BAB IX PENUTUP
2.3.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sidoarjo berupaya penuh dalam pelaksanaan pengembangan jaringan jalan sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat segera terlaksana. Pada tahun 2017, rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo adalah 0,51 yakni jalan Kabupaten Sidoarjo sepanjang 1.689.290 meter melayani jumlah penduduk sebesar 3.342.627 orang.
Jalan dianggap dalam kondisi baik jika masih dapat dimanfaatkan secara optimal dan belum membutuhkan perbaikan yang mendasar. Untuk meningkatkan dan mempertahankan infrastruktur jalan dalam kondisi baik sebagai pendukung sarana transportasi dan peningkatan aksesibilitas kawasan perlu dilakukan upaya pembangunan dan pemeliharaan jalan Kabupaten serta mengoptimalkan jalan yang mengalami bottle-neck di Kabupaten Sidoarjo yang terintegrasi dengan jaringan jalan regional dan nasional. Salah satu upaya Pemerintah dalam pemenuhan standar pelayanan minimal atas pembangunan fisik penunjang perekonomian adalah melakukan pemeliharaan untuk menjaga kondisi jalan dalam kondisi mantap.
Gambar. 2.43. Perkembangan Jalan Mantap Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 - 2020
Sumber: Dinas PU BM dan SDA Kabupaten Sidoarjo, 2020
Berdasarkan Gambar 2.38. diperoleh persentase bahwa kondisi jalan
mengalami penurunan menjadi 93,06% di tahun 2018, tahun 2019 kembali naik menjadi 93,43% dan Kembali turun ke tingkat 92,31% pada tahun 2020.
Beberapa kondisi jalan kondisi mantap di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo lebih besar bila dibandingkan jalan tidak mantap. Rata- rata kondisi mantap di beberapa kecamatan di Kabupaten Sidoarjo memiliki nilai 90% lebih. Lihat gambar 2.44.
Gambar 2.44. Perbandingan Kondisi Jalan Mantap dan Jalan Tidak Mantap di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020
Sumber: Dinas PUBM dan SDA Kabupaten Sidoarjo, 2020 96,8
97,49 95,41 92,69
96,72 94,06 86,07
93,92 99,72 93,44
96,06 91,56 90,67
100 93,59 92,81
98,94 95,41
3,2 2,51 4,59 7,31
3,28 5,94 13,93
6,08 0,28 6,56
3,94 8,44 9,33
0 6,41 7,19
1,06 4,59
75 80 85 90 95 100 105
Balong Bendo Krian Taman Sukodono Waru Gedangan Sedati Candi Wonoayu Tarik Tulangan Krembung Prambon Porong Tanggulangin Jabon Sidoarjo Buduran
Mantap Tidak Mantap
Kecamatan Sedati memiliki prosentase jalan mantap yang paling kecil, yaitu 86,07%, kemudian disusul kecamatan Prambon sebesar 90,67%.
Hal ini disebabkan karena ekskalasi angkutan berat cukup tinggi di kedua kecamatan tersebut.
Gambar 2.45. Jumlah Bangunan ber-IMB (%) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-2020
Sumber: Dinas Perkim CKTR Sidoarjo, 2020
Berdasarkan Gambar 2.40. terjadi peningkatan jumlah bangunan berIMB dari tahun ke tahun. Peningkatan ini terjadi disebabkan karena adanya kesadaran masyarakat akan perijinan bangunan, ketentuan yang mengharuskan bangunan ber-IMB untuk pengajuan ke bank serta kemudahan pelayanan perijinan berbasis IT. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan jumlah bangunan ber-IMB antara lain masih banyak pengajuan IMB yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan dan juga karena perkembangan pertumbuhan bangunan tidak sejalan. Jumlah bangunan ber- IMB di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2016 hingga 2020 terus meningkat, pada tahun 2016 sebesar 60.05% dan menjadi 61.96% pada tahun 2020.
