• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pegertian perenialisma

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner‘s Dictionary of Current English diartikan sebagai

―continuing throughout the whole year‖ atau ―lasting for a very long time‖

– abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah

aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi1.

Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini perenialism memberikan jalan keluar berupa ―kembali kepada kebudayaan masa lampau‖ regresive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampauyang dianggap cukup ideal yang telah teruji ketangguhan nya.

Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah supremasi gereja katolik. Dengan orientasipada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas – dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.2

Istilah philosophic perennis (filsafat keabadian) barangkali digunakan untuk pertama kalinya di dunia Barat olehAugustinus Steuchus sebagai judul karyanya De Perenni Philosophia yang diterbitkan pada tahun 1540.3 Istilah tersebut dimasyhurkan oleh Leibniz dalam sepucuk surat yang ditulis pada 1715 yang menegaskan pencarian jejak-jejak kebenaran di kalangan para filosof kuno dan tentang pemisahan yang

1 Drs. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (jakarta): penerbit BUMI AKSARA, 2008, hal 27.

2 Ibid. hlm 128

3 Lihat pengantar Sayyed Hossein Nasr dalam buku Frithjof Schuon, Islam dan Filsafat

Perenial, hlm. 7

terang dari yang gelap, sebenarnya itulah yang dimaksud dengan filsafat perennial.4

Sebagaimana diungkapkan oleh Leibniz filsafat perenial merupakan metafisika yang mengakui realitas ilahi yang substansial bagi dunia benda- benda, hidup dan pikiran ; merupakan psikologi yang menemukan sesuatu yang sama di dalam jiwa dan bahkan identik dengan realitas ilahi. Unsur- unsur filsafat perenial dapat ditemukan pada tradisi bangsa primitif dalam setiap agama dunia dan pada bentuk-bentuk yang berkembang secara penuh pada setiap hal dari agama-agama yang lebih tinggi.5Istilah perenial biasanya muncul dalam wacana filsafat agama dimana agenda yang dibicarakan adalah pertama, tentang Tuhan, wujud yang absolut, sumber dari sagala sumber. Kedua, membahas fenomena pluralisme agama secara kritis dan kontemplatif. Ketiga, berusaha menelusuri akar-akar religiusitas seseorang atau kelompok melalui simbol-simbol serta pengalaman keberagamaan.

Ada perbedaan pandangan diantara para tokoh berkenaan dengan awal kemunculan filsafat perenial. Satu pendapat mengatakan bahwa istilah filsafat perenial berasal dari Leibniz, karena istilah itu digunakan dalam surat untuk temannya Remundo tertanggal 26 Agustus 1714, meskipun demikian Leibniz tidak pernah menerapkan istilah tersebut

4 Komaruddin hidayat dan Muhammad Wahyuni Nafis. (2003), Agama Masa Depan Perspektif Filsafat Perenial (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm 39

5 Arqom Kuswanjono, (2006). Ketuhanan Dalam Telaah Filsafat Perenial Perenial : Refleksi Pluralisme Agama Di Indonesia, (Yogyakarta : Badan Penerbitan Filsafat UGM, hlm.10

sebagai nama terhadap sistem filsafat siapapun termasuk sistem filsafatnya sendiri.

Kemudian pada pertengahan abad ini (1948) Adolf Huxley mempopulerkan istilah filsafat perenial tersebut dengan menulis buku yang diberi judul The Perennial Philosophi.6 Pandangan lain yang menyangkal pendapat ini telah menunjukkan bukti bahwa jauh sebelum tanggal tersebut Augustino Steucho (1490-1518) telah menerbitkan sebuah buku yang diberi judul ―De Perenni Philosophia‖ pada tahun 1540. Buku tersebut merupakan upaya untuk mensintesiskan antara filsafat, agama, dan sejarah berangkat dari sebuah tradisi filsafat yang sudah mapan. Karya Steuchus De Perenni Philosophia telah mempengaruhi banyak orang, antara lain Ficino dan Pico. Bagi Ficino, filsafat perenial disebutnya sebagai filsafat kuno yang antik (philosophia priscorium) atau prisca theologi, yang berarti filsafat atau teologi kuno yang terhormat7.

Steuco menggunakan istilah perenniuntuk menyebut sistemnya sendiri yang sudah mapan dan kompleks. Dalam konteks ini istilah perenial dapat dipahami dalam dua arti : pertama, sebagai suatu nama darisuatu tradisi filsafat tertentu, kedua, sebagai sifat yang menunjuk pada filsafat yang memiliki keabadian ajaran, apapun namanya.8

Namun jika dilihat dari segi makna, sebenarnya jauh sebelum Steuchus atau Leibniz, agama hindu telah membicarakannya dalam istilah yang disebut Sanatana Darma. Demikian juga di kalangan kaum Muslim,

6 Aldous Huxley, Filsafat Perennial, (2001).Terjemah : Ali Nur Zaman, ( Yogyakarta : Qolam,). Hlm. 4

7 Qamarudin Hidayat ibid. 41

8 Ibid. 43

mereka telah menganalnya lewat karya ibnu Miskawaih (932-1030), al- Hikmah al-Khalidah yang telah begitu panjang lebar membicarakan filsafat perenial. Dalam buku itu, Miskawaih banyak membicarakan pemikiran- pemikiran dan tulisan-tulisan orangorang suci dan para filosof, termasuk di dalamnya mereka yang berasal dari Persia Kuno, India, dan Romawi.9

Meminjam istilah Sayyed Hussein Nasr, filsafat perennial juga bisa disebut sebagi tradisi dalam pengertian al-din, al-sunnah danal-silsilah. Al- din dimaksud adalah sebagai agama yang meliputi semua aspek dan percabangannya. Disebut al-sunnah karena perennial mendasarkan segala sesuatu atas model-model sacral yang sudah menjadi kebiasan turun- temurun di kalangan masyarakat tradisional. Disebut al-silsilah karena perennial juga merupakan rantai yang mengaitkan setiap periode, episode atau tahap kehidupan dan pemikiran di dunia tradisional kepada sumber segala sesuatu, seperti terlihat secara jelas dalam dunia tasawuf. Dengan demikian filsafat perenial adalah tradisi yang bukan dalam pengertian mitologi yang sudah kuno yang hanya berlaku bagi suatu masa kanak- kanak, melainkan merupakan sebuah pengetahuan yang benar-benar riil.10