaji keterkaitan antara proses pembangunan suatu wilayah dengan kondisi alam serta penduduk wilayah

(30)

9

tersebut. Geografi pembangunan mempelajari aspek keruangan geografi (alam semesta dengan segala isinya). Geografi pembangunan diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan suatu wilayah.

Memperhatikan aspek geografi dalam pembangunan berarti memperhatikan keselarasan kebijakan mengelola alam dan hubungannya dengan manusia sehingga tidak terjadi kerusakan alam yang justru merugikan manusia, Geografi pembangunan sangat penting untuk dipelajari dalam rangka mensukseskan pembangunan.

Perencanaan yang akan dilakukan oleh ahli-ahli planologi harus selalu mempertimbangkan aspek gaeografinya. Aspek itu antara lain aspek fisik seperti tanah, daerah perairan, iklim, dan lain-lain. Aspek Manusiawi atau aspek sosial seperti jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk, penyebarannya dan lain-lain. Aspek biotis seperti hewan dan tanaman, Serta Aspek absrak yang meliputi letak, luas, batas, bentuk ruang. Agar tujuan pembangunan dapat tercapai maka harus ada kerjasama yang baik antara keduannya (Hendri Encik, 2017).

2.2 Konversi Lahan

2.2.1. Pengertian Konversi Lahan

Konversi lahan adalah proses perubahan penggunaan suatu area tanah dari satu tujuan atau bentuk penggunaan tertentu menjadi tujuan atau bentuk penggunaan yang berbeda. Melibatkan perubahan dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman, atau dari lahan hutan menjadi lahan pertanian

(31)

10

(Sarastika, Yusuf Susena, & Dwi Kurniawan, 2023). Konversi lahan pertanian terjadi karena adanya persaingan pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan sektor non-pertanian, yang dipicu oleh tiga fenomena ekonomi dan sosial, yaitu keterbatasan sumberdaya alam, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan ekonomi. Konversi lahan adalah hasil yang dapat diantisipasi dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk, serta berbagai proyek Pembangunan, meskipun pada dasarnya merupakan suatu proses yang wajar, konversi lahan menjadi permasalahan ketika terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif.

Penggunaan lahan adalah fenomena yang melibatkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia, sehingga bersifat berubah-ubah. Keterbatasan lahan, bertambahnya jumlah penduduk, dan semakin beragamnya aktivitas manusia membuat pola penggunaan lahan menjadi semakin kompleks (Suban Angin & Sunimbar, 2021).

Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian disebabkan oleh beberapa faktor;

a. Faktor Eksternal, Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (Fisik maupun spasial) demografi maupun ekonomi.

b. Faktor Internal, Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian penggunaan lahan

(32)

11

c. Faktor Kebijakan, Yaitu aspek regulasi yang di keluar kan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

2.3. Lahan Pertanian

Lahan pertanian adalah unsur penting dalam kegiatan bertani. Lahan adalah aset utama yang diperlukan untuk menghasilkan berbagai jenis komoditas pertanian. Lahan tidak hanya berfungsi untuk bercocok tanam, tetapi juga memiliki berbagai kegunaan lain, seperti tempat tinggal, tempat wisata, dan sumber mata pencaharian. Nilai sebuah lahan sangat bergantung pada cara kita mengelola dan memanfaatkannya dengan baik, Semakin baik pengelolaannya, semakin besar manfaat dan nilai yang dapat diperoleh dari lahan tersebut (Nuzulia, 2020).

Pertanian adalah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam dengan campur tangan manusia. Kondisi geografis suatu wilayah dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian. Faktor-faktor seperti letak geografis, paparan sinar matahari, suhu, jenis tanah, morfologi, serta curah hujan atau ketersediaan air di wilayah tersebut, semuanya berperan penting dalam mepengaruhi hasil pertanian (Sinong J F, Wulakada, 2021).

Lahan yang berkualitas memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk pertanian yang baik dan menjaga lingkungan agar tetap sehat.

