• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

5. Tahap Refleksi

Pada Tahap Refleksi peneliti bersama guru bertindak sebagai observer mengkaji bahwa pada siklus II semangat, minat, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan dengan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dipaparkan pada perubahan-perubahan sikap terjadi dalam realisasi tindakan terhadap proses aktivitas belajar di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sikap senang menunjukkan antusias dalam mengikuti pelajaran bahkan hampir semua siswa senang dalam mengikuti pelajaran karena dapat memahami materi dengan baik.

Keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang dimengerti hampir semua siswa aktif bukan hanya pada siswa yang pintar dan mempunyai hasil belajar yang sangat baik melainkan siswa yang selama ini diam memperlihatkan keberaniannya untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa Hasil Observasi sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada Siklus II, Pertemuan 1, 2 dan 3 Memiliki peningkatan yang Sangat Tinggi dengan Jumlah Rata-rata Persentase 70,56%.

diberikan tergolong baru di kelas VIII MTs Ma’arif Kab. Bantaeng sehingga siswa sedikit termotivasi dalam proses belajar mengajar. pada Siklus I ini, guru seakan-akan memperkenalkan kepada siswa model pembelajaran yang diterapkan.

Setelah diadakan Refleksi pada Siklus I maka dilakukan kegiatan perbaikan demi peningkatan hasil belajar siswa yang lebih maksimal pada Siklus II, dimana terlihat bahwa setelah dilaksanakan Dua Kali Tes Siklus, siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 7 siswa dan meningkat menjadi 17 siswa pada Siklus II. Selain itu nilai rata-rata siswa juga meningkat dari 64,42% pada Siklus I dan menjadi 90,00% pada siklus II.

Disamping terjadinya peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak selama berlangsungnya penelitian dari Siklus I sampai Siklus II, tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada sikap siswa. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat oleh guru selama penelitian. Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Persentase Kehadiran siswa pada Siklus I sebesar 75,21% dan pada siklus II juga meningkat menjadi 88,29% .

2. Persentase Siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran Siklus I sebesar 53,30% dan pada Siklus II meningkat menjadi 88,29%.

3. Persentase yang memberi respon pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran pada Siklus I sebesear 61,50% dan pada Siklus II meningkat menjadi 88,29%.

4. Persentase siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti saat proses pembelajaran pada Siklus I sebesar 51,60% pada Siklus II meningkat menjadi 81,85%.

5. Persentase Siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal (tidak mengerjakan, menyontek, dll) pada Siklus I sebesar 53,10% dan pada siklus II menurung menjadi 36,69%.

6. Persentase Siswa yang malakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) pada Siklus I sebesar 48,30% pada Siklus II dan menurun menjadi 39,95%.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh peneliti di MTs Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng bahwa untuk meningkatkan hasil belajar, minat dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar dikelas harus mengetahui usaha- usaha yang dilakukan oleh guru dalam memberikan pengajaran yang baik kepada siswa, untuk meningkatkan hasil belajar Aqidah Ahklak melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani. Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dan peneliti dalam memberikan pengajaran kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar Aqidah Ahklak melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) antara lain sebagai berikut:

1. Guru Membuat Silabus dan RPP sebagai pedoman dan pengangan, dalam memberikan pengajaran kepada siswa.

2. Guru memberikan pengajaran kepada siswa dengan efektif, efisien dan psikomotorik didalam kelas

3. Guru harus menguasai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) atau model-model yang lain sebelun memberikan pengajarkan kepada siswa didalam kelas.

4. Guru yang memberikan pengajaran kepada siswa harus guru yang propesional serta menguasai model-model pembelajaran yang di ajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang baik didalam kelas dan tidak ada rasa bosan, jenuh dll, terhadap siswa.

5. Pada saat terakhir memberikan pengajaran kepada siswa guru harus memberikan evaluasi kepada siswa dan memberikan penilaian yang baik terhadap siswa.

Dalam suatu pekerjaan tentunya tidak selamanya berjalan dengan lancar kadang berjalan lancar kadang juga mempunyai hambatan yang di hadapi oleh guru dalam penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sehingga nilai rata-rata siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak mencapai Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM).

Pelaksanaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat, dikelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng.

Adapun faktor pendukung yang didapatkan oleh peneliti selama proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng, diantaranya sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran yang sudah jelas yang dikembangkan melalui Silabus dan RPP.