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten dan rencana rincinya menjadi dasar untuk penerbitan perizinan pemanfaatan ruang dan administrasi pertanahan. Penerbitan perizinan pemanfaatan ruang berupa Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) yang merupakan salah satu bentuk upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten. Berdasarkan jenisnya, terdapat 3 (tiga) jenis IMB yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yaitu IMB rumah tinggal, IMB non rumah tinggal serta IMB Reklame.
Tabel 2.18. Presentasi Capaian Fasilitasi Pertanahan dan Pengadaan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017-2020
Indikator TAHUN
2017 2018 2019 2020 Prosentase Terfasilitasinya pertanahan dan
Pengadaan Tanah sesuai Prosedur (%) 100 100 100 100 Sumber: Dinas Perkim CKTR Sidoarjo, 2020
Penanganan permasalahan pertanahan dan pengadaan tanah sesuai prosedur yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo dari tahun ket ahun antara tahun 2017 hingga tahun 2020 selalu konsisten diangka 100%.
Ditinjau dari daerah genangan (daerah banjir) menunjukkan bahwa di Kabupaten Sidoarjo sebelah Barat pada umumnya tidak pernah tergenang, hal ini disebabkan karena wilayah Barat merupakan daerah yang relatif lebih tinggi dibanding daerah lain. Sedangkan wilayah Tengah merupakan daerah yang jarang tergenang. Daerah yang drainasenya tergenang periodik dan tergenang terus menerus lokasinya tersebar sporadis di daerah pesisir Timur Kabupaten Sidoarjo. Penanganan luas genangan atau banjir dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun ini masih berada di bawah target yang ditentukan.
Sedangkan sistem irigasi di Kabupaten Sidoarjo dikenal dengan nama Sistem Irigasi Delta Brantas. Pemberian air irigasi pada sistem irigasi ini dilakukan dengan cara rotasi yang dikenal dengan sistem golongan. Hal ini dikarenakan kebutuhan air irigasi tidak dapat dicukupi untuk semua lahan dalam waktu yang sama sehingga dilakukan rotasi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 2.19 di bawah ini:
Tabel 2.19. Presentasi Kecukupan Irigasi dan Luasan Genangan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-2020
INDIKATOR KINERJA
2016 2017 2018 2019 2020
T R T R T R T R T R
Prosentase kecukupan
kebutuhan air irigasi 82,00 73,80 82,00 72,00 84,00 74,00 85,00 83,00 86,00 85,40 Prosentase luasan
genangan/banjir
tertangani 60,00 41,70 60,00 44,00 64,00 50,00 65,00 53,00 67,00 61,61
Kondisi existing badan air atau sungai di Kabupaten Sidoarjo berupa saluran pembawa (primer dan sekunder) dan saluran pembuang (Afvoer). Kabupaten Sidoarjo memiliki 2 saluran pembawa primer dan 46 saluran pembawa sekunder serta 47 saluran pembuang (Afvoer). Menurut penggunaannya, saluran-saluran tersebut berfungsi untuk irigasi pada kegiatan pertanian serta sebagai air baku air minum.
Dari tabel 2.19 di atas, nampak bahwa perkembangan persentase tingkat capaian atau kecukupan kebutuhan air untuk irigasi selama kurun waktu tersebut walaupun sempat turun pada tahun 2017 namun selalu meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu ; 73,80% (2016), 72% (2017), 74% (2018), 83% (2019), dan 85,40% (2020). Dengan kata lain bahwa dari seluruh kebutuhan air untuk irigasi di Kabupaten Sidoarjo selama kurun waktu lima tahun terakhir (2016 – 2020) rata – rata hanya tercukupi/terpenuhi sebesar 77,64%. Disamping itu dari tabel 2.19 diatas luasan daerah/area genangan yang tertangani masih sangat rendah, yaitu berkisar antara 41,7%
sampai dengan 61,61% dari seluruh luasan genangan yang terjadi. Luasan genangan yang ditangani hanya di areal pertanian dan permukiman.