(33)

12

2.4. Lahan Produktif

2.4.1. Pengertian Lahan Produktif

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, lahan merujuk pada tanah terbuka dan tanah garapan. Tanah garapan sendiri adalah tanah terbuka yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Lahan dapat diartikan sebagai area atau tanah dengan luas tertentu yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk usaha pertanian. Pengukuran luas lahan pertanian umumnya menggunakan satuan hektar (ha) atau are. Semakin besar luas lahan yang ditanami, umumnya dihubungkan dengan peningkatan produksi pertanian (Viera Valencia & Garcia Giraldo, 2019).

Lahan (land) adalah area di permukaan bumi yang melibatkan semua komponen biosfer yang dianggap tetap atau bersifat siklis di atas dan di bawahnya. Melibatkan atmosfer, tanah, batuan, topografi, hidrologi, flora, fauna, serta dampak aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang semua memengaruhi penggunaan lahan saat ini dan di masa depan (Sudarta, Wulakada, & Sunimbar, 2022). Lahan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Hampir semua pembangunan yang bersifat fisik seperti sektor pertanian, Kawasan industri, transportasi dan sektor perumahan atau lahan terbangun.

Produktivitas dan kesuburan tanah adalah faktor kunci dalam menilai kemampuan suatu lahan pertanian untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Produktivitas tanah merupakan kemampuan tanah dalam menghasilkan hasil pertanian yang optimal. Melibatkan aspek-aspek seperti, tekstur tanah, dan

(34)

13

ketersediaan air yang memengaruhi pertumbuhan tanaman. Sementara itu, kesuburan tanah mencakup ketersediaan unsur hara yang diperlukan tanaman, serta kemampuan tanah untuk mendukung kehidupan mikroorganisme. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman dengan baik dan memberikan keuntungan ekonomis bagi petanin (Fauzi, 2019).

2.4.2. Jenis - Jenis Lahan Produktif

Lahan pertanian dibedakan menjadi dua yaitu, pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.

1) Pertanian Lahan Basah

Pertanian lahan basah adalah kegiatan pertanian menggunakan lahan basah (wetlands). Lahan basah yang dimaksud dalam jenis pertanian lahan basah ini mengacu pada tanah yang kontur lahannya merupakan jenis tanah yang jenuh dengan air (Adlani Nabil, 2021).

Menurut Maltby lahan basah adalah salah satu istilah ekosistem yang dibentuk oleh dominasi air, dan karakteristik serta prosesnya dikendalikan oleh air. Tanah di lahan basah memiliki kadar air tinggi dan tergenang sepanjang waktu. Contoh pertanian lahan basah antara lain persawahan (padi), lahan gambut, rawa, dan hutan bakau.

2) Pertanian Lahan Kering

Menurut Hidayat lahan kering didefinisikan sebagai lahan yang belum pernah tergenang atau digenangi air sepanjang tahun atau sepanjang waktu. Contoh pertanian lahan kering antara lain tanaman

(35)

14

kacang-kacangan, tanaman ubi-ubian, tanaman holtikultira, perkebunan pohon buah, perkebunan pohon hias, dan juga pohon peneduh (Pratama, 2021). Lahan pertanian kering merupakan lahan pertanian yang memilki kandungan air yang rendah dan merupakan jenis lahan yang cenderung gersang, dan tidak memiliki sumber air yang pasti (Prima Ryan, 2014).

2.5. Bendungan

2.5.1. Pengertian Bendungan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27/PRT/M/2015 Bendungan adalah struktur berbentuk urukan tanah, batu, dan beton. Fungsinya tidak hanya untuk menahan dan menyimpan air, tetapi juga dapat dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang. Bendungan bisa berperan dalam menampung lumpur, membentuk waduk sebagai hasil dari penahanan air dan material tambang (Nugroho, 2015).

Bendungan merupakan struktur bangunan yang dibangun untuk menahan aliran air sungai secara buatan atau alamiah. Melibatkan berbagai elemen seperti tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penahan air, serta berbagai struktur pendukung seperti pelimpah, pintu air, katup, bangunan pengeluaran, jalan masuk, dan prasarana lainnya (Ramadhana, 2021). Berdasarkan pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa bendungan adalah suatu bangunan penampung air yang dibuat dengan tujuan memenuhi kebutuhan mahluk hidup, diantaranyaa kebutuhan irigasi maupun air bersih.

