• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB II KAJIAN PUSTAKA

H. Teknik Analisis Data

1. Data kemampuan berpikir kritis

Penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis dihitung dengan menggunakan presentase sebagai berikut:

Penilaian Akhir = X 100%

Setelah diketahui presentase masing-masing indikator keterampilan berpikir kritis siswa, selanjutnya diinterprestasikan ke dalam kriteria kemampuan berpikir kritis siswa seperti yang terlihat dalam tabel 3.5.

Tabel 3.5

Kriteria kemampuan berpikir kritis60 No Presentase Keterangan

1 0%-20% Sangat kurang kritis 2 21%-40% Kurang kritis 3 41%-60% Cukup kritis

59 Ibid., hlm. 141.

60 Muhammad Firdaus, Pengembangan LKPD Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018, Hlm 8-9.

4 61%-80% Kritis 5 81%-100% Sangat kritis 2. Data Keterlaksanaan Pembelajaran

Untuk mengetahui data keterlaksanaan pembelajaran dapat menggunakan rumus sebagai berikut:61

Penilaian Akhir = X 100%

Setelah diketahui data keterlaksanaan pembelajaran dalam keterlaksanaan RPP, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria penilaian keterlaksanaan pembelajaran seperti yang terlihat pada tabel 3.6:

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran62

Rentang Keterangan

81 % - 100 % Sangat Baik

61 % - 80 % Baik

20 % - 60 % Cukup

>20 % Tidak Baik

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa setelah dan sebelum diberi perlakuan. (Ho) hipotesis nol artinya ditolak dan (Ha) hipotesis diterima. Sebelum melakukan analisis menggunakan uji t terlebih dahulu melakukan uji prasyarat.

61Sugiyono, Metode penelitian pendidikan Pendekatan Kuatintatif, kualitatif, dan R&D, 2012.

62Ibid..,

a. Uji Prasyarat 1)Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut terdapat normal atau tidak. Uji normalitas dihitung dengan menggunakan SPSS 24.

“Kriteria pengujian yang diambil berdasarkan nilai data probabilitas jika nilai probabilitas 0,05, maka tidak berdistribusi normal. Data dikatakan berdistribusi normal, jika data probabilitasnya 0,05.63

2)Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua data tersebut homogen atau tidak. Uji homogenitas juga bertujuan untuk mengetahui jumlah varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas bisa menggunakan SPSS 24.

Kriteria penilaian jika:

Jika Fhitung Ftabel berarti data bersifat homogen dan Ho diterima.

3)Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama tidak ada perbedaan yang signifikan. Jika jumlah sampel

63Sofian Siregar, Statistik Parametric untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara 2014), hlm. 167.

sama dan varian homogen, maka rumus t-tes bisa menggunakan SPSS 24. Jika jumlah sampel tidak sama dan varian tidak homogen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni eksperimen semu (Quasi Eksperiment design). Jenis penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak sepenuhnya berfungsi untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan jenis sampling insidental. Sampling insidental adalah suatu teknik dalam pengambilan sampel secara kebetulan, artinya siapapun siswa kelas VII yang di temukan di Dusun Karang Kebon Barat digunakan sebagai sampel.

Teknik insidental yang peneliti gunakan adalah dengan cara mencari dan mengumpulkan siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat yang digunakan sebagai sampel penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 siswa kelas VII yang ditemukan di Dusun Karang Kebon Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari jumat, 5 Maret 2021 di Dusun Karang Kebon Barat selama satu bulan. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan menguji cobakan tes bentuk uraian kepada 20 siswa yang menjadi sampel penelitian. Dari 20 siswa tersebut selanjutnya terbagi menjadi 2

kelompok, ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun kelompok eksperimen berjumlah 10 orang dan kelompok kontrol berjumlah 10 orang. Dalam hal ini instrumen tes yang dilakukan untuk mengukur hasil kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan pada dua kelas, yakni ada yang bertindak sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol.

Sebelum diberi perlakuan kedua kelas diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal dari kedua kelas tersebut. Setelah itu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah dalam proses pembelajaran. Setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan maka peneliti memberikan posttes kepada kedua kelas tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji pengaruh kelas yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ceramah yang selama ini biasa digunakan oleh guru dengan maksud untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam deskripsi hasil penelitian ini, akan memaparkan data-data hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Karang Kebon Barat, tentang pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII pada materi pencemaran lingkungan. Materi yang diajarkan adalah pencemaran lingkungan, untuk mengumpulkan data-

data pengujian hipotesis, peneliti mengajarkan materi pencemaran lingkungan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 2 kali pertemuan.

Pada tanggal 5 Maret 2021 sebelum peneliti memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, terlebih dahulu memberikan soal pretest kepada kelas eksperimen sedangkan pada tanggal 6 Maret 2021 setelah memberikan perlakuan peneliti memberikan soal post test di kelas eksperimen. Pada tanggal 9 Maret 2021 sebelum peneliti memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran konvesional, terlebih dahulu memberikan soal pretest kepada kelas eksperimen sedangkan pada tanggal 10 Maret 2021 setelah memberikan perlakuan peneliti memberikan soal post test di kelas kontrol tes yang digunakan adalah uraian dengan jumlah soal 8 yang sudah melalui proses uji validitas dan uji reliabilitas.

Berikut akan diuraikan data-data hasil penelitian terkait dengan hasil uji validitas, uji reliabilitas instrument, data keterampilan berpikir kritis siswa, uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis. Untuk menghitung peneliti menggunakan aplikasi SPSS 24.

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen a. Validitas Instrumen

Sebelum digunakan untuk penelitian, tes tersebut divalidasi oleh validator ahli, dalam penelitian ini yang menjadi validator adalah ibu Nurdiana, SP. MP beliau adalah dosen Biologi di UIN Mataram, soal yang divalidasi adalah soal uraian sebanyak 8 butir.

Ada 5 aspek yang dinilai oleh validator dengan skor 1-5, skor 1

= tidak baik, 2 = kurang baik, 3= cukup baik, 4 = baik, 5 = sangat baik.

Sehingga nilai validasi ahli adalah 40. Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh validator sudah termasuk kedalam kategori yang sangat baik, sehingga instrumen layak untuk digunakan.

Sebelum tes digunakan sebagai instrumen penelitian, tes terlebih dahulu di uji validitasnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan instrumen.

Adapun hasil perhitungan dibantu dengan menggunakan Microsoft excel dan program SPSS 24. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba tes kemampuan berpikir kritis menunjukan dari 8 butir soal yang disebar semuanya valid seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Y) No Soal r hitung r table Keterangan

1 0,636 0,30 Valid

2 0,642 0,30 Valid

3 0,632 0,30 Valid

4 0,643 0,30 Valid

5 0,692 0,30 Valid

6 0,651 0,30 Valid

7 0,805 0,30 Valid

8 0,748 0,30 Valid

Hasil uji validiatas instrumen kemampuan berpikir kritis siswa menunjukan bahwa nilai r hitunyan lebih besar daripada r tabel untuk butir soal nomor 1 sampai 8. Artinya tes instrumen kemampuan berpikir kritis yang diuji semuanya valid dengan taraf signifikan 5%.

b. Reliabilitas

Setelah memenuhi ktiteria validitas tiap-tiap butir soal maka hal yang selanjutnya yang harus dilakukan yakni menguji reliabilitas dari instrumen tes tersebut. Dalam hal ini uji coba reliabilitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana alat pengukur dapat dikatakan konsisten. Maksudnya, jika dilakukan pengukuran berulang-ulang maka alat pengukurnya menunjukan hasil yang sama. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen tes ini yaitu dengan rumus Alfa Cronbach dengan bantuan SPSS 24.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa nilai reliabilitasnya sebesar 0,828. Dari hasil nilai uji reliabilitas, data tersebut dinyatakan reliabel, karena nilai yang diperoleh sebesar 0,828.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas nilai rhitung sebesar 0,828 sedangkan rtabel sebesar 0,456. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak karena nilai rhitung ≥ rtabel. Adapun tingkat reliabilitas dari instrumen tersebut tergolong tinggi, karena nilai interpretasinya berkisar dari 0,70 ˂ r ≤0,90 sesuai dengan tabel 3.4.

2. Data Kemapuan Berpikir Kritis

Adapun hasil pre test dan post test kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dari penyebaran soal tes tersebut, antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Pre Tes dan Post Test Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen

No Nama Responden Pre Test Post Test

1 Ria Armayanti 52 78

2 Sari Andriani 63 78

3 Helmani 57 73

4 Nur Ainadini 47 68

5 Arini Astari 63 78

6 Nadira Putri 57 63

7 Dian Lestari 42 73

8 Yulia 63 78

9 Diana 57 68

10 Rehan 52 73

∑ 553 730

Rata-rata 55,3 73

Max 63 78

Min 52 63

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen menunjukan hasil dari pre tes dengan rata-rata 55,3, maksimal 63 dan minimal 52 sedangkan hasil

postest menunjukan nilai rata-rata sebesar 73, maksimal 78 dan minimal 63.

Tabel 4.3

Hasil Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Pre Tes dan Post Test Kelas Kontrol

Kelas Kontrol

No Nama Responden Pre Test Post Test

1 Ihda Yanatul 42 47

2 Zahliya Royana 52 57

3 Dahlia Aprianti 52 57

4 Ayudia Martiwi 47 52

5 Sistiana Ernawati 52 57

6 Mila Indah 52 57

7 Salwatun Najwa 52 57

8 Humdatun Safina 47 52

9 Ismawati 52 57

10 Dina Amelia 42 63

∑ 500 550

Rata-rata 50 55

Max 52 57

Min 42 47

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kelas kontrol menunjukan hasil dari pre tes dengan rata-rata 50, maksimal 52 dan minimal 42 sedangkan hasil postest menunjukan nilai rata-rata sebesar 55, maksimal 57 dan minimal 47.

3. Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran

Data hasil keterlaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pengambilan hasil keterlaksanaan pembelajaran ini untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning di kelas eksperimen dan model pembelajaran ceramah di kelas kontrol. Rata-rata hasil aktivitas pada setiap pertemuan di kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4

Rata-rata Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan Ke 1 dan Ke 2

Pertemuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pertemuan ke 1 79 % 75%

Pertemuan ke 2 79 % 70%

Presentase 79 % 72,5%

Pada pertemuan pertama kelas eksperimen nila keterlaksanaan pembelajaran yaitu 79%, sedangkan pertemuan kedua adalah 79%, berdasarkan penilaian pada pertemuan pertama dan ke dua tersebut, hasil presentase keterlaksanaan pembelajaran selama menerapkan model pembelajaran Discovery Learning adalah 79%. Sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata adalah 72,5%, sehingga hasil presentase kelas eksperimen untuk setiap pertemuan lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Data hasil observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen menggunakan 6 deskriptor, sedangkan di kelas kontrol menggunakan 6 deskriptor. Adapun tingkat kriteria penilaian observasi keterlaksanaan pembelajaran tersebut tergolong baik, karena interpretasi observasi keterlaksanaan pembelajaran baik dengan rentang nilai berkisar dari 61% - 80%.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji t, sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut diuraikan uji prasyaratnya:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan uji normalitas menunjukan bahwa data pre test maupun post test baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol semuanya berdistribusi normal.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Chi-Squere Test

Pre Test Eksperimen

Post Test Eksperimen

Pre Test Kontrol

Post Test Kontrol Chi Square 2.000a 2.000b 3.200c 6.800b

Df 4 3 2 3

Asymp. Sig. .736 .572 .202 .079

Berdasarkan data tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai uji normalitas menunjukkan nilai pre test kelas eksperimen yaitu 0,736 >

0,05 dan nilai post test kelas eksperimen yaitu 0,572 > 0,05, sedangkan nilai pre test kelas kontrol yaitu 0,202> 0,05 dan nilai post

test kelas kontrol yaitu 0,079> 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua data terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah varian ke dua sampel homogeni atau tidak. Untuk melihat homogenitas varian dibantu dengan program SPSS 24 seperti yang yang terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai signifikasinya sebesar 0,827 artinya kedua kelompok data memiliki varian yang sama.

Tabel 4.6

Test of Homogeneity of variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.306 3 36 .287

Dari tabel of homogeneity of variances diatas dapat diketahui bahwa hasil signifikan sebesar 0,287. Nilai ini menunjukan bahwa nilai sig = 0,287 > 0,05, jadi kesimpulannya kedua kelompok data mempunyai varians yang sama (homogen).

3) Uji t

Uji hipotesis dilakukan untuk mengambil keputusan yang didasarkan dari analisis data. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homgenitas, selanjutnya akan melakukan uji hipotesis menggunakan SPSS 24 dengan membandingkan nilai pre test dan post test kelas

kontrol dan nilai pre test post test kelas eksperimen dengan taraf signifikan 5% atau (0,05). Dalam penelitian hipotesis yang digunakan adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

Tabel 4.7 Uji Hipotesis

Independent Samples Test

T Df Sig.

(2tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Post Test

Eksperimen

8,089 18 .000 17,400 12,881 21,919 Post Test

Kontrol

8,089 17,303 .000 17,400 12,868 21,932 Data hasil uji hipotesis menunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0,00. Jika nilai (Sig) < 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat tahun pelajaran 2020/2021.

5. Pengumpulan Data dan Penyajian Data

Setelah dilaksanakan perhitungan data penelitian, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan yakni pengumpulan data dan penyajian data. Pengumpulan data dan penyajian data merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Adapun teknik yang digunakan sebagai pengumpulan data dan penyajian data ini, sebagai berikut:

a. Penyebaran Tes

Dalam hal ini, tes yang digunakan berbentuk uraian yang disebarkan kepada 20 siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat yang terbagi ke dalam dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen bejumlah 10 orang dan kelas kontrol berjumlah 10 orang.

b. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi dalam penelitian ini dengan cara mengamati langsung proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran yang telah dirancang di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini pengumpulan data dapat diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen, foto dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan peneliti dari awal sampai akhir, beserta dokumentasi yang berhubungan dengan segala hal yang memperkuat penelitian.

6. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah diajukan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini seperti yang telah di rumuskan pada bab I dan II yang berbunyi:

“Apakah Ada Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Ajaran 2020/2021”. Sedangkan hipotesis yang diajukan yaitu Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi: “Ada Pengaruh Pembelajaran

Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Ajaran 2020/2021

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik merupakan analisis yang berbentuk angka-angka sedangkan analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk menilai karateristik dari sebuah data. Untuk menjawab permasalahan dari penelitian ini sebagaimana hipotesis yang telah diajukan yaitu menggunakan rumus uji t yakni dengan SPSS. Hal ini bermanfaat untuk menentukan signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen dan kontrol.

B. Pembahasan

Di dalam proses pembelajaran mengharuskan terciptanya komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini pendidik merencanakan kegiatan pembelajaran sebelum memulai aktivitas pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar pembelajaran jadi terarah. Perencanaan dan penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran merupakan acuan atau pegangan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas supaya kondisi pembelajaran lebih efektif, efisien dan menyenangkan.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan dalam penggunaan model pembelajaran, karena model pembelajaran merupakan suatu pola atau pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu proses pembelajaran yang mengharuskan peserta didik lebih aktif dan pendidik hanya sebagai fasilitator. Adapun yang lebih ditekankan yaitu proses mencari sendiri pengetahuan bukan menemukan pengetahuan yang benar-benar baru. Namun dalam sebuah proses tersebut mengharuskan peserta didik menemukan suatu pengetahuan yang telah terintergrasi dengan pengetahuan sebelumnya supaya terciptanya kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dengan cara berpikir logis dan mendalam mengenai sebuah permasalahan yang memunculkan ide pemikiran yang baru. Siswa

dituntut untuk mampu mengembangkan keterampilan berpikir yang dimiliki melalui bertanya, menjawab, mengaplikasikan dan membuat kesimpulan.

Kemudian tingkat berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui hasil ujian tes.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu:

memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil tes yang di dapatkan ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat. Tes diuji cobakan dua kali pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini, kedua kelompok diberikan pre test sebelum penggunaan model pembelajaran dengan materi pencemaran lingkungan. Dari hasil pre test kelompok eksperimen memperoleh hasil presentase 55,3% sedangkan kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 50% dalam hal ini kedua kelompok tersebut memiliki sedikit perbedaan sebelum diberi perlakuan.

Setelah diberikan pre test kedua kelas tersebut diberi perlakuan, kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran discovery learning sedangkan kelas kontrol menggunakan model ceramah dengan materi pencemaran lingkungan. Setelah kedua kelas diberi perlakuan maka peneliti memberikan post test kepada kedua kelas tersebut. Dari hasil post tes tersebut kelas eksperimen memperoleh hasil presentase 73% sedangkan untuk

kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 55%. Hasil nilai dari kedua kelas tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Presentase kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen memperoleh kriteria “kritis” sedangkan kelas kontrol memperoleh kriteria

“cukup kritis”. Ketercapaian yang berbeda dari kelas eksperimen ini disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya menerima materi dari guru sehingga menyebabkan hasil presentase masing-masing yang diukur kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Siswa di kelas eksperimen lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan karena siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang ingin disampaikan melalui pengamatan terhadap beberapa contoh kasus pencemaran lingkungan. Model pembelajaran discovery learning dapat membantu siswa memperkuat kemampuan dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Hal ini menunjukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan perolehan lembar observasi keterlaksanaan RPP diperoleh nilai presentase yang termaksud dalam kategori baik yaitu sebesar (61% - 80%) pada pertemuan pertama kelas eksperimen nila keterlaksanaan pembelajaran yaitu 79 %, sedangkan pertemuan kedua adalah 79%, berdasarkan penilaian pada pertemuan pertama dan ke dua tersebut, presentase keterlaksanaan pembelajaran selama menerapkan model pembelajaran Discovery Learning adalah 79%. Sedangkan kelas kontrol hasil presentase adalah 72,5%, sehingga hasil presentase kelas eksperimen untuk setiap pertemuan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Data hasil observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen menggunakan 6 deskriptor, sedangkan di kelas kontrol menggunakan 6 deskriptor.

Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan materi pencemaran lingkungan diuji dengan menggunakan rumus uji-t.

Berdasarkan teknik analisis data uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan program SPSS untuk uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh pada nilai pre test yaitu 0,736 > 0,05 dan nilai post test yaitu 0,572 > 0,05, sedangkan nilai pre test kelas kontrol yaitu 0,202

> 0,05 dan nilai post test yaitu 0,079 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua data terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas diketahui bahwa hasil signifikan sebesar 0,287. Nilai ini menunjukan bahwa nilai sig = 0,287 >

0,05, jadi kesimpulannya kedua kelompok data mempunyai varians yang sama (homogen).

Dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa nilai tabel uji Independent Samples Test di atas, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00. Jika nilai (Sig) < 0,05 artinya Ha diterima. Setelah melakukan uji Independent Sample Test nilai Sig (2-tailed) 0,00 < 0,05 artinya terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

Terdapatnya pengaruh tersebut disebabkan karena kelas eksperimen menggunakan model Discovery Learning digunakan model tersebut diharapkan siswa turut aktif dalam mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan pertama yaitu Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan).

Untuk melalui tahap guru hanya menunjukan gambar yang mengenai beberapa kasus pencemaran lingkungan sehingga menimbulkan keinginan siswa untuk menyelidiki. Tahap kedua Problem Statement (pertanyaan/identifikasi masalah). Untuk melalui tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rumusan pertanyaan mengenai permasalahan pencemaran lingkungan berdasarkan gambar yang ditunjukan guru dalam bentuk hipotesis. Tahap ketiga yaitu Data Colelection (Pengumpulan data). Siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (Collection) berbagai informasi yang relevan. Tahap keempat

Dokumen terkait