2. Menggunakan metode dan model yang bervariasi dan tepat sesuai dengan kompetensi dan bahan yang diajarkan.

3. Sarana dan prasarana di kelas harus memadai .

4. Penilaian terhadap siswa harus terencana dengan baik, proses maupun hasil, serta didukung oleh lingkungan dan suasana yang religius.

Dengan adanya faktor pendukung diatas, sangat membantu penulis menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng, Adapun faktor Penghambat yang dihadapi oleh peneliti, diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor waktu yaitu waktu hanya 2 jam pelajaran perminggu masih kurang karena mengingat beban kompetensi yang harus dicapai siswa terlalu banyak untuk meningkatkan Kriteria Ketuntasan Minimun siswa.

2. Bahan ajar yang terlalu banyak sehingga tidak sebanding dengan waktu yang diberikan.

3. Guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran karena harus dibuat untuk jangka waktu satu semester di samping skenario pembelajaran yang lengkap dan menyeluruh.

4. Minimnya pemahaman guru tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tentang materi Aqidah akhlak yang diajarkan oleh guru terhadap siswa

Meskipun penulis menghadapi banyak hambatan dan tantangan, penulis tetap berusaha agar penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terlaksana dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada Siklus I dan Siklus II maka dapat disimpulkan bahwa Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan Hasil Analisis secara deskriptif data hasil belajar siswa diperoleh pada Siklus I yaitu 64,42 dan berarti lebih rendah dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan pada Siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik yaitu 90,00, sesuai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dilakukan oleh peneliti di Kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kab.

Bantaeng, terbukti dari hasil yang di peroleh antara lain :

1. Persentase Siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran Siklus I sebesar 53,30% dan pada Siklus II meningkat menjadi 88,29%.

2. Persentase yang memberi respon pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran pada Siklus I sebesear 61,50% dan pada siklus II meningkat menjadi 88,29%.

3. Persentase siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti saat proses pembelajaran pada Siklus I sebesar 51,60% dan pada Siklus II meningkat menjadi 81,85%.

67

4. Persentase Kehadiran siswa pada Siklus I sebesar 75,21% dan pada siklus II meningkat menjadi 88,29%.

5. Persentase Siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal (tidak mengerjakan, menyontek, dll) pada Siklus I sebesar 53,10% dan pada siklus II menurung menjadi 36,69%.

6. Persentase Siswa yang malakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) pada Siklus I sebesar 48,30% pada Siklus II dan menurun menjadi 39,95%.

7. Tes Siklus I persentasi ketuntasan siswa berdasarkan Nilai KKM yaitu 65.

Sebesar 61,11% yaitu terdapat 11 siswa dari 18 siswa termasuk dalam kategori Tidak Tuntas. Sedangkan 38,88% yaitu terdapat 7 siswa dari 18 siswa termasuk dalam kategori tuntas. Selanjutnya pada Tes Siklus II persentasi ketuntasan siswa berdasarkan Nilai KKM yaitu 65. Sebesar 5.55% yaitu terdapat 1 siswa dari 18 murid termasuk dalam kategori tidak tuntas. Sedangkan 94,44% yaitu terdapat 17 siswa dari 18 murid termasuk dalam kategori tuntas atau berada pada kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian di lapangan, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dijadikan model pembelajaran yang digunakan oleh guru di sekolah dengan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan.

2. Guru diharapkan mampu meningkatkan secara profesional dan memahami secara mendalam tentang model pembelajaran terutama guru bidang studi sehingga siswa tidak merasa bosan, jenuh dan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Ninimun (KKM)..

Diharapkan pula kepada Guru Bidang Studi yang lain agar mampu menerapkan dan mengembangkan Model PembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL)dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

Dapartemen Agma RI. 2013 Al-Quran Tajwid Dan Terjemahannya, Cat: 5 Jawa .Barat: CV, Diponegoro

Hamalik 2003 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UT

Johnson, B Elaine. 2008. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Cet. IV;

Bandung: Mizan Learning Center (MLC),

Johnson, B Elaine. 2008. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Cet. 4;

Bandung: Kaifa

Http:/// Nahdhirin. Blongspot, com /210/03/ Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, html.

Zainal, Aqip 2001 Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Contextual (Inovatif). Surabaya

Hanafiah Nanang, Cucu Suhana, Konsep Strategi pembelajaran 2009. Bandung.

PT. Refika Aditama

Depdiknas. 2004 Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:

Depdiknas..

Ibrahim, H Darsono, 2008 Membangun Aqidah dan Akhlak Solo, Tiga Serangkai (TS)

Rasyid, Harun and Mansyur, 2008 Penilaian Hasil Belajar. Seri Pembelajaran Evektif. Catatan Kedua Bandung: CV Wacana Prima

Supardi 2007 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bhumi Aksara

Kemmis and Taggar 1998 The Action Researarch Planner Victoria : The Deakin Univercity

Moh. Asrori 2007 Penelitian Tindakan Kelas Bandung : PT. Wacana Prima Suharjono 2007 Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara

Zainal Aqip, 2009 Belajar dan Pembelajaran di SD Bandung : Yrama Widja.

Hilman A. 2006 Perlunya Memahami Pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran. Bandung : PGRI Jawa Barat

Udan Saefuddin Saud 2009 Pengembangan Profesi Guru Bandung : Alfabeta Undang-Undang Republik Indonesia (Lembaga Negara RI : 2005) Sistem

Pendidikan Nasional No.20 tahun 2005 : jakarta :Depdiknes

Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas/Semester : VIII / B. 2( Dua) Alokasi Waktu : 2x40 Menit Aspek : Aqidah Akhlak A. Standar Kompetensi

1. Memahami Pengertian Namimah (Mengadu domba) B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan Pengertian Namimah (Mengadu domba) C. Indikator Pencapaian Kompetensi :

Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Dan Karakter

 Mampu Menjelaskan Pengertian Namimah (Mengadu domba)

Religius, Jujur, Sopan santun, Disiplin, Tanggung jawab, Ingin tahu, dan Percaya diri.

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :

Patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

Percaya diri (keteguhan hati, optimis).

Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik) D. Materi Ajar (Materi Pokok)

 Namimah

1. Pengertian Namimah

Namimah berarti mengaduh domba, yaitu menceritakan sikap atau perbuatan seseorang (yang belum tentu benar) kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan antara keduaanya.

maupun sesama manusia.

Allah SWT mencela pelaku perbuatan tersebut sebagaimana di dalam QS. Al Qalam (68) : 10-11 :





















Terjemahnya:Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambar fitnah.

Dalam sebuah Hadits Marfu’ yang di riwayatkan Hudzaifah Radhiallahu’anhu di sebutkan :

.ٌمﺎﱠَﳕ َﺔﱠﻨَﳉْا ُﻞُﺧْﺪَﻳ َﻻ :ص ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ : َلﺎَﻗ ضر َﺔَﻔْـﻳَﺬُﺣ ْﻦَﻋ ﺐﻴﻫﱰﻟا و ﺐﻴﻏﱰﻟا ﰱ ،ىﺬﻣﱰﻟا و دواد ﻮﺑا و ﻢﻠﺴﻣ و ىرﺎﺨﺒﻟا

Artinya: Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat Namimah. (HR.

Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, 3 : 495)

Namimah bisa berawal dengan rasa iri karena melihat seseorang (yang difitnah) memperoleh kesenangan atau keuntungan. Karena besarnya rasa iri, kemudian mencari jalan untuk menjelek-jelekkan kepada orang lain. Namimah sangat erat hubungannya dengan fitnah. Lasimnya orang yang suka menfitnah juga suka mengadu domba.

2. Akibat Buruk Namimah

Namimah berakibat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Akibat buruk namimah antara lain :

a. Bagi pelaku sendiri

1) Rasa tidak tenang adanya rasa kekewatiran akan terbongkar kejahatannya

2) Terancam tidak masuk ke janah.

2) Rusaknya hubungan persaudaraan antara dua bela pihak yang diadu domba

3) Terjadainya pertikaian antara kedua belah pihak jika masing- masing tak mampuh mengendalikan dirinya

4) Rusaknya hubungan bermasyarakat apabilah kedua belah pihak mencari pendukung

5) Kekacauan masyarakat sehingga tidak dapat hidup tenang 3. Larangan Namimah

Islam melarang secara tegas kepada umatnya perbuatan namimah apabilah mendengar suatu berita hendaknya bersikap hati-hati, tidak terlalu mudah percaya, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat (49) : 6 yang berbunyi :





































Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Dan ayat lain juga menegaskan larangan berbuat Namimah sebagaimana dalam firman Allah SWT di dalam QS. An-Nisa (4) : 112 yang berbunyi :































Sering terjadi seseorang terlanjur berbuat yang kurang terpuji gara-gara berita yang diterimah dari seseorang setelah diteliti, ternyata berita yang diterimah tadi berita bohong.

Akhirnya orang tersebut menyesali perbuatannya, ayat di atas menyuruh kita agar mudah mempercayai suatu berita yang belum jelas kebenarannya. Kita diwajibkan untuk mencari tabayun (mencari kejelasan) terhadap kebenaran berita tersebut.

4. Prilaku Menghindari Namimah

Setiap muslimin dan muslimat wajib menghindarkan diri dari namimah adapun cara menghindarkan diri dari namimah antara lain sebagai berikut;

a. Tidak terlampau mudah menerimah suatu berita apabilah tidak jelas kebenarannya.

b. Mengadakan tabayun (kejelasan suatu berita) apabila mendengar berita dari seseorang, terutama orang yang belum jelas baik kepribadiaanya.

c. Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang cenderung menjelek-jelekkan seseorang

E. Metode dan Model Pembelajaran:

1. Metode : Ceramah , Tanya jawab dan Penugasan 2. Model : Contekstual Teaching and Learning (CTL) F. Tujuan Pembelajaran

Siswa diharapkan mampu untuk :

Menjelaskan Pengertian Namimah (Mengadu domba)

Menyebutkan Pengertian Namimah (Mengadu domba)

Menyebutkan contoh-contoh Namimah (Mengadu domba)

Mengamati Pengertian Namimah

Contoh - contoh Pengertian Namimah

dari peristiwa Pengertian Namimah Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

-

Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan Basmalah dan kemudian Berdoá bersama, sebelum memulai pelajaran.

-

Menanyakan kabar siswa.

-

Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas.

-

Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

Eksplorasi

­

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang Materi Pembelajaran Namimah

­

Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:

1. Pernahkah kalian mendengar Pengertian Namimah?

2. Siapakah diantara kalian yang sudah membaca buku Aqidah Akhlak tentang Materi Namimah?

-

Guru meminta siswa untuk menjelaskan kembali tentang Materi Namimah.

-

Guru memberikan Tugas kepada siswa tentang Namimah?

Konfirmasi

-

Guru memberikan Evaluasi (Penilaian) Kepada Siswa

-

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran berikutnya.

Kegiatan Akhir (Penutup)

-

Guru memberikan kesimpulan dengan materi yang di ajarkan

-

Guru memberikan pesan-pesan moral.

-

Guru menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca Hamdalah/Doá.

-

Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.

-

Keluar kelas dengan tertib pada waktunya H. Bahan/Sumber Belajar

Buku Aqidah Akhlak 3 Serangkai Kelas VIII MTs

Buku BSE Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs I. Penilaian

1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis dan Tes Lisan 2. Bentuk Penilaian : Tes Isian

berikutnya melalui kegiatan pembelajaran individual.

Bantaeng, 03 Februari 2015 Mahasiswa Penelitian,

Hamzah .S

NIM : 10519 0142 011

Mengetahui :

Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah MTs Ma’arif T.G.

Salam S.Pd.I H. Muh. Badwi S.Ag

NIM :4339 7466 4811 0053 NIM : 6538 7426 4220 0002

Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas/Semester : VIII / B. 2( Dua) Alokasi Waktu : 2x40 Menit Aspek : Aqidah Akhlak A. Standar Kompetensi

1. Memahami Pengertian Dendam B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan Pengertian Dendam C. Indikator Pencapaian Kompetensi :

Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Dan Karakter

 Mampu Menjelaskan Pengertian Dendam

Religius, Jujur, Sopan santun, Disiplin, Tanggung jawab, Ingin tahu, dan Percaya diri.

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :

Patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

Percaya diri (keteguhan hati, optimis).

Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik) D. Materi Ajar (Materi Pokok)

 Dendam

1. Pengertian Dendam

Dendam berarti keinginan yang keras yang terkandum dalam hati untuk membalas kejahatan.

masyarakat melakukan hal-hal yang tidak terpuji.

2. Bentuk-Bentuk Dendam

Dilihat dari perbuatannya, dendam dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk tergantung orang yang membalas. Dilihat dari kadarnya, dendam ada tiga tingkatan, yakni pembalasan yang lebih ringan, seimbang, dan lebih berat dari kejahatannya.

a. Pembalasan yang lebih ringan, misalnya disakiti secara fisik di balas dengan perkataan buruk

b. Pembalasan yang seimbang, misalnya memukul sekali pada kepala dibalas sekali pukulan dikepala dengan kadar kekerasan yang seimbang

c. Pembalasan yang melebihi misalnya ejekan dibalas dengan beberapa kali pukulan

3. Anjuran Untuk Bersabar Tidak Dendam

Islam mendidik umatnya agar bersikap lapang dada, tidak dendam terhadap suatu kejahatan yang ditimpanya kepada dirinya. Apabila terpaksa harus membalas, hendaknya berimbang antara kejahatan yang diterima dengan yang ditimpanya kepada pelakunya. Allah swt berfirman sebagai berikut:



























Terjemahannya: Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.

akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. ( Q.S. An-Nahl/16 : 126)

dendam. Allah swt berfirman sebagai berikut;





























































Terjemahannya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (Q.S. Fussilat/41 : 34-35)

Berdasarkan ayat diatas, perilaku menghindari dendam antara lain;

a. Melatih diri untuk bersabar terhadap sesuatu yang mengecewakan hati

b. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap manusia berpeluang untuk berbuat jahat

c. Menyadari bahwa dirinya sendiri suatu saat mungkin juga berbuat jahat sebagaimana orang lain berbuat jahat.

E. Metode dan Model Pembelajaran:

1. Metode : Ceramah , Tanya jawab dan Penugasan 2. Model : Contekstual Teaching and Learning (CTL) F. Tujuan Pembelajaran

Siswa diharapkan mampu untuk :

G. Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Siswa mampu Mengamati

Pengertian Dendam

Siswa Menyebutkan Contoh - contoh Pengertian Dendam

Mengidentifikasi dari peristiwa Pengertian Dendam Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

-

Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan Basmalah dan kemudian Berdoá bersama, sebelum memulai pelajaran.

-

Menanyakan kabar siswa.

-

Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas.

-

Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

Eksplorasi

­

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang Materi Pembelajaran Dendam

­

Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:

1. Pernahkah kalian mendengar Pengertian Dendam?

-

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang Materi Pengertian Dendam.

Elaborasi

-

Guru meminta siswa untuk menjelaskan kembali tentang Materi pengertian Dendam.

-

Guru memberikan Tugas kepada siswa tentang Materi Dendam?

Konfirmasi

-

Guru memberikan Evaluasi (Penilaian) Kepada Siswa

-

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran berikutnya.

Kegiatan Akhir (Penutup)

-

Guru memberikan kesimpulan dengan materi yang di ajarkan

-

Guru memberikan pesan-pesan moral.

-

Guru menutup/mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca Hamdalah/Doá.

-

Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.

-

Keluar kelas dengan tertib pada waktunya H. Bahan/Sumber Belajar

Buku Aqidah Akhlak 3 Serangkai Kelas VIII MTs

Buku BSE Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs I. Penilaian

1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis dan Tes Lisan 2. Bentuk Penilaian : Tes Isian

berikutnya melalui kegiatan pembelajaran individual.

Bantaeng, 10 Februari 2015 Mahasiswa Penelitian,

Hamzah .S

NIM : 10519 0142 011

Mengetahui :

Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah MTs Ma’arif T.G.

Salam S.Pd.I H. Muh. Badwi S.Ag

NIM :4339 7466 4811 0053 NIM : 6538 7426 4220 0002

Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas/Semester : VIII / B. 2( Dua) Alokasi Waktu : 2x40 Menit Aspek : Aqidah Akhlak A. Standar Kompetensi

1. Memahami Pengertian Hasad (Iri hati, Dengki) B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan Pengertian Hasad (Iri hati, Dengki) C. Indikator Pencapaian Kompetensi :

Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Dan Karakter

 Mampu Menjelaskan Pengertian Hasad (Iri hati, Dengki)

Religius, Jujur, Sopan santun, Disiplin, Tanggung jawab, Ingin tahu, dan Percaya diri.

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :

Patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

Percaya diri (keteguhan hati, optimis).

Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik) D. Materi Ajar (Materi Pokok)

 Hasad

1. Pengertian Hasad

Kata Hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti Iri hati, dengki.

Dalam dokumen Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng” (Halaman 76-81)

Dokumen terkait