(36)

15 2.5.2. Fungsi Bendungan

Tujuan dari pemabangunan bendungan dimaksud untuk mencangkup penyediaan air untuk irigasi pertanian maupun pasokan air untuk kebutuhan manusia. Meningkatkan kualitas sumber daya air, menciptakan penampungan air, memasok kebutuhan untuk industri, menghasilkan tenaga listrik, menciptakan area rekreasi, wilayah bagi perikanan dan lain sebagainya.

Beberapa fungsi bendungan yaitu sebagai berikut:

1) Pembangkit listrik tenaga air, Suatu sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi. sumber utama listrik di bumi, dengan derasnya arus bendungan bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan menambakan suatu turbin dan pengelolaan tertentu, maka hal ini akan sangat bermanfaat bagi kebutuhan manusia dan menciptakan sumber daya manusia (Riadi Muchlisin, 2018).

2) Menstabilkan air pada irigasi, dipergunakan untuk mengontrol dan menahan serta melepas laju air dan menutup pintu air pada saluran irigasi apabila air sudah tercukupi, dan membuka pintu saluran apabila keperluan air kekurangan kebutuhannya.

3) Mencegah banjir, dipergunakan untuk mebendung derasnya air apabila pada saat hujan deras bendungan sangat berfungsi untuk menyimpan dan mengontrol abanyaknya air sehinga tidak terjadi luapan air yang berlebihan dan terhindar dari banjir (Saputra, 2019).

(37)

16 2.6. Pengelolaan Bendungan

Pengelolaan bendungan pasca pembangunan yang terkait dengan kelembagaan pengelola bendungan, operasi dan pemeliharaan; Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menetapkan Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2015 tentang Bendungan (PUPR, 2017). Ruang lingkup Permen PUPR ini meliputi kriteria pembangunan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya sebagai berikut:

a) Bendungan dengan tinggi lebih dari 15 meter atau lebih diukur dari dasar pondasi terdalam;

b) Bendungan dengan tinggi 10 meter sampai dengan 15 meter diukur dari dasar pondasi terdalam dengan ketentuan: panjang puncak bendungan paling sedikit 500 meter; daya tamping waduk paling sedikit 500.000 m3; debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 m3/detik;

c) Bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada pondasi atau bendungan yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang mempunyai kelas bahaya tinggi.

Kriteria pada Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2015 tentang Bendungan, menjadi dasar sebagai tahapan dan prosedur pembangunan dan pengelolaan bendungan, substansi pengaturan, dan implikasi pengaturan bendungan.

Pembangunan bendungan dimulai dari tahapantahapan: persiapan pembangunan; perencanaan pembangunan; pelaksanaan konstruksi; dan pengisian awal waduk. Tahapan-tahapan pengelolaan bendungan beserta

(38)

17

waduknya, yaitu mulai dari tahapan: operasi dan pemeliharaan; perubahan atau rehabilitasi, dan penghapusan fungsi bendungan (BPSDM PUPR, 2002).

2.7. Dampak Pembangunan Bendungan

Dampak yang di timbulkan dari suatu pembangunan dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif. Kehadiran kegiatan pembangunan disuatu pemukiman merupakan pemasukan pengetahuan dan teknologi baru bagi masyarakat setempat. Keberadaan industri di lingkungan pemukiman itu akan mendapatkan dampak pada kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat dan sekitarnya, paling tidak akan merubah suasana lingkungan setempat. Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan yaitu berubahnya fungsi lahan yang menyebabkan berpindahnya tempat tinggal masyarakat serta beralih profesi.

2.7.1. Dampak positif pembangunan bendungan

a) Menampung air untuk penduduk dan industri, Pembangunan bendungan memberikan dampak positif dengan menampung air dalam jumlah besar untuk kebutuhan penduduk dan industri.

Memastikan pasokan air yang memadai, menghindarkan risiko kekeringan sumur pribadi saat musim kemarau.

b) Pembangunan bendungan memiliki manfaat mengontrol banjir dengan mengatur aliran sungai melalui pintu bendungan. Membantu mengurangi risiko banjir, melindungi pertanian, dan mendukung stabilitas ekonomi. Kawasan bendungan yang dilengkapi dengan

(39)

18

taman hijau juga menjadi daya tarik objek wisata gratis dengan pemandangan yang menarik (Halidi Risna, 2021).

c) sumber energi listrik, bendungan menggunakan arus air yang menggerakkan turbin untuk menghasilkan tenaga listrik. Produksi energi listrik yang besar dari bendungan tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga bersifat ramah lingkungan.

d) Bendungan berkontribusi positif pada sektor pertanian dan perikanan dengan menyediakan sumber air untuk irigasi. Memberikan kepastian pasokan air bagi petani dan pembudidaya ikan, mengurangi dampak musim kemarau terhadap produksi.

