BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
36
lahir normal memiliki risiko stunting hanya 0,25 kali (OR 0,25).
Artikel kesepuluh yang ditulis oleh Xiao Tang (2015) mendapatkan hasil bahwa anak dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko mengalami stunting sebesar 4,5 kali (OR 4,5).
Ketidakcukupan asupan zat gizi yang diterima anak dengan berat lahir kurang dapat mengakibatkan growth faltering.
Asupan gizi buruk dan paparan penyakit infeksi secara bersamaan akan memberikan dampak gagal tumbuh yang lebih berat pada anak. Jika anak dengan berat badan lahir rendah menerima asupan gizi yang adekuat maka pertumbuhan normal dapat terkejar (catch up) namun jika terjadi sebaliknya makan akan memperburuk kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak. Riwayat BBLR mempengaruhi pertumbuhan anak apabila anak tidak mendapatkan asupan yang cukup dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Risiko stunting yang lebih tinggi pada anak dengan berat badan lahir rendah juga terjadi karena fungsi organ-organ yang belum matang sehingga menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan tidak sempurna, hal ini membuat anak berisiko mengalami stunting karena tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan (Dasantos et al., 2020).
b. Riwayat ASI eksklusif
Terdapat tujuh artikel dalam sumber data penelitian yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. Pada artikel pertama yakni penelitian yang dilakukan di Filipina didapatkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 0,2 kali lebih berisiko mengalami stunting (OR 0,2). Pada artikel kelima yang
38
merupakan penelitian yang dilakukan di Nepal memperoleh hasil bahwa anak dengan durasi ASI eksklusif kurang dari 6 bulan berisiko mengalami stunting 6,9 kali (OR 6,96). Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia memperoleh hasil terdapat hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate dengan nilai p-value 0,000.
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Selama 6 bulan pertama pemberian ASI eksklusif, bayi tidak diberikan makanan dan minuman lain. ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisi bayi. Kadar mineral dalam ASI lebih mudah diserap di banding mineral dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat pada ASI adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transimi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium lebih rendah dibandingkan susu sapi namun tingkat penyerapannya lebih tinggi. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi kadar fosfor, magnesium, vitamin D, dan lemak. Hal inilah yang mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi badan sehingga bayi yang diberikan ASI juga memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kurva pertumbuhan dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. ASI juga berperan dalam pembentukan antibodi, anak yang tidak diberikan ASI lebih sering mengalami diare dibanding anak yang diberikan ASI.
Kurangannya zat gizi seperti energi, vitamin, A, Zn, dan Fe yang menyebabkan bayi sering mengalami infeksi dan berlangsung lama. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat mengurangi resiko kekurangan nutrisi karena zat besi yang terkandung dalam ASI dapat mencegah bakteri penyebab
penyakit lainnya dalam saluran pencernaan serta untuk mencegah terjadinya diare. ASI mengandung zat laktoferin, kolostrum ASI kaya antibodi, sehingga pemberian ASI dapat mengurangi risiko stunting pada anak (Cynthia et al., 2019).
c. Tinggi badan ibu
Terdapat tujuh jurnal yang digunakan sebagai sumber data penelitian yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting pada anak.
Artikel nomor dua dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa anak yang lahir dari ibu yang memiliki tinggi badan <145 cm 3,3 kali (OR 3,36) lebih berisiko menderita stunting. Pada artikel ketiga dan kesembilan yang berlokasi di Malaysia dan Iran, mendapat hasil penelitian yang menemukan bahwa terdapat hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada anak dengan nilai p-value <0,001. Artikel ketujuh mendapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki tinggi badan
<145cm memiliki risiko melahirkan anak yang akan bertumbuh menjadi stunting sebesar 7,2 kali (OR 7,26).
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan hormon. Genetik merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diubah karena diturunkan langsung dari orang tua kepada anaknya. Ukuran pada saat lahir menggambarkan pengaruh lingkungan uterus; pada saat usia bayi 2 tahun berkorelasi dengan rata-rata tinggi orang tua yang menunjukkan adanya pengaruh dari genetik. Referensi lain juga menyebutkan setelah usia 3 tahun tinggi badan anak berkorelasi secara bermakna dengan tinggi orang tua. Genetik yang membawa sifat pendek diduga mempengaruhi kerja hormonal yang sangat berperan dalam pertumbuhan khususnya pertumbuhan linier. Hormon sangat mempengaruhi keadaan tubuh melalui perubahan dalam pertumbuhan. Adanya
40
hormon pertumbuhan mempengaruhi penimbunan tulang kortikal dan mungkin merangsang pertumbuhan dan pertambahan tinggi badan. Orang tua yang pendek cenderung akan memiliki anak yang pendek dikararenakan faktor genetik yang diturunkannya kepada anaknya, sehingga orang tua hanya dapat memaksimalkan faktor lingkungan untuk mendukung anaknya mencapai pertumbuhan maksimal yang dapat dicapainya. Karakteristik ibu atau keadaan ibu yang meliputi tinggi badan merupakan faktor genetika yang menyebabkan stunted. Orangtua yang memiliki tinggi badan yang pendek karena gen pembawa kromosom pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek tersebut terhadap anaknya. Hal ini dikarenakan adanya kondisi patologis yaitu defisiensi hormon pertumbuhan yang dimiliki oleh gen pembawa kromosom tersebut, apabila tidak didukung dengan asupan yang adekuat untuk menyokong pertumbuhan, pada generasi berikutnya akan berdampak terhadap kegagalan pertumbuhan atau stunted (Nikmah, 2020).
