• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng”"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hampir semua mata pelajaran diajarkan dengan mayoritas pembelajaran berlangsung dalam bentuk Pembelajaran Langsung (berpusat pada guru). Artinya pelajaran Aqidah Ahlak memerlukan pendekatan pengajaran yang berbeda dengan pendekatan pengajaran pada mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat meningkatkan hasil siswa. , minat, perhatian dan motivasi dalam proses interaksi pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak serta dapat menjadikan siswa berpikir mandiri, kreatif dan inovatif.

Rumusan Masalah

Salah satu alternatif bagi guru dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di MTs Ma'arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng adalah Penerapan Model Belajar Mengajar Kontekstual. Model Teaching Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Ma'arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Hal ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada guru dalam memilih model pengajaran yang efektif, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqiadah Akhlak. Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar, sehingga segala permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat diselesaikan bersama-sama melalui model pembelajaran yang digunakan. Dan kedepannya kita dapat memahami model-model yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan efisien.

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Belajar Aqidah Akhlak

  • Pengertian Hasil Belajar
  • Peningkatkan Hasil Belajar
  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan
  • Aqidah Akhlak

Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL): Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjay Win, kontekstual Menurut Sanjay Win merupakan model pembelajaran yang memiliki tujuh komponen pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran kontekstual teaching and learning (CTL) mencoba mengatasi kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs.Ma'arif Tumbelgani. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang menghubungkan dunia nyata siswa dengan benda sehingga siswa dapat menarik makna dimana makna tersebut lahir dari pengalaman (bukan makna dari dunia abstrak yang dibangun). oleh siswa).

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

  • Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and
  • Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
  • Karakreristik Pembelajaran Contxstual Teaching and
  • Prinsip Pembelajaran Kontxstua Teaching and Learning
  • Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and
  • Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Ciri khas penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang berulang-ulang untuk meningkatkan proses belajar mengajar di kelas, Taggart dan Kemmis (2005: 16).

Lokasi dan Objek Penelitian

Variabel Penelitian

Sedangkan informasi deskriptif mengenai sikap siswa selama proses pembelajaran pada Siklus II disajikan pada Tabel 4.10 berikut ini. Persentase siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami selama proses pembelajaran pada Siklus I sebesar 51,60% Pada Siklus II meningkat menjadi 81,85%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pada Siklus I dan Siklus II dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (SOL) pada siswa Kelas VIII MTs Ma' arif Tumbelgani Kab.

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar Tingkat Penguasaan Kategori
Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar Tingkat Penguasaan Kategori

Defenisi Operasional Penelitian

Prosedur Penelitian

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru berperan sebagai pengamat untuk mengkaji kekurangan dan tindakan yang diberikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengimplementasikan skenario pembelajaran yang dirancang sesuai dengan Siklus II. Apabila hasil yang dicapai pada siklus II sudah optimal yaitu mencapai kriteria ketuntasan minimal (mencapai skor 65), maka siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan karena ketuntasan belajar sudah tercapai.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sehingga dapat diketahui hasil belajar yang diperoleh setiap siswa.

Teknik Analisis Data

  • Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apakah hasil belajar Aqidah Akhlak siswa meningkat melalui penerapan model pembelajaran kontekstual teaching and learning (CTL), yang terlihat dari peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa. siswa dari siklus I hingga siklus II. Sikap, minat, keaktifan, kehadiran, kerjasama dan motivasi belajar siswa terhadap model pembelajaran kontekstual (CTL) juga mengalami peningkatan yang terlihat pada saat pelaksanaan tindakan dan hasil lembar observasi di akhir. dari setiap siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma’arif

  • Visi dan Misi MTs. Ma’arif Tumbelgani
  • Keadaan Guru MTs. Ma’arif Tumbelgani
  • Struktur Organisasi MTs. Ma’arif Tumbelgani
  • Keadaan Siswa MTs. Ma’arif Tumbelgani
  • Sarana dan Prasarana MTs. Ma’arif Tumbelgani

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, karena kita ingin menyampaikan kedewasaan kepada peserta didik baik dalam berpikir maupun berperilaku. Di Bantaeng terdapat 25 orang, termasuk kepala sekolah, dengan informasi guru laki-laki 12 orang dan guru perempuan 13 orang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan harus ada suatu sistem yang tidak lepas dari adanya berbagai fasilitas.

Bantaeng pada tahun pelajaran 2015/2016 yaitu 181 siswa dengan rincian Kelas VII.A sebanyak 25 siswa, Kelas VII.B sebanyak 25 siswa, Kelas VII.C sebanyak 23 siswa, Kelas VIII.A sebanyak siswa sebanyak 19 orang, kelas VIII.B sebanyak 18 siswa, kelas VIII.C sebanyak 19 siswa, kelas IX.A sebanyak 26 siswa dan kelas IX.B sebanyak 26 siswa. Sedangkan prasarana merupakan perangkap pendukung utama bagi suatu proses atau upaya pendidikan sehingga tujuan pendidikan tercapai. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi kebutuhan pendidik sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. 'potensi fisik, intelektual, sosial, emosional dan psikologis.

Ruangan juga merupakan penunjang utama proses belajar mengajar di sekolah, tanpanya proses pembelajaran tidak akan berjalan semaksimal mungkin.