2.7.2. Dampak Negatif Pembangunan Bendungan

a) Menenggelamkan banyak lahan, Masalah yang begitu besar dari pembangunan bendungan adalah penenggelaman lahan.

Penenggelaman lahan tidak hanya meliputi kawasan hutan, bukit, dan pertanian, kawasan pemukiman penduduk, tempat ibadah, dan pemakaman.

b) Pembangunan bendungan menciptakan habitat bakteri, penenggalaman lahan dan vegetasinya telah membantu dalam penciptaan habitat bagi bakteri, jika terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan.

c) Menyebabkan gempa dan mempengaruhi rotasi bumi, Kawasan pembangunan bendungan secara alami tidak terperuntukan dengan tujuan menampung air berkapasitas besar. Berat air akan

(40)

19

menghancurkan susunan tanah yang berada pada bawahnya.

Kemudian hal itu dapat memicu terjadinya gempa bumi (Susanto Adha, 2022).

2.8. Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2020 (Presiden RI, 2020) tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan. Rehabilitasi Hutan sebagaimana Pasal 4 dapat dilakukan di tiga jenis kawasan yaitu: Hutan Konservasi, untuk pemulihan ekosistem, pembinaan habitat dan peningkatan keanekaragaman hayati; Hutan Lindung, untuk memulihkan fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai dan meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu serta jasa lingkungan dan Hutan Produksi, untuk meningkatkan produktivitasnya. Rehabilitasi hutan terdiri dari dua kegiatan utama, yakni reboisasi dan penerapan teknik konservasi tanah, Sementara itu, rehabilitasi lahan dapat dilakukan di luar kawasan hutan dan melibatkan dua kegiatan, yaitu penghijauan dan penerapan teknik konservasi tanah (Poetra RD, 2019). Bertujuan untuk memulihkan dan meningkatkan kualitas ekosistem serta keberlanjutan lingkungan di berbagai area.

(41)

20 2.9. Ekstensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian merupakan upaya memperluas lahan dengan mencari area baru yang dapat ditanami dan menghasilkan tanaman guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Proses ini dapat dilakukan baik secara individu oleh petani maupun melalui program yang dicanangkan oleh pemerintah. Perluasan lahan pertanian dilakukan secara mandiri, berkelanjutan, dan berada di bawah pengawasan penuh pemerintah. (Ihsan, Arisanty, & Normelani, 2016)

2.10. Penggunaan Pupuk

Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara penting yang ditambahkan pada tanaman atau media tanam untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Meskipun bumi dan atmosfer secara alami menyediakan unsur hara yang melimpah, ketersediaannya sering kali tidak mencukupi kebutuhan tanaman (Fathoni, Ismiyah, & Sudirdjo, 2020). Iintervensi manusia dalam pengelolaan biosfer, seperti pengaturan jenis tanaman, pemilihan klon, waktu tanam, lokasi, pemupukan, dan irigasi, untuk mencapai hasil produksi yang tinggi dan efisien.

Pupuk berfungsi sebagai tambahan atau pengganti unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Pupuk juga membantu memperbaiki struktur tanah agar lebih cocok digunakan untuk menanam.

Pupuk sangat penting untuk tanaman karena membantu pertumbuhannya

(42)

21

dengan maksimal. Meskipun pupuk organik sudah lama digunakan, pupuk kimia juga memiliki manfaat tersendiri (Widowati, Hartatik, Setyorini, &

Yani Trisnawati, 2022).

