BAB II TINJAUAN PUSTAKA
E. Pegadaian Syariah
25DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn serta Buku 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab XIII tentang Rahn pasal 343, bahwa murtahin selaku peneriman harta gadai mempunyai hak untuk menahan marhun sampai semua utang râhin dilunasi.
Oleh sebab itu, apabila barang jaminan telah dikuasai oleh murtahin selaku pemberi utang maka akad rahn bersifat mengikatserta tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh râhin.
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Perusahaan umum pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum gadai. Gadai dalam fiqh disebut rahn, yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara‟ artinya menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil sebagai tebusan. Dalam defenisinya rahn adalah barang yang digadaikan. Rahin adalah orang yang menggadaikan.
Pegadaian syari‟ah adalah pegadaian yang dalam menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syari‟ah. Payung gadai syari‟ah dalm hal pemenuhan prinsip-prinsip syari‟ah berpegang pada fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
2. Ketentuan Hukum Gadai Syari‟ah Rukun gadai ;
1. Adanya ijab dan qabul.
2. Adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang menerima gadai (murtahin).
3. Adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta.
4. Adanya utang (marhun bih).
Syarat sah gadai yaitu :
1. Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti kelayakan seserang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai.
2. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu.
3. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn tidak sah.
4. Barang (marhun) dengan syarat harus bisa diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari‟ah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya.
Menurut fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 gadai emas syari‟ah harus memenuhi ketentuan umum berikut :
1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn.
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahn).
3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata- nyata diperlukan.
4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah.
Pada dasarnya pegadaian syari‟ah berjalan di atas dua akad transaksi syari‟ah yaitu :
1. Akad Rahn.
Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri melelui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.
3. Tujuan Pegadaian
Tujuan dari Perum Pegadaian adalah sebagai berikut :
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hukum gadai.
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syari‟ah memiliki efek jaring pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.
4. Tugas Pokok Pegadaian.
Tugas pokok pegadaian yaitu sebagai berikut :
1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan uasha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi.
2. Memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.
Adapun Fungsi Pokok Pegadaian yaitu:
1. Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat.
2. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat.
3. Mengelola keuangan perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.
4. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian. Dan melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian.
Adapun Jenis-jenis barang yang dapat digadaikan dan tidak dapat digadaikan yaitu:
a. Jenis barang yang dapat digadaikan yaitu:
1. Barang perhiasan.
Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina , intan, mutiara dan batu mulia.
2. Kendaraan.
Mobil, sepeda motor, sepeda, becak, bajai, dan lain-lain.
3. Barang elektronik.
Kamera, lemari es, freezer, radio, tape recorder, video player, televisi, komputer, laptop, handphone, dan lain-lain
4. Barang rumah tangga.
Perlengkapan dapur, peralatan makan dan lain-lain.
5. Mesin-mesin.
Mesin jahit dan mesin kapal motor.
5. Tekstil
Pakaian, permadani atau kain batik/sarung.
6. Barang lain yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian seperti surat- surat berharga baik dalam bentuk saham, obligasi, maupun surat-surat berharga.
b. Jenis barang yang tidak dapat digadaikan.
1. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyipanan khusus dan memerlukan cara pemeliharaan khusus.
2. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak.
3. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian.
4. Barang yang cepat rusak, busuk atau susut.
5. Barang yang amat kotor.
6. Kendaraan yang sangat besar.
7. Barang-barang seni yang sulit ditaksir.
8. Barang yang sangat mudah terbakar.
9. Senjata api, amunisi dan mesiu.
10. Barang yang disewabelikan.
11. Barang milik pemerintah.
12. Barang ilegal.
Adapun Kegiatan Usaha Pegadaian yaitu, mempunyai kegiatan usaha antara lain, sebagai berikut:
1. Penghimpunan dana.
Dana yang diperoleh oleh Perum Pegadaian untuk melekukan kegiatan usahanya berasal dari:
a. Pinjaman jangka pendek dari Perbankan.
b. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya.
c. Penerbitan obligasi.
d. Modal sendiri.
2. Penggunaan dana.
Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai kegiatan usaha perum Pegadaian.
Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal berikut ini : a. Uang kas dan likuid lain.
b. Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris.
c. Pendanaan kegiatan operasional.
d. Penyaluran dana.
Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan uatamanya. Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat menghasilkan penerimaan dari bunga yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam menghasilkan keuntungan.
Kelebihan dana yang belum diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional maupun penyaluran dana belum dapat disalurkan kepada masyarakat, daat ditanam dalam berbagai macam bentuk investasi jangka pendek dan menengah. Investasi ini dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian, namun penerimaan ini bukan merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh Perum Pegadaian.
1. Produk dan jasa perum pegadaian.
Produk dan jasa yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat meliputi sebagai berikut :
a. Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Penaksiran nilai barang.
Pinjaman atas dasar hukum gadai mensyaratkan penyerahan barang sebagai jaminan pada loket yang telah ditentukan penentuan harga pada kantor pegadaian setempat. Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir.
Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan barang-barang yang akan digadaikan. Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang dapat sesuai dengan nilai yang sebenarnya.
Pedoman penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah sebagai berikut :
a. Barang Kantong a). Emas
- Petugas penaksir melihat harga pasar pusat (HPP) dan standar taksiran logam yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat.
- Petugas Penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.
- Petugas menaksir melakukan nilai taksiran.
b). Permata.
- Petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada.
- Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan berat permata.
