• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Hasil penelitian

3.4 Pemahaman Keluarga Yang Berduka Terhadap Osong Dan Manfaatnya.28

Osong merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat desa tenete.

Osong ini merupakan bagian dari adat kematian Sang ilan batu yang dilakukan oleh keluarga yang mampu memenuhi syarat yang ada. 70 Osong adalah doa yang dilantunkan dalam bentuk lagu yang tentunya tidak bertentangan dengan agama masyarakat. Saat lagu ini dinyanyikan, keluarga yang berduka merasakan ketulusan, ketenangan dan kegembiraan. Namun, tak bisa dipungkiri rasa sedih masih membekas di hati keluarga yang berduka.71 Melalui syair osong ini, keluarga yang berduka merasa ketenangan dan ketulusan. Lagu itu sangat menyentuh hati keluarga yang sedang berduka. Ini karena cara menyanyikan lagunya sangat bagus dan penuh perasaan. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh aparat Bululondong merupakan bahasa yang sesuai dengan konteks keluarga yang sedang berduka.72 Selanjutnya dalam ritual kedukaan suku to ala’, terdapat osong kerbau, dalam kegiatan ini keluarga berdukacita mengorbankan hewan kerbau sebagai tanda kecintaan keluarga yang berdukacita kepada almarhum. Melalui persembahan ini keluarga merasakan sukacita dan kelegaan karena masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu yang baik kepada almarhum walaupun sudah meninggal.73 Beberapa narasumber yang penulis wawancarai mengemukakan

69 Wawancara Dengan Jumardin Limpalo. Tanggal 27 September 2022 Via Chat Whatshaap.

70 Wawancara dengan Baruppu, 8 maret 2023, pukul 15.49 WIB

71 Wawancara dengan salni, 8 maret 2023, pukul 19.40 WIB.

72 Wawancara dengan Baruppu, 8 maret 2023, pukul 15.49 WIB.

73 Wawancara dengan salni, 8 maret 2023, pukul 19.40 WIB.

28

bahwa nyanyian osong ini membuat keluarga yang berdukacita untuk semakin sadar dan paham bahwa hidup manusia akan kembali kepada penciptanya dan manusiawi ketika keluarga merasakan kedukaan atas kepergian orang yang dicintainya. Sebagai keluarga yang berdukacita, mereka paham bahwa tanggung jawab manusia saat ini adalah tetap melanjutkan hidup bersama sang pencipta.74 3.5. Tahapan prosesi ritual osong dalam kematian to ala’.

Dalam ritual osong dalam kematian to ala’, ada beberapa tahapan prosesi yang harus dilakukan yang kemudian dalam tahapan tersebut terdapat ritual adat osong, diantaranya adalah prosesi allo Pangangkaran atau ma'joja sala, allo ma'joja tungka, allo pa'pala'daran dan ma'joja 'paleling tedong, allo pawawaan atau pa'kaburusan dan terakhir allo pasisiran.75 Dengan kata lain, dalam pemakaman masyarakat to ala' tidak jarang osong ini dinyanyikan dalam setiap prosesi dan tentunya mengandung makna.

3.5.1. Tahapan Allo Pangangkaran atau ma'joja sala.

Allo Pangangkaran atau ma'joja sala adalah hari dimana jenazah masih berada di dalam ruangan kamar, kemudian petugas adat Bululondong atau orang yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan adat, melantunkan lagu osong.

Setelah petugas adat Bululondong menyanyikan osong tersebut, jenazah kemudian diangkat keluar dari ruangan kamar dan dimasukkan ke dalam peti jenazah yang telah disediakan oleh keluarga. Selanjutnya, peti diangkat ke atas saringan kemudian diangkat lagi di atas lakkean (wadah yang bentuknya seperti tempat tidur). Setelah itu, petugas adat Bululondong kembali melantunkan osong.76 Dengan kata lain, dalam prosesi Allo Pangangkaran atau ma'joja sala ini, osong dinyanyikan dua kali oleh petugas adat bululondong. Pertama saat jenazah masih terbaring di tempat tidur di kamar. Kedua, saat jenazah telah dipindahkan ke lakkean (wadah yang bentuknya seperti tempat tidur).

74 Wawancara dengan Baruppu, 8 maret 2023, pukul 15.49 WIB.

75 Wawancara Dengan Juni Maranden (Pong Titin), Tanggal 26 September 2022 Via Telepon Whatshaap.

76 Wawancara Dengan Juni Maranden (Pong Titin), Tanggal 26 September 2022 Via Telepon Whatshaap

29 3.5.2 Tahapan Allo ma'joja tungka.