Berikut merupakan beberapa Jenis-jenis pupuk kimia yaitu sebagai berikut:

1) Pupuk Urea

Pupuk urea adalah jenis pupuk yang paling banyak digunakan oleh petani. Pupuk ini dibuat dari campuran gas amoniak dan gas karbon dioksida, dan mengandung sekitar 46 kg nitrogen dalam setiap 100 kg pupuknya. Nitrogen ini membantu proses fotosintesis tanaman dan meningkatkan produksi klorofil, sehingga tanaman tumbuh lebih cepat (Gitleman & Kleberger, 2014). Pupuk urea sebaiknya disimpan pada suhu ruangan yang tidak terlalu panas atau lembab agar kualitasnya tetap terjaga. Karena sifatnya yang higroskopis, pupuk urea mudah menyerap air, sehingga dapat cepat larut dan mudah terbakar jika terkena sinar matahari.

2) Pupuk ZA (Zwavelzure Amonium)

Pupuk ZA bermanfaat untuk melindungi tanaman dari hama, menambah unsur hara yang diperlukan tanaman, memperbaiki kualitas tanaman, dan meningkatkan nilai gizi hasil panen. Pupuk ZA membantu tanaman tumbuh lebih sehat dan hasil panen menjadi lebih baik.

(43)

22

3) NPK Phonska (Nitrogen Phospate Kalium)

Pupuk NPK mengandung berbagai unsur hara penting seperti nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, dan kalsium, yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Pupuk ini membantu menjaga keseimbangan unsur hara di tanah, mencegah tanaman agar tidak rusak, serta membuat akar tanaman tumbuh lebih kuat, banyak, dan panjang. Reaksi netralnya, pupuk NPK bisa digunakan di berbagai jenis tanah.

4) Pupuk Bokashi

Pupuk Bokashi dibuat dari fermentasi bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian, jerami, dan kotoran hewan. Fermentasi ini dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dikenal sebagai effective microorganism (EM), yang mempercepat proses fermentasi dan mengurangi bau yang biasanya muncul. Manfaat pupuk Bokashi termasuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan jumlah dan kualitas hasil pertanian, menambah bahan organik dalam tanah untuk mengurangi kepadatan dan mempermudah penyerapan air, serta mengurangi kelengketan tanah sehingga alat bajak bekerja lebih efektif (Iswahyudi, Izzah, & Nisak, 2020).

5) Bibit Hibrida

Benih hibrida adalah benih yang dihasilkan dari persilangan dua varietas tanaman yang berbeda. Proses ini disebut hibridisasi.

Tujuannya adalah untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari

(44)

23

kedua varietas tersebut sehingga menghasilkan tanaman yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan varietas asli (Sari, Surahman, & Budiman, 2018). Misalnya, tanaman yang dihasilkan bisa lebih tahan terhadap penyakit, memiliki produktivitas lebih tinggi, atau lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang ideal

2.11. Parameter Kesuburan Tanah

Tanah merupakan bahan yang tersusu dari mineral padat yang tidak terikat secara kimiawi dan dapat tersusun dari bahan organik yang membusuk. Kesuburan tanah merupakan kapasitas yang dimiliki oleh tanah untuk menghasilkan produk tanaman berdasarkan komoditas yang sesuai (Purba, 2021). Tanah yang subur adalah tanah yang apabila ditanami dapat menghasilkan panen yang tinggi sepanjang tahun. Apabila tanah tersebut dapat menghasilkan panen yang tinggi tetapi hanya dapat ditanami satu kali saja selama satu tahun (misalnya karena tidak ada air) maka tidak dapat dikategorikan sebagai tanah yang subur.

Kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki (alamiah) dan kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan memasang instalasi pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara terus menerus atau yang lainnya.

(45)

24

a. Parameter kesuburan tanah, antara lain:

1) pH tanah: Tanah yang subur memiliki pH netral, yaitu antara 6,5–7,8. pH asam, yaitu antara 6–6,5, juga masih dianggap subur dan cocok untuk sebagian besar tanaman.

2) Kapasitas Tukar Kation (KTK): KTK merupakan indikator kesuburan tanah. Tanah yang didominasi oleh fraksi liat memiliki KTK tinggi karena memiliki kapasitas pertukaran ion dan memegang air yang tinggi.

3) C-organik: C-organik tanah merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

4) Kadar P2O5 tersedia: Kadar P2O5 tersedia merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

5) N total tanah: N total tanah merupakan salah satu parameter kesuburan tanah.

b. Jenis Kesuburan Tanah

1) Kesuburan Alami atau Bawaan, yaitu Tanah secara alami mengandung semua nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan lain-lain.