Tabel 2.20 Luas Area Genangan Tertangani Tahun 2016 – 2020
Penurunan luas genangan di permukiman relatif lambat, sehingga masih diperlukan penataan secara komprehensif. Hal tersebut karena belum optimalnya sistem pengendalian genangan/banjir di perkotaan/ pemukiman.
Selain itu juga karena kurangnya kesadaran masyarakat sekitar saluran yaitu sering menjadikan saluran sebagai tempat sampah. Pemahaman yang kurang tepat tersebut berdampak pada terjadinya hambatan aliran akibat penumpukan sampah di saluran / sungai, sehingga pada saat terjadi curah hujan yang tinggi terjadi luapan air karena badan saluran tidak mampu menampung debit yang ada
Secara umum kondisi daya tampung sungai berkurang secara vertikal (sedimentasi) sementara penambahan tampungan secara horisontal (pelebaran dan pemanfaatan sempadan) sulit dilakukan. Upaya normalisasi cukup efektif mengurangi resiko banjir di beberapa lokasi sungai. Normalisasi sungai di Kabupaten Sidoarjo merupakan aktivitas penting sebagai upaya untuk penanggulangan banjir.
Sedangkan normalisasi sungai di Kabupaten Sidoarjo merupakan aktivitas penting karena sebagai uoaya untuk penanggulangan bencana banjir.
Data normalisasi sungai selama tahun 2018 hingga tahun 2020 tergambar dalam peta berikut:
2016 2017 2018 2019 2020
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Pertanian 509 490 405 471 523
2 Permukiman 90 82 68 52 82
599 572 473 523 605
41,70
44,00 50,00 53,00 61,61
Sumber : Dinas PUBMSDA
Lokasi No
Jumlah Persentase
Gambar 2.46. Peta Kegiatan Pemeliharaan (Lellang) Sumber Daya Air Kabupaten Sidoarjo Tahun 2018-2020
Sumber: Dinas PUBM SDA, 2020
Tabel 2.21. Data Normalisasi Sungai Kabupaten Sidoarjo
NO LOKASI TAHUN
1 Afvour Bangepuk Kec. Candi 2018
2 Afvour Kedunguling Desa Grabagan Kec, Tulangan 2018 3 Afvour Kedungan Kec, Tanggulangin 2018
4 Afvour Buduran Kec. Buduran 2018
5 Afvour Buntung Kec. Taman 2018
6 Afvour Sidokare Kec. Sidoarjo 2019
7 Afvour Kedunguling Desa Gebang Kec, Sidoarjo 2019
8 Afvour Golondoro Kec. Jabon 2019
9 Afvour Semampir Kec. Sedati 2019
10 Afvour Krembung II Kec. Porong 2019
11 Saluran Primer Mangetan Kanal, Kec. Sedati 2019 12 Saluran Primer Mangetan Kanal, Kec. Sukodono 2020 Sumber: Dinas PUBM SDA, 2020
Beradasarkan data di atas diketahui bahwa normalisasi yang telah dilakukan sebagaimana terdapat dalam tabel di atas. Normalisasi tersebut difokuskan dibeberapa titik yang memiliki dampak terhadap bencana banjir disekitarnya, sedangkan tahap selanjutnya akan diarahkan pada saluran lain yang memiliki dampak lebih kecil.
Hasil evaluasi rencana pembangunan terhadap RTRW di Kabupaten Sidoarjo tahun 2020 termasuk dalam klasifikasi tingkat kesesuaian tinggi dengan nilai sebesar 86,11%. Hasil tersebut merupakan pencapaian yang sangat baik sehingga untuk kegiatan selanjutnya perlu menjaga kesesuaian kualitas pemanfaatan ruang dengan memantapkan program-program pemanfataan ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Lebih lengkapnya tersaji dalam gambar 2.47 di bawah ini:
Gambar 2.47. Persentase Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan RTRW Tahun 2020
Sumber: Dinas Perkim CKTR Sidoarjo, 2020