Tabel 1. Jumlah Industri Besar, Sedang, Kecil dan Mikro di Indonesia, 2013-2015
2013 2014 2015
Jumlah Industri Besar dan Menengah 23.698 24.529 26.322 Jumlah Industri Kecil dan Mikro 3.418.366 3.505.064 3.668.873
Sumber: BPS
Sejak tahun 2013, jumlah industri di Indonesia terus bertambah, baik industri besar, industri sedang, industri kecil maupun industri mikro.
UMKM menyerap 96,5% tenaga kerja Indonesia dan berkontribusi terhadap PDB sebesar 62,6%. Pertumbuhan sektor UMKM merupakan salah satu sektor pendorong industrialiasi di Indonesia, khususnya terkait industri-industri padat karya. IKM menyusun sebagian besar dari struktur industri di Indonesia dengan jumlah IKM mencapai 3,6 juta unit pada tahun 2015. Selain itu, UMKM juga memiliki fungsi sosial yang penting terkait dengan penyebarannya di daerah pedesaan dan peranannya terhadap peningkatan keterampilan masyarakat desa, penyediaan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan bisnis/wirausaha, serta penciptaan komunitas-komunitas lokal. UMKM merupakan sektor ekonomi krusial dalam pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia.
Pemanfataan Dana Desa Untuk Pengembangan Agribisnis
dan agroindustri adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hulur. Pengertian hulu dan hilir mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan. Melalui pengembangan dua sektor tersebut, dinamika aktivitas masyarakat desa akan meningkat, tidak lagi pada aktivitas primer pertanian tetapi sudah perlahan masuk ke aktivitas pengolahan hasil pertanian yang mendatangkan nilai tambah.
Dana Desa dapat digunakan untuk mendorong industrialiasi di sektor agribisnis dan agroindustri, diantaranya melalui penyediaan peralatan serta teknologi yang diperlukan untuk sektor terkait, permodalan, pelatihan dan pembinaan terkait keterampilan yang diperlukan untuk pengembangan sektor terkait, dan fasilitas untuk pemasaran produk- produk terkait.
Berdasarkan prioritas program pemanfaatan Dana Desa, sektor agribisnis dan agroindustri dapat dibangun sejalan dengan pemenuhan dua program priotitas Dana Desa, yaitu produk unggulan kawasan desa dan BUMDes. Produk unggulan kawasan desa adalah upaya membentuk, memperkuat dan memperluas usaha-usaha ekonomi yang difokuskan pada satu produk unggulan di wilayah desa. Kementerian Koperasi dan UMKM Indonesia mencetuskan program “One Viillage One Product” yang mendorong desa untuk berspesialisasi terhadap satu produk tertentu. Peningkatan kapasitas dan kualitas dalam produksi produk unggulan desa melalui industrialisasi akan menjadikan produk unggulan desa berdaya saing tinggi dan meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat desa. Pemanfaatan dana Dana Desa terkait industrialisasi sektor penghasil produk unggulan kawasan desa dibutuhkan untuk mengembangkan produk unggulan kawasan desa sehingga dapat memenuhi skala ekonomi.
Pembangunan agribisnis merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian, industri, serta jasa yang dilakukan secara simultan. Agribisnis memiliki keterikatan yang kuat dengan agroindustri: sektor agribisnis menyediakan bahan baku untuk kegiatan agroindustri. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil Dengan prinsip proximity dari bahan baku (baca: hasil pertanian), maka agroindustri tepat untuk dikembangkan di desa-desa. Untuk mendorong pertumbuhan
agroindustri, diperlukan sektor agribisnis yang dapat menyediakan bahan baku agroindustri secara berkelanjutan dan memenuhi standar industri.
Terkait peranan agribisnis dalam pembangunan desa, pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian desa sehingga sektor agribisnis memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi desa, penyerapan tenaga keja lokal, penggentasan kemiskinan, serta pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Secara nasional, sektor pertanian masih memiliki peranan yang penting terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian pada periode 2000-2017 dapat dilihat pada:
Gambar 5. persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja di Sektor Pertanian, 2000 – 2017
Sumber: BPS
Kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia pada periode 2000-2017 memang mengalami penurunan tetapi masih sebesar 29,7% pada tahun 2017. Pada tahun 2000, sejumlah 45,3% penduduk berusia 15 tahun ke atas bekerja di sektor pertanian, dari total seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja.
Dalam kurun waktu 17 tahun, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 34%.
Jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan sektor jasa, kontribusi dari sektor pertanian Indonesia terhadap PDB adalah yang paling kecil. Rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap DPB pada periode 2000-2017 adalah sebesar 14%. Namun, peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia, khususnya bagi perekonomian desa masih sangat signifikan. Potensi sumber daya Indonesia untuk menunjang sektor pertanian sangatlah besar, dan potensi-potensi ini seringkali belum termanfaatkan dengan optimal.
Dengan demikian, agribisnis dan agroindustri memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di desa. Dalam hal ini, agribisnis memanfaatkan sumber daya alam untuk menjadi penyedia bahan baku kegiatan agroindustri. Agroindustri memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia, dengan permintaan domestik yang besar, kontribusi ekspor yang signifikan, serta potensi investasi (khususnya pada industri makanan). Besarnya peranan sektor pertanian dan agribisnis di desa turut menimbulkan konsep agroindustri strategi pengembangan ekonomi wilayah. Agroindustri pedesaan dibangun dan dikembangkan oleh kelembagaan desa seperti BUMDes, memanfaatkan hasil pertanian lokal sebagai bahan baku, dan dengan cakupan pemasaran dimulai di pasar setempat dan diupayakan tumbuh menuju pasar yang lebih luas.
Hal ini sejalan dengan fokus industrialisasi yang telah ditetapkan oleh Komite Ekonomi dan Industri Nasional menyasar pada empat sektor prioritas yaitu sektor agrobisnis, sektor maritim, sektor pariwisata, dan sektor industri kreatif. Keempat sektor tersebut dinilai memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan lebih cepat. Hal ini sejalan dengan inisiatif “Making Indonesia 4.0” yang dicanangkan oleh Kementerian Perindustrian. Salah satu sektor yang menjadi fokus dalam pembangunan industri pengolahan berbasis 4IR adalah sektor agroindustri, yaitu makanan dan minuman. Pengembangan agroindustri akan berdampak pada sektor agribisnis selaku penyedia bahan baku.
Industrialisasi agroindustri Indonesia akan berdampak positif pada dua sektor perekonomian sekaligus: sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian.