• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

dituntut untuk mampu mengembangkan keterampilan berpikir yang dimiliki melalui bertanya, menjawab, mengaplikasikan dan membuat kesimpulan.

Kemudian tingkat berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui hasil ujian tes.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu:

memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil tes yang di dapatkan ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat. Tes diuji cobakan dua kali pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini, kedua kelompok diberikan pre test sebelum penggunaan model pembelajaran dengan materi pencemaran lingkungan. Dari hasil pre test kelompok eksperimen memperoleh hasil presentase 55,3% sedangkan kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 50% dalam hal ini kedua kelompok tersebut memiliki sedikit perbedaan sebelum diberi perlakuan.

Setelah diberikan pre test kedua kelas tersebut diberi perlakuan, kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran discovery learning sedangkan kelas kontrol menggunakan model ceramah dengan materi pencemaran lingkungan. Setelah kedua kelas diberi perlakuan maka peneliti memberikan post test kepada kedua kelas tersebut. Dari hasil post tes tersebut kelas eksperimen memperoleh hasil presentase 73% sedangkan untuk

kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 55%. Hasil nilai dari kedua kelas tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Presentase kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen memperoleh kriteria “kritis” sedangkan kelas kontrol memperoleh kriteria

“cukup kritis”. Ketercapaian yang berbeda dari kelas eksperimen ini disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya menerima materi dari guru sehingga menyebabkan hasil presentase masing-masing yang diukur kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Siswa di kelas eksperimen lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan karena siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang ingin disampaikan melalui pengamatan terhadap beberapa contoh kasus pencemaran lingkungan. Model pembelajaran discovery learning dapat membantu siswa memperkuat kemampuan dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Hal ini menunjukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan perolehan lembar observasi keterlaksanaan RPP diperoleh nilai presentase yang termaksud dalam kategori baik yaitu sebesar (61% - 80%) pada pertemuan pertama kelas eksperimen nila keterlaksanaan pembelajaran yaitu 79 %, sedangkan pertemuan kedua adalah 79%, berdasarkan penilaian pada pertemuan pertama dan ke dua tersebut, presentase keterlaksanaan pembelajaran selama menerapkan model pembelajaran Discovery Learning adalah 79%. Sedangkan kelas kontrol hasil presentase adalah 72,5%, sehingga hasil presentase kelas eksperimen untuk setiap pertemuan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Data hasil observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen menggunakan 6 deskriptor, sedangkan di kelas kontrol menggunakan 6 deskriptor.

Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan materi pencemaran lingkungan diuji dengan menggunakan rumus uji-t.

Berdasarkan teknik analisis data uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan program SPSS untuk uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh pada nilai pre test yaitu 0,736 > 0,05 dan nilai post test yaitu 0,572 > 0,05, sedangkan nilai pre test kelas kontrol yaitu 0,202

> 0,05 dan nilai post test yaitu 0,079 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua data terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas diketahui bahwa hasil signifikan sebesar 0,287. Nilai ini menunjukan bahwa nilai sig = 0,287 >

0,05, jadi kesimpulannya kedua kelompok data mempunyai varians yang sama (homogen).

Dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa nilai tabel uji Independent Samples Test di atas, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00. Jika nilai (Sig) < 0,05 artinya Ha diterima. Setelah melakukan uji Independent Sample Test nilai Sig (2-tailed) 0,00 < 0,05 artinya terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

Terdapatnya pengaruh tersebut disebabkan karena kelas eksperimen menggunakan model Discovery Learning digunakan model tersebut diharapkan siswa turut aktif dalam mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan pertama yaitu Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan).

Untuk melalui tahap guru hanya menunjukan gambar yang mengenai beberapa kasus pencemaran lingkungan sehingga menimbulkan keinginan siswa untuk menyelidiki. Tahap kedua Problem Statement (pertanyaan/identifikasi masalah). Untuk melalui tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rumusan pertanyaan mengenai permasalahan pencemaran lingkungan berdasarkan gambar yang ditunjukan guru dalam bentuk hipotesis. Tahap ketiga yaitu Data Colelection (Pengumpulan data). Siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (Collection) berbagai informasi yang relevan. Tahap keempat

Data Processing (Pengelohan Data). Yaitu siswa secara berkelompok dibimbing guru menyusun hasil studi literatur dalam bentuk makalah. Tahap kelima yaitu Verification (Pembuktian). Pada tahap ini guru menfasilitasi untuk mempersentasikan hasil studi literatur dalam bentuk makalah yang telah dilakukan bersama kelompoknya dan tahap keenam adalah Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi). Pada tahap generalisasi siswa dibimbing guru untuk menarik kesimpulan permasalahan. Dengan begitu siswa lebih aktif dan memungkinkan siswa dapat memahami materi yang telah diberikan oleh guru sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang menggunakan model ceramah dimana guru mempersiapkan siswa untuk memulai proses belajar, guru menyampaikan pengetahuan sesuai dengan materi yang akan dibahas, guru memberikan tugas dan menyampaikan materi, guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran serta memberi penilaian pada siswa sedangkan siswa tidak berperan aktif dan hanya mendengarkan serta apa yang diinstrusikan oleh guru. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen karena model ceramah tidak melibatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang mengguakan model pembelajaran ceramah.

Model pembelajaran Discovery Learning diawali dengan memberikan masalah yang bersifat kompleks dan berhubungan dengan dunia nyata, tetapi masih dalam domain konsep pembelajaran yang ditargetkan untuk dikuasai siswa merupakan stimulus dari proses pembelajaran. Pada pembelajaran menemukan (Discovery Learning) bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintergrasikan dan mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan- kesimpulan.

Model pembelajaran Discovery Learning yang merupakan bagian dari pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenal kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempersentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.64

Model Discovery Learning akan berbeda dengan model ceramah seperti yang sering diterapkan. Perbedaan ini dapat dilihat dari sintaks-sintaks model tersebut. Dengan perbedaan-perbedaan antara model Discovery

64Eko Wahyudi, Op. Cit.

Learning dan model ceramah diyakini memberikan efek terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam teorinya, Pieget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak. Pieget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian/adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual didalam individu akibat interaksi dengan lingkungan.65 Teori belajar ini sesuai dengan teori Bruner yang menyarankan agar peserta didik belajar secara aktif untuk membangun konsep dari prinsip.

Kegiatan Discovery Learning melalui kegiatan eksperimen dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara stimultan.66

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan mencari, mengalisis, dan mengevaluasi alasan-alasan yang baik dalam memecahkan masalah mata pelajaran dan selalu akan peka terhadap informasi atau situasi yang dihadapinya. Kemampuan berpikir merupakan dasar dalam suatu proses pembelajaran. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menganalisis pikirinya dalam menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Kemampuan berpikir kritis

65 Wasti Soemanto, Psiokologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta PT. Rineka Cipta, (2006), cet. V, hlm. 130.

66Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit . hlm. 98.

merupakan cara berpikir relektif dan beralasan yang difokuskan pada pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.67

Belajar untuk berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana nalarnya, kapan menggunakan penalaran dan metode penalaran apa yang dipakai. Seseorang siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila siswa tersebut mampu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.

Kemampuan berpikir merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk memncapai suatu pemahaman yang mendalam.68 Spliter mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir relekftif yang difokuskan untuk hal- hal yang diyakini dan dilakukan keterampilan yang harus dikuasai agar dapat berpikir kritis yaitu: keterampilan menganalisis, keterampilan mensintesis, keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengevaluasi atau menilai.69

67 I.D Kurniati, Wartono, M. Diantoro, Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing Intergrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, UNNES, 2014).

68Septyan Yustyan dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Apporoach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang”, (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), Vol, 1, Nomor 2, 2015.

69 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013 (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2015), h. 149.

Kemampuan berpikir kritis salah satunya dengan menggunakan model Discovery Learning pada saat pembelajaran diantaranya pembelajaran biologi.

Pembelajaran dengan model Discovery Learning sebelumnya sudah pernah diterapkan sehingga hasil yang didapatkan cukup optimal dan siswa cukup antusias karena merasa pembelajaran berlangsung menyenangkan. Ketika proses pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen peneliti menemukan kendala yaitu walaupun siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran, namun siswa belum terbiasa melakukan tahapan-tahapan yang diinginkan secara mandiri. Siswa cenderung bertanya dan meminta tuntunan guru sehingga peneliti masih menuntun siswa dalam proses penyelidikan masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan model konvesional pada kelas kontrol terjadi komunikasi satu arah terlihat bahwa siswa kurang antusias dan masih banyak yang terlihat pasif karena dalam proses pembelajaran guru hanya memberikan teori-teori ataupun materi secara langsung kepada siswa melalui ceramah. Penelti lebih mendominasi pembelajaran di kelas sedangkan peserta didik hanya mendengar dan menerima informasi. Pembelajaran menggunakan model ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol tidak menunjukan proses belajar penemuan yang meliputi proses informasi, transformasi dan evaluasi. Pada proses informasi, pada tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi, pada tahap ini siswa melakukan identifikasi, analisis, mengubah,

mentrasformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa menilai sendiri informasi yang telah ditransformsikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga nilai kemampuan berpikir kritisnya kurang berkembang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning sebagai faktor eksternal dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat. Hal ini ditunjukan dari hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa terdapat nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 artinya Ha yang diterima. Hasil ini juga didukung dengan adanya perbedaan nilai rata-rata pre test dan post test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata pre test dan post test kelas eksperimen adalah 55,3 dan 73, sedangkan nilai rata-rata pre test dan post test kelas kontrol adalah 50 dan 55. Berdasarkan data-data yang dihasilkan selama penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, ada beberapa saran untuk dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Kepada orang tua hendaknya selalu malakukan pengawasan terhadap cara belajar anak yang disertai pemberian motivasi untuk terus belajar karena semua yang dilakukan akan bermanfaat untuk kehidupan mereka.

2. Kepada siswa-siswi kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran 2020/2021 selama mengikuti proses pembelajaran supaya lebih perhatian dan lebih meningkatkan keaktifannya, agar setiap materi yang diberikan dapat dipahami dengan baik dan mampu meningkatkan prestasinya karena dengan rajin, sungguh-sungguh dalam belajar, serta adanya motivasi kesuksesan akan tercapai.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII pada materi IPA, hendaknya lebih maksimal lagi untuk menerapkan model pembelajaran Discovery Learning ketika proses pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, B. S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui Discovery Learning dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry”. Al- jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 7, Nomor 1, 2016, Hlm 11-20.

Abderahman Kamel Abdelrahman Mahmoud, The Effect Of Using Discovery Learning Strategy in Theaching Grammatical Rules to Firstyear General Secondary Student on Developing Their Achievement and Metacognitive Skills. International Jurnal of Innovation and Scientifik Research. Vol.5 No.

2 Faculty of Education, Fayoum University, Egypt, 2014.

Amri Sofan, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta:

Prestasi Pustaka Raya, 2015.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010..

Astuti, M. S. Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa kelas 2 SDN slungkep 03 menggunakan model Discovery Learning. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 5(1), 10-2.

Ayadia, N. (2014) Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Scietinfic Apporoach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA,”Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang, 9-25.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009.

Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Arif Muttaqiin, Wahyu Sopandi, Pengaruh Model Discovery Learning Dengan Sisipan Membaca Kritis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal EDUSAINS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Vol. 8, No. 1, 2016.

Burais, L., Ikhsan, M., & Duskri, M. (2016). Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa melalui model Discovery Learning. Jurnal Didaktik Matematika, 3(1), 77-86.

Fatmawati Harlinda, Mardyana , Triyanto, “Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 2, Nomor 9, November 2014, hlm 913.

F. Fakhriyah, “Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Dalam Google Scholar, Diakses Tanggal 12 April 2018, Pukul 21.42.

Firdaus Muhammad, Pengembangan LKPD Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018.

Galuh Arik Istiana, Agung Nugroho Catur S dan J.S Sukardjo. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan penyangga pada Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) Universitas Sebelas Maret Vol. 4 No. 2, 2015.

Haryani,Desti “Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Dalam Google Scholar, Diakses Tanggal 14 April 2018, Pukul 06.30.

Haeruman Dhianti Leny, DKK, Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Covidience di Tinjau dari Kemampuan Awal Matematis Siswa SMA di Bogor Timur”, Vol. 10, Nomor 2, Tahun 2017.

Istianah, Euis, Meingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Dengan Pendekatan Model Elicting Activities (Meas) Pada Siswa SMA, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 46

I.D Kurniati, Wartono, M. Diantoro, Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing Intergrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, UNNES, 2014.

Ibrahim, M. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Prees, 2000.

Hosnan, M. Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21 Bogor:Ghalia Indonesia, 2016.

Kristin, F., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 84-92.

Kasmadi Dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuatintatif, Bandung:

Alfabeta: 2016.

Kurnia Eka Lestari dan M. Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika.

Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama, 2013.

Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Depublish, 2017, hlm. 108.

Purwanto, Ngalim, Psiokologi pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm 43

Meidinda Frisca , Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII, Volume 1, Oktober 2018.

Masrida, Yusminah Hala, A. Mushawwir Taiyeb. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Kelas VIII MTSN Libureng Kabupaten Bone. Jurnal, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2015.

Nazir, Metode Penelitian, Boor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005.

Normaya, Karim, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Jucama Di Sekolah Menengah Pertama”, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, Nomor 1, April 2015.

Noor, Juliansyah, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Kencana, 2012.

Nursyahidah,F., &Saputra, B. A. (2015) Pembelajaran Discovery Learning menggunakan Tangram Geogebra untuk Menemukan Luas Persegi, AKSIOMA: Jurnal Matematika dan Pendididkan Matematilka,Volume 6, Nomor 1, Tahun 2015.

Nugrahaeni Amalia, I Wayan Redhana, I Made Arya Kartawan, “ Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Vol. 1, Nomor1, 2017.

Nurrohmi Yusnia, Dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahaswa. Jurnal pendidikan, Vol. 2, Nomor 10, Oktober 2017, Hal 1308-1314.

Punyaiftitah. Blogspot. Sg/2014/12/V-Behaviorurldefaultvmlo.Htm?M=1, Diakses Tanggal 26 April 2018, Pukul 21.00 Wita.

Putrayasa, I. M., Syahruddin, S. P., & Margunayasa, I. G. (2014).Pengaruh model pembelajaran discovery learning dan minat belajar terhadap hasil belajar IPA siswa. Mimbar PGSD Undiksha, 2(1), 15-25.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi. Bandung Remaja Rosdakarya, 2002.

Rachmadtullah, R. (2015). Kemampuan berpikir kritis dan konsep diri dengan hasil Belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar UNJ, 6(2), 287-298.

Redhana, I. W. (2013). Model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jurnal pendidikan dan Pengajaran, 46(1),76-86

Rusman, Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2017.

Septyan Yustyan dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Apporoach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang”, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, Vol, 1, Nomor 2, 2015.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alpabeta, 2014.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Sudjana, Metode Statistik. Bandung: Pustaka Tarsito, 2001.

Siregar Syofian, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuatintatif: Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17, Jakarta:Bumi Aksara, 2014.

Udin Syafrudin Sa’ud, Inovasi Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta, 2013.

Ulum Bahrul Dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk Melatihkan Keterampiln Berpikir kritis Siswa Kelas X SMA WIDIA DARMA SURABAYA”, UNESA Jurnal of Chemical Education, Vol. 4, Nomor 2, Mei 2015.

UU RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar, Bandung Umbara, 2012.

Utami ,Prihma Sinta, Abdul Gafur, “Pengaruh Model Pembelajaran Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS Di SMP Negeri Di Kota Yogyakarta, Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 2, Nomor. 1, Maret 2015, hlm.

99.

Yusuf Muri, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi Dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, Jakarta: Kencana,2015.

Yun Ismi Wulandari dkk, Implementasi Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas IX IIS 1 SMA NEGERI 6 SURAKARTA Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015.

Wahyudi Eko. “Penerapan Discovery Learning Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-1 Di SMP Negeri 1 Kalingiet” Jurnal Lenteran Sains, Vol. 5 Jilid , 2015.

Widyastuti, E. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Konsep Ilmu Ekonomi,In Prosiding Seminar Nasioanal(Vol. 9, pp.

33-40).

Wahab, Abdul Azaz Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bandung: Alfabeta, 2012.

Wasti Soemanto, Psiokologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (cet.

V), Jakarta PT. Rineka Cipta, 2006.

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kelas Eksperimen

Satuan pendidikan : Dusun Karang Kebon Barat Kelas/semester : VII/II

Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Topik : Pencemaran Lingkungan Pembelajaran ke : 1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit A. Kegiatan inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji secara konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar (KD)

1. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian pencemaran.

2. Menjelaskan indikator pencemaran.

3. Menganalisis sumber pencemaran.

4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.

5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

6. Menganalisis sumber kerusakan hutan.

7. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.

8. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pencemaran.

2. Siswa dapat menjelaskan indikator pencemaran.

3. Siswa dapat menganalisis sumber pencemaran lingkungan.

4. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak pencemaran lingkungan.

5. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

6. Siswa mampu menganalisis sumber kerusakan hutan.

7. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.

Dokumen terkait