Allo ma'joja tungka adalah hari dimana keluarga yang berduka menerima tamu atau ma'tarima rombongan yang diadakan hingga pada sore hari. Kemudian, dalam prosesi ini, keluarga juga bersiap memasuki adat Mangroto. Mangroto adalah prosesi dimana pemegang adat melakukan mangrosi' (menghitung jumlah hewan kerbau yang dikorbankan oleh keluarga yang meninggal) kemudian masuk ke dalam adat ma'ganti (memberikan gelar baru kepada almarhum yang kemudian diumumkan kepada keluarga dan masyarakat yang hadir. Sebagai tanda peresmian, petugas adat Bululondong melakukan osong dengan menggunakan gelar baru yang telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya petugas adat melakukan kegiatan ma'peurangan di sekitar peti mati.77 Dengan kata lain, dalam prosesi Allo ma'joja tungka, petugas adat bululondong menyanyikan osong setelah nama almarhum diganti dengan gelar baru dan lagu osong yang kemudian dinyanyikan sudah menggunakan gelar baru almarhum.

3.5.3. Tahapan Allo pa'pala'daran atau ma'beloi dan ma'paleling tedong Allo pa'pala'daran atau ma'beloi dan ma'paleling tedong adalah hari dimana masyarakat adat, Penduduk desa dan keluarga yang berduka membuat passangkinan (tempat kerbau diikat) dan bala'kajan (tempat yang terbuat dari pohon pinang yang kemudian digunakan sebagai tempat daging kerbau yang telah dipotong dan akan dibagikan kepada setiap orang yang telah dialokasikan dan dilakukan secara gotong royong). Setelah itu, pemilik kerbau atau orang yang ditugasi memasang hiasan atau pernak pernik pada kerbau atau yang sering disebut dengan pemasangan belo tedong. Kemudian kerbau yang sudah dihias itu dibawa ke depan rumah duka (dipopennolo). Lalu, petugas adat Bululondong mengosong kerbau yang telah dihias tersebut. Kerbau yang telah dihias tersebut kemudian dibawa oleh pemiliknya untuk mengelilingi rumah duka sebanyak tiga kali, kemudian hewan tersebut diikatkan ke pohon atau tempat yang aman agar tidak lepas.

Keluarga yang berduka atau pote bolong menyiapkan tempat untuk pertemuan adat yang akan diadakan oleh pemangku adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat pemerintah. Setelah semua berkumpul, rumpun keluarga

77 Wawancara Dengan Juni Maranden (Pong Titin), Tanggal 26 September 2022 Via Telepon Whatshaap

30

berduka memberikan pelayanan berupa sirih, rokok, kopi atau teh dan juga kue-kue untuk dinikmati oleh tamu dan mengadakan pembicaraan adat. Dalam prosesi pa pala'daran, daging kerbau yang sudah dipotong dibagikan dari atas bala'kajan sesuai pembicaraan yang telah disepakati. Pada hari yang sama, setelah ibadah dilakukan pada malam hari, para petugas adat Bululndong melakukan kegiatan ma'peurangan dengan posisi melingkari peti mati.78 Dengan kata lain, dalam prosesi Allo pa'pala'daran atau ma'beloi dan ma'paleling tedong, lagu osong dinyanyikan hanya sekali, dinyanyikan di samping kerbau oleh petugas adat Bululondong dan posisi kerbau menghadap ke rumah duka.

3.5.4.Tahapan Allo pewawaan atau pa'kaburusan

Allo pewawaan atau pa'kaburusan adalah hari dimana jenazah akan dimakamkan. Pada tahap ini, sebelum jenazah dikeluarkan dari lakkean, petugas adat Bululondong melakukan osong dengan iringan suara gendang dan gong.

Setelah itu, upacara pemakaman dilakukan oleh majelis gereja sementara keluarga yang berduka duduk mengelilingi peti mati. Kemudian, setelah upacara pemakaman selesai, petugas adat Bululondong menyanyikan osong lagi sebelum mayat diangkat ke tandu (kerangka bambu besar) untuk pergi ke tempat pemakaman.79 Dengan kata lain dalam prosesi Allo pewawaan atau pa'kaburusan lagu Osong dinyanyikan oleh petugas adat bululondong sebanyak dua kali yaitu saat jenazah hendak diangkat dari lakkean ke pelataran duka dan juga lagu osong dinyanyikan saat jenazah diangkat ke tandu, sebelum menuju ke kuburan.

Dokumen terkait