2) Kesuburan yang diperoleh, yaitu Tanah tersebut memiliki kesuburan seperti ini karena pada tanahnya diberikan pupuk buatan, pupuk kandang sehingga disebut kesuburan yang diperoleh (Javed, 2022).

(46)

25

c. Faktor-faktor yang memengaruhi kesuburan tanah,

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Berikut adalah beberapa faktor penting yang berkontribusi pada kesuburan tanah:

1) Kandungan Organik: Kandungan bahan organik dalam tanah sangat penting untuk kesuburan tanah. Bahan organik meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan drainase, meningkatkan struktur tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Bahan organik juga berperan dalam membentuk agregat tanah yang baik, meningkatkan sirkulasi udara, dan menyediakan tempat tinggal bagi organisme tanah yang bermanfaat (Itera, 2018).

2) Nutrisi Tanaman: Tanah yang subur menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Nutrisi utama yang diperlukan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), juga dikenal sebagai unsur hara makro. Tanaman juga membutuhkan unsur hara mikro, seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan boron. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan melalui pemupukan yang tepat untuk menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman.

3) pH Tanah: pH tanah mengacu pada tingkat keasaman atau kebasaan tanah. Tanah yang subur biasanya memiliki pH netral hingga sedikit asam (6 hingga 7). Tingkat pH yang tepat

(47)

26

penting untuk ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Penyesuaian pH tanah dengan pengapuran atau pengasaman dapat diperlukan untuk mencapai pH yang optimal bagi tanaman yang akan ditanam.

4) Struktur Tanah: Struktur tanah mempengaruhi drainase air, penetrasi akar, dan aerasi tanah. Tanah yang subur memiliki struktur yang baik dengan agregat yang terbentuk dengan baik.

Agregat memungkinkan ruang pori dan sirkulasi udara yang baik di dalam tanah. Pembentukan struktur tanah yang baik dapat ditingkatkan melalui manajemen organik, penghindaran kompaksi, dan penggunaan bahan organik yang adekuat.

5) Aktivitas Biologi Tanah: Organisme tanah, seperti bakteri, jamur, cacing tanah, dan serangga, berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah. Membantu dalam penguraian bahan organik, siklus nutrisi, dan peningkatan agregasi tanah.

Memelihara keanekaragaman organisme tanah dan menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah dan kesuburan tanah.

(48)

27 2.12. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.9. Penelitian Terdahulu No Nama

Penulis

Artikel Metode Hasil

1. Wisnu Sasongko, Ilham Akbar Safari, dan Kartika Eka Sari (2017)

Konversi Lahan Pertanian Produktif Akibat Pertumbuhan Lahan Terbangun di Kota Sumenep.

Kuantitatif dan

Kualitatif

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara

pertumbuhan luas lahan terbangun dan penurunan luas lahan tidak terbangun. Semakin tinggi

pertumbuhan luas lahan terbangun, maka semakin menyusut luas lahan tidak terbangun yang tersedia. Dari data klasifikasi tutupan lahan terlihat bahwa lahan terbangun mengalami peningkatan luas sekitar 9,15 Ha setiap tahunnya dan sebaliknya lahan tidak terbangun mengalami penurunan luas sekitar 9,15 Ha setiap tahunnya.

2. Novinda Dinaryanti (2014)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Daerah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten Sukoharjo.

Kuantitatif Hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini faktor yang mendorong petani melakukan konversi lahan adalah faktor sosial dan kondisi lahan, dampak sosial terjadinya konversi lahan dapat dilihat dari kondisi hubungan atau interaksi warga, dan kondisi gaya hidup masyarakat sekitar.

Tidak maksimalnya output yang dihasilkan tanaman padi yaitu dikatenakan kondisi lahan di desa Gupit terdapat banyak hama yang menyerang tanaman padi.

3. Safri Mahmud (2011)

Pengaruh Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.

Kualitatif Besarnya pengaruh perubahan penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian terhadap ketahanan pangan di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah rawan sesuai dengan hasil kalkulasi kondisi tingkat ketahanan pangan di Kecamatan Banguntapan. Kebijakan instansi yang berwenang dalam pemberian

(49)

28

ijin lebih selektif dengan Pemberian izin perubahan penggunaan tanah rencana pembangunan perumahan dan pemukimandialokasikan pada tanah non pertanian.