Hasil Penelitian

Penyajian Data Siklus I

  • Tahap Perancanaan
  • Tahap Pelaksanaan Tindakan
  • Tahap Observasi/Pengamatan
  • Tahap Refleksi

Masih banyak siswa yang tidak masuk kelas, baik tanpa penjelasan maupun dengan izin, dengan persentase sebesar 75,21%. Perhatian siswa pada siklus I masih rendah, hal ini disebabkan siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran dan menyelesaikan lembar individu siswa dengan persentase 53,30%. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah baik, namun siswa yang menjawab pertanyaan tentang mata pelajaran kurang maksimal dengan persentase 61,50%.

Siswa yang kurang percaya diri terhadap soal (tidak mengerjakan, menyontek, dan sebagainya) dengan persentase sebesar 53,10%. Bantaeng yang berjumlah 18 siswa diajar melalui penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada. Berdasarkan tabel 4.7 di atas frekuensi dan persentase hasil belajar siswa bila dikategorikan maka jumlah siswa yang memperoleh nilai kategori Sangat Rendah sebanyak 3 orang atau 16,66%.

Berdasarkan tabel 4.8 diatas terlihat bahwa pada tes Siklus I persentase ketuntasan siswa berdasarkan nilai KKM adalah 65. Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pelajaran, baik tanpa penjelasan maupun atas izin. Perhatian siswa pada siklus I masih rendah, seperti kurangnya semangat siswa pada saat proses pembelajaran dan penyelesaian lembar kerja individu siswa. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah baik, namun siswa dalam merespon pertanyaan tentang materi pelajaran kurang. optimal tidak.

Siswa yang bertanya tentang mata pelajaran yang belum dipahaminya, serta siswa yang kurang percaya diri.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus I.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus I.

Penyajian Data Siklus II

Pertemuan 1, 2, dan 3 mempunyai persentase rata-rata sebesar 57,16%, apabila pada refleksi tindakan pada siklus I memperoleh hasil yang kurang maksimal yaitu tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (mendapatkan hasil 65), maka siklus i selanjutnya yaitu Siklus II akan terealisasi. Proses pembelajaran pada Siklus II dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan Langkah Kegiatan Pembelajaran yaitu Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir. Selama penelitian pada siklus II dicatat sikap setiap siswa terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak.

Perhatian siswa pada siklus II meningkat pada saat proses pembelajaran dan ketuntasan individu lembar kerja siswa meningkat dengan persentase sebesar 88,29%. Pada siklus II dilakukan tes hasil belajar berupa ulangan harian setelah materi disampaikan sebanyak 3 kali pertemuan. Persentase ketuntasan belajar siswa pada ulangan akhir Siklus II didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan pada kelas VIII MTs Ma'arif Kab.

Berdasarkan tabel 4.13 di atas terlihat bahwa pada tes Siklus II persentase ketuntasan siswa berdasarkan nilai KKM adalah 65. Pada tahap Refleksi, peneliti dan guru berperan sebagai pengamat untuk mengetahui pada siklus II antusiasme, minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dijelaskan bahwa terjadi perubahan sikap dalam pelaksanaan tindakan mengenai proses kegiatan pembelajaran di kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Peneliti menyimpulkan bahwa hasil observasi sikap siswa selama proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1, 2 dan 3 mengalami peningkatan yang sangat tinggi dengan persentase rata-rata sebesar 70,56%.

Pembahasan

Lakukan tabayun (kejelasan sesuatu berita) apabila mendengar berita tentang seseorang, terutama seseorang yang belum jelas keperibadiannya. Dan janganlah kamu lebih iri hati terhadap apa yang telah dianugerahkan Allah kepada sebahagian kamu daripada sebahagian yang lain. kerana) bagi lelaki ada sebahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita (pula) ada sebahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebahagian dari karunia-Nya. Terjemahannya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (bersangka), kerana sebahagian prasangka itu adalah dosa.

Apakah kesan negatif orang melakukan Zan kepada orang lain tanpa sebarang bukti nyata? Orang yang merendah diri ialah orang yang merendahkan diri dalam masyarakat, baik dari segi perkataan mahupun perbuatan dalam masyarakat. Tasamuh pada pendapat saya ialah seseorang yang menghormati orang lain yang lebih tua daripada kita dengan berkata-kata yang baik dan sopan kepada orang tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap data hasil belajar siswa yang diperoleh pada tahap pertama yaitu 64,42 yang berarti nilai lebih rendah dari kriteria kesempurnaan minimal (KKM) pada tahap kedua. sesuai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dilakukan peneliti di Kelas VIII MTs Ma'arif Tumbelgani Kab. Proporsi siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada pembelajaran tingkat pertama sebesar 53,30%, dan pada pembelajaran tingkat kedua. Persentase yang menjawab pertanyaan topik pada siklus I sebesar 61,50%, pada siklus II. siklus meningkat menjadi 88,29%.

Proporsi siswa yang bertanya tentang topik yang belum dipahaminya selama proses pembelajaran pada siklus I sebesar 51,60% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,85%. Persentase siswa yang kurang percaya diri mengerjakan soal (tidak mengerjakan, menyontek, dll) pada siklus I sebesar 53,10%, dan pada siklus II turun menjadi 36,69%. Persentase siswa yang melakukan aktivitas lain selama proses pembelajaran (bermain, membuat keributan, dan lain-lain) pada siklus I sebesar 48,30%, pada siklus II menurun menjadi 39,95%.

Sedangkan 94,44% yaitu 17 siswa dari 18 siswa berada pada kategori penuh atau kategori tinggi.

Saran

Gambar

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar Tingkat Penguasaan Kategori
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus I.
Tabel 4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas VII tentang Hidup tenang