d. Tingkat pendidikan ibu
Terdapat delapan artikel dari sepuluh artikel sumber data penelitian yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak. Pada artikel pertama didapatkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko anaknya tumbuh menjadi stunting sebesar 2,4 kali (OR 2,4). Pada artikel kelima ditemukan anak yang lahir dari ibu yang buta huruf memiliki risiko terkena stunting 3,8 kali (OR 3,84).
Tingkat pendidikan merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak. Tingkat pendidikan ibu akan berkaitan dengan pengetahuan mengenai
sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi keluarga. Orang tua rumah tangga yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang baik dalam mutu dan jumlahnya, dibanding ibu yang berpendidikan rendah. Orangtua dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan seperti pantang makan tertentu, sulit menerima pengetahuan baru mengenai gizi sehingga anak tidak tercukupi kebutuhan gizinya dan menyebabkan status gizi kurang (Maywita & Putri, 2019).
BAB VI
KESIMPULAN0DAN0SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari telaah jurnal didapatkan 10 jurnal penelitian memiliki faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak di beberapa Negara Asia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2021, adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah berat badan lahir anak, riwayat ASI eksklusif, tinggi badan ibu, dan tingkat pendidikan ibu.
B. Saran
1. Institusi0Pendidikan Kedokteran0dan Kesehatan0
Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut secara lebih spesifik mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting dalam cakupan data dan berdasarkan stratifikasi waktu, sehingga dapat membandingkan hasil temuannya dengan hasil penelitian ini.
2. Kepada0peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk mencari lebih banyak lagi faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada anak seperti kadar IGF-1, riwayat infeksi anak, pola asuh orang tua, dan sanitasi lingkungan.
Daftar Pustaka
Akombi, Blessing Jaka. Agho Kingsley E, Hall John J, Merom Dafna, AstelBurt Thomas, and Renzaho Andre M.N. 2017. Stunting and severe stunting among children under-5 years in Nigeria: A multilevel analysis. Nigeria: BMC Pediatrics
Alam, M. A., Mahfuz, M., Islam, M. M., Mondal, D., Ahmed, A. M. S., Haque, R., Ahmed, T., & Hossain, M. I. (2017). Contextual factors for stunting among children of age 6 to 24 months in an under-privileged community of Dhaka, Bangladesh. Indian Pediatrics, 54(5), 373–376.
https://doi.org/10.1007/s13312-017-1109-z
Ali, Zakari, Saaka Mahama, Adams Abdul-Ganiyu, Kamwininaang Stephen K, Abizari Abdul-Razak. 2017. The effect of maternal and child factors on stunting, wasting and underweight among preschool children in Northern Ghana. Ghana: BMC Nutrition
Asiah, A., Yogisutanti, G., & Purnawan, A. I. (2020). Asupan Mikronutrien Dan Riwayat Penyakit Infeksi Pada Balita Stunting Di Uptd Puskesmas Limbangan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.
Journal of Nutrition College, 9(1), 6–11.
https://doi.org/10.14710/jnc.v9i1.24647
Candra, A. (2020a). Patofisiologi Stunting. JNH (Journal of Nutrition and Health), 8(2), 27–31.
Candra, A. (2020b). Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. In
Epidemiologi Stunting.
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrxw_53QaJhPmUA3w_LQwx.;_ylu
=Y29sbwNzZzMEcG9zAzQEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=163805 2344/RO=10/RU=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F80670%2F 1%2FBuku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf/RK=2/RS=B FSY8aq0Lx1bha7MtII8PgwQwYU-
Cynthia, C., Bikin Suryawan, I. W., & Widiasa, A. . M. (2019). Hubungan ASI eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-59 bulan di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Jurnal Kedokteran Meditek, 25(1), 29–35. https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v25i1.1733
Dasantos, P. T., Dimiatri, H., & Husnah, H. (2020). Hubungan Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir dengan Stunting pada Balita di Kabupaten Pidie. AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 6(2), 29. https://doi.org/10.29103/averrous.v6i2.2649
43
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan (Semester I). Pusat Data dan Informasi KEMENKES RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2 020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
Khusna, N. A., & Nuryanto. (2017). Hubungan Usia Ibu Menikah Dini dengan Status Gizi Batita di Kabupaten Temanggung. Journal of Nutrition College, 6(1), 1–10. http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Kliegman, R., Stanton, B., Schor, N., & Al, E. (2020). Nelson Textbook of Pediatrics. In Elsevier (21st ed.). Elsevier.