4. Andi Suaema (2022)

Konversi Lahan Sawah Menjadi Lahan Permukiman Di Dusun SP II Desa Cemara Jaya Kecamatan Wasile Kabupaten

Halmahera Timur

Kualitatif Konversi lahan sawah menjadi lahan permukiman yang terjadi di masyarakat desa Cemara Jaya banyak mengatakan dapat

merugikan masyarakat. Banyak hal masyarakat tidak mendukung adanya konversi lahan karena berdampak terhadap tingkat

perekonomian atau pendapatan, dan dapat juga merusak lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.

5. Rianti Ningshi (2018)

Analisis Faktor- Faktor Terjadinya Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Status Pekerjaan Dan Pendapatan Petani Di Desa Krawang Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

kualitatif Dari segi status pekerjaan, alih fungsi lahan pertanian yang

dijadikan kawasan perumahan ( dari pertanian ke non pertanian)

memberikan dampak perubahan terhadap status pekerjaan petani yang telah menjual lahannya.

Kemudian terkait dengan pendapatan, alih fungsi lahan pertanian memberikan dampak yang kurang baik bagi pendapatan petani yang telah menjual lahannya

Kelima penelitian diatas memiliki relefansi pemikiran dengan topik yang sedang dikaji. Kesamaan dari penelitian adalah untuk mengetahui Konversi Lahan Pertanian Produktif. Perbedaan (Nevelty) adalah pada penelitian terdahulu tersebut mengkaji objek mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan mengkaji tentang konversi lahan pertanian produktif menjadi bendungan, namun diperluas lagi dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian

(50)

29

produktif menjadi bendungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan Teknik Analisis Tutupan Lahan, Reduksi Data, dan Analisis Produktivitas.

2.13. Kerangka Berpikir

Gambar 2.10 Kerangka Berpikir Lahan

Produktif

Faktor-Faktor Penyebab Konfersi

Lahan Pertanian

Faktor Penyebab Petani Menjual Lahan

Pembangunan Bendungan

Peta Perubahan Konversi Lahan Pertanian Produktif

Dampak Perubahan Lahan

Produktif

Konversi Lahan Pertanian Produktif Terhadap Pembangunan Bendungan

Napun Gete

(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di Bendungan Napun Gete, Desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka. Ilin Medo merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Waiblama, kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini merupakan satu dari 6 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Waiblama.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

(52)

31 3.1.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian menjelaskan tentang jadwal pelaksanaan penelitian secara terperinci beserta tahapan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode Kualitatif dengan pendekatan dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal terminologi studi kasus (case study) sebagai sebuah jenis penelitian.

Studi kasus diartikan sebagai metode atau strategi dalam penelitian untuk mengungkap kasus tertentu. Pengertian lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu, Jika pengertian pertama lebih mengacu pada strategi penelitian, maka pengertian kedua lebih pada hasil penelitian. Sajian pendek ini diuraikan pengertian yang pertama. Dalam sajian pendek ini diuraikan pengertian yang pertama. Menurut Sugiyono (2018) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen, teknik pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna. Metode penelitian Kualitatif bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan fenomena atau obyek penelitian melalui aktivitas sosial, sikap dan persepsi orang secara individu atau kelompok (Creswell, 2013).

(53)

32

Analisis Temporal yaitu, Membandingkan data peta dari waktu ke waktu untuk melihat perubahan yang terjadi, seperti perkembangan wilayah perkotaan atau perubahan iklim. Analisis temporal dapat digunakan bersamaan dengan analisis tutupan lahan. Kedua jenis analisis ini saling melengkapi, terutama dalam studi perubahan lingkungan atau perencanaan tata ruang. Dengan menggunakan data geospasial dari beberapa periode, analisis temporal dan tutupan lahan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai dinamika penggunaan lahan, serta membantu pengambil keputusan untuk membuat kebijakan yang lebih baik. (Latue, 2023)

3.3. Subyek dan Objek Penelitian 3.3.1. Subjek Penelitian

Menurut Muh. Fitrah dan Luthfiyah (2017) Subyek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena data tentang variabel yang diamati diperoleh dari subjek tersebut. Penelitian kualitatif menggunakan istilah informan untuk merujuk pada responden atau subjek penelitian. Informan adalah orang yang memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. (Dinigrum, 2020). Subjek penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Ilin Medo yang lahan produktifnya di gusur.