- Petugas penaksir melakukan nilai taksiran.
b. Barang Gudang (mobil, mesin, barang elektonik, tekstil dll)
1. Petugas penaksir melihat harga pasar setempat (HPS) dari barang.
2. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi.
3. Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan setelah dikalikan dengan persentase tertentu.
c. Penitipan barang
Jasa lainnya yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian adalah penitipan barang. Masyarakat menitipkan barang di Pegadaian pada dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi masyarakat yang akan meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama. Atas jasa penitipan yang diberikan, Perum Pegadaian memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos penitipan.
d. Jasa lainnya
Usaha lain yang dilakukan oleh Perum Pegadaian adalah sebagai berikut:
a. Melayani jasa taksiran, bagi masyarakat yang ingin menaksir berapanilai riil barang-barang berharga miliknaya seperti, emas, intan, berlian, dan lainnya.
b. Melayani jasa penitipan barang, bagi masyarakat yang ingin menitipkan barang-barang berharga lainnya.
c. Memberikan kredit, terutama bagi karyawan yang mempunyai penghasilan tetap.
d. Ikut serta dalam usaha tertentu bekerja sama dengan pihak ketiga.
Sejauh ini, perum pegadaian menerbitkan produk pegadaian syari‟ah.
Produk pegadaian yang diterbitkan oleh Perum Pegadaian, antara lain :
1. Gadai Syari‟ah (rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syari‟ah, dimana nasabah hanya akan dibebankan biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).
2. ARRUM ; (Ar-Rahn untuk Usaha Mikro Kecil) merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk pengembangan usaha dengan berprinsip syari‟ah.
Adapun manfaat pegadaian antara lain : 1. Bagi nasabah.
Tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayan/kredit perbankan.
Disamping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi perusahaan pegadaian :
a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkanoleh peminjam dana.
b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah yang memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syari‟ah yang mengeluarkan produk gadai syari‟ah dapat mendapat kuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.
c. Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.
d. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk:
a. Dana pembangunan semesta (55%).
b. Cadangan umum (20%).
c. Cadangan tujuan (5%).
d. Dana sosial (20%).
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, Perum Pegadaian memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut :
a). Modal sendiri.
b). Penyertaan modal pemerintah.
c). Pinjaman jangka pendek dari perbankan.
d). Pinjaman jangka panjang yang berasal dari Kredit Lunak Bank Indonesia.
e). Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi.
F. Hubungan Evaluasi Implementasi Sistem Gadai Sayariah dengan Akad Murabahah dan Rahn.
Adapun hubungan keseluruhan adalah sistem gadai syariah yang diberlakukan oleh pegadaian yaitu sistem mudarabah dan rahn, kedua sistem pelaksanaannya akan digambarkan oleh perusahaan. Selanjutnya memastikan proses pelaksanaan implementasi dari ke dua sistem tersebut sudah terlaksana
dengan baik dan benar atau sebaliknya. Sehingga antara evaluasi dan implementasi dari kedua sistem saling terkait antara satu dan yang lain.
Proses pelaksanaan implementasi pada perjaanjian murabahah yaitu pegadaian syariah membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu keuntungan.
Dengan kata lain, penjualan barang oleh pegadaian syariah kepada nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit (Sutan Remi Sjahdeni, 2005:65), masih perlu perhatian mengenai pemahaman akad dimana menurut Muhammad Hasbi as- Shiddiqi (2008:23), akad dapat diartikan sebagai pengaitan ucapan salah seorang yangmelakukan akad dengan yang lainnya secara syara‟ pada segi yang tampak danberdampak pada obyeknya, sehingga akad merupakan salah satu sebab peralihan harta yang ditetapkan syara‟yang karenanya timbul beberapa hukum berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.
Sedangkan untuk proses implementasi rahn Menjadikan sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian dari barang tersebut. Informasi akuntansi sangat di butuhkan dalam proses pelaksanaan implementasi diatas, hal ini di sebabkan karena baik nasabah maupun perusahaan tersebut memerlukan adanya acuan yang dapat mereka gunakan untuk memprediksi hal-hal apa saja yang harus di lakukan ke depan. ”Akuntansi sebagai proses mengidentifikasian, pengukuran, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi
mereka yang menggunakan informasi tersebut” (American Accounting Association dalam Soemarso, 2004:3). Dalam pembacaan tersebut juga di butuhkan adanya tindak evaluasi agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan yang kemudian akan merugikan perusahaan dan nasabah dapat di perbaikiadapun menurut Crawford, (2000; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan, memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil, mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan, memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Dan pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis. Untuk itu hubungan antara implementasi dan evaluasi sangat di perlukan agar dapat meningkatkan kepuasan nasabah serta dapat meningkatkan profit perusahaan.
Terutama pada pengaplikasian dari sistem gadai syariah dengan menggunakan akad murabahah dan rahn.
G. Kerangka Pikir
Permasalahan mendasar perum pegadain syariah cabang sungguminasa yaitu menggunakan dua akad yaitu akad mudharabah dan akad rahn sehingga menimbulkan adanya ketidak pastian dalam penggunaan akad. Keadaan tersebut juga menimbulkan adanya kekacauan dalam transaksi serta proses pelaksanaan akad tidak sepenuhnya di pahami oleh nasabah karena beberapa aturan di buat oleh pegawai pegadaian itu sendiri. Sehingga dengan melihat proses impementasi
diatas perlu dilakukan evaluasai terhadap seluruh prosedur yang berlaku dengan melakukan audit, kemudian hasil dari evaluasi akan di kembalikan kepada perusahaan untuk di tindak lanjuti. Untuk lebih jelasnya adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Penelitian