Larasati, N. N. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari II Tahun 2017. Kementerian Kesehatan Provinsi Yogyakarta.
Maywita, E., & Putri, N. W. (2019). Determinan Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Bayi 6- 24 Bulan. Human Care Journal, 4(3), 173–177.
Metasari, A. L., Mufida, Y. I., Aristin, S. I., & Dwilucky, B. A. (2022).
Sosialisasi Bahaya Pernikahan Dini sebagai Upaya Konvergensi Pencegahan Stunting di SMA Negeri 1 Ngoro. Jurnal Budimas, 04(02), 1–6.
Nikmah, F. K. (2020). Pengaruh Tinggi Badan Ibu terhadap Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi, Pakem, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/23596
Nursindia A. Sugoro. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kecamatan Ujung Tanah Makassar Tahun 2021. Universitas Hasanuddin Makassar.
Purnamasari Natsir Putri. (2021). Analisis Kadar Insulin-Like Growth Factor-1 (IGF-1) pada Anak dengan Perawakan Pendek. Universitas Hasanuddin.
Rahayu, A., & et al. (2018). Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan.
In Penerbit CV Mine. CV Mine.
The World Bank Data Group. (2021). Prevalence of stunting, Height for Age (% of children under 5). The World Bank.
https://data.worldbank.org/indicator/SH.STA.STNT.ZS
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 8(2), 273–282.
45
LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian
No
Kegiatan Penelitian
Tahun 2019 2020 2021 2022
Bulan 9-12 1 2 4-12 1 2 3-5 6 7 8 -12 1-4 5 6 7 8 I. Persiapan
1. Pembuatan Proposal 2. Seminar Proposal 3. Ujian Proposal 4. Perbaikan proposal 5. Pengurusan rekomendasi
etik
II. Pelaksanaan 1. Pengambilann Data
2. Pemasukan Data Penelitian 3. Analisa Data Penelitian 4. Penulisan Laporan III. Pelaporan
1. Seminar Hasil 2. Perbaikan Laporan 3. Ujian Skripsi
47
Lampiran 2. Tim peneliti dan biodata peneliti utama 1. Daftar Tim Peneliti
No Nama Kedudukan
Dalam Penelitian
Keahlian 1. Andi Kumalasari Mappa Peneliti Utama Belum Ada 2. Dr. Hj. Darmawaty Rauf ER.,
Sp.PK(K)
Rekan Peneliti 1 Dokter Spesialis Patologi Klinik 3. Dr. dr. Bob Wahyudin, Sp.A(K) Rekan Peneliti 2 Dokter Spesialis
Anak 2. Biodata Peneliti Utama
a. Data Pribadi
Nama : Andi Kumalasari Mappa
Tempat, Tanggal Lahir : Ambon, 08 Februari 2001 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat :Jl.Toddopuli X, Griya Puspita Sari B8/23
Nomor Telepon : 081247244445
Email : [email protected]
Status : Mahasiswa
b. Riwayat Keluarga
Nama Ayah : Drs. Andi Mappa, M.Si Nama Ibu : Andi Maryam Bugis Saudara : Andi Fitrah Pagassa
Andi Johartati Mappa Andi Fitriati Mappa Andi Srimulyati Mappa Andi Rezvan Zaidan Alfaiq
c. Riwayat Pendidikan
Tahun 2006-2012 : SD Negeri 79 Ambon Tahun 2012-2015 : SMP Negeri 14 Ambon Tahun 2015-2018 : SMA Negeri 11 Ambon
Tahun 2018-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa
d. Pengalaman Organisasi
1) Bendahara OSIS SMA Negeri 11 Ambon 2017/2018
2) Sekretaris Inaugurasi FK Universitas Bosowa Angkatan 2018 3) Anggota Kementerian Pendidikan dan Profesi BEM FK
Universitas Bosowa 2019/2020
4) Angota Bidang Dana dan Usaha ISMKI Wilayah 4 2019/2020 5) Menteri Kesejahteraan dan Keuangan BEM FK Universitas
Bosowa 2020/2021
6) AMSEP Officer AMSA-Indonesia 2020/2021
7) Ketua Bidang Asian Medical Student Exchange Program AMSA-Unibos 2020/2021
e. Pengalaman Meneliti Belum ada
49
Lampiran 3. Rencana biaya penelitian dan sumber dana
NO ANGGARAN JUMLAH SUMBER DANA
1. Biaya administrasi etik Rp.250.000,-
Mandiri 2. Biaya administrasi turnitin Rp.200.000,-
3. Biaya penggandaan dan
penjilidan dokumen Rp.2.000.000,-
4. Biaya ATK Rp.300.000,-
5. Lain-lain Rp.400.000,-
Total Rp.3.150.000,-
Lampiran 4. Persetujuan Etik