(54)

33 3.3.2. Objek Penelitian

Menurut Mukhtazar, (2020) Objek penelitian adalah apa yang akan diselidiki selama kegiatan penelitian. Hakikatnya adalah topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian, yakni isu problem, atau permasalahan yang dibahas, dikaji, diteliti dalam riset. Definisi tersebut menunjukkan bahwa objek penelitian memiliki cakupan yang luas selama masih berhubungan dengan topik penelitian. Objek penelitian ini adalah Konversi Lahan Pertanian Akibat Pembangunan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo Kecamatan Waiblama Kabupaten Sikka.

3.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Sumber

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Data Primer

Menurut Sugiyono Data Primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dari responden masyarakat Desa Ilin Medo.

b) Data Sekunder

Menurut Sugiyono 2018, Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen dalam hal ini yaitu berupa informasi jenis pekerjaan masyarakat sebelum pembangunan bendungan Napun Gete yang di peroleh dari Kantor Desa Ilin Medo.

(55)

34 3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis melakukan observasi dilapangan untuk mengamati hal- hal yang terjadi di lapangan yang sesuai dengan rumusan masalah. Observasi dilaksanakan penulis untuk memperoleh beberapa data dan dilanjutkan dengan wawancara untuk memperoleh data yang lebih banyak dan valid.

1) Observasi

Menurut Sugiyono ( 2018 ) Observasi adalah metode pengumpulan data yang memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan teknik lainnya. Teknik ini tidak hanya berfokus pada manusia, tetapi juga mencakup objek alam lainnya. Melalui observasi, peneliti dapat memahami perilaku dan makna tersebut. (Fairas f, 2018). Penelitian ini mengamati perubahan mata pencaharian, kesempatan kerja, dan interaksi sosial masyarakat di Desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka.

Observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai kondisi umum desa dan masyarakat Ilin Medo, serta situasi-situasi yang berkaitan dengan topik. Digunakan beberapa hal untuk mempermudah observasi, seperti catatan-catatan kecil, alat elektronik seperti kamera. Teknik observasi ini dilaksanakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dalam kurun waktu yang cukup lama.

(56)

35 2) Interview (wawancara)

Wawancara menjadi metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Melibatkan komunikasi dua arah untuk mendapatkan informasi dari informan yang relevan. Menurut Yusuf (2014) Wawancara adalah interaksi antara pewawancara dan narasumber secara langsung, di mana pewawancara mengajukan pertanyaan langsung mengenai objek penelitian. Peneliti memilih menggunakan wawancara bebas terpimpin.

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademilk dan seni yang telah ada (Sugiyono,2017). Penelitian ini mencakup dokumentasi berupa foto penelitian dan dokumentasi terhadap dokumen yang terkait dengan pembangunan Bendungan Napun Gete di Desa Ilin Medo.

3.5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Baba, 2017). Analisis data kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu dari

Gambar

Gambar 2.10 Kerangka Berpikir  Lahan
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.5 Komponen Dalam Analisis Data
Gambar 3.6 Skema Alur Penelitian   Dokumen  Masyarakat  1. Kantor camat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh konversi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan nilai lahan (land value) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai lahan (land value) di Kota Padang

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan fungsi lahan di kelurahan tuatunu (2) menganalisis dampak perubahan fungsi

Gambar 8 Peta kesesuaian lahan aktual untuk jeruk di Kabupaten Tapin.. Gambar 9 Peta kesesuaian lahan potensial untuk jeruk di

Menurut Ilham, et al (2001) faktor yang mempengaruhi konversi lahan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor ekonomi keuntungan yang akan didapat dalam menjual lahan

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konversi lahan pertanian, pola spasial konversi lahan pertanian, serta keterkaitan pola konversi lahan

Tujuan • Untuk mengetahui distribusi, pola dan luas perubahan penggunaan lahan sawah di Kabupaten Bantul • Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan

Analisis konversi lahan dan faktor penentu di Kabupaten Gowa periode 1998-2016, serta dinamika perubahan penggunaan