BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni di SMA Negeri 12 Makassar dan memilih kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas uji tanpa menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis naskah drama dan siswa kelas XI IPA 6 dengan jumlah sebanyak 35 siswa sebagai kelas uji coba dengan menggunakan tes awal (pretest) setelah diberikan perlakuan (treatment) kemudian dilakukan pengukuran (posttest) lagi untuk mengetahui hasil dari perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama pada kelas XI IPA 6. Pada saat proses pembelajaran, sebelum siswa diberikan tugas sebagai tes awal (pretest), terlebih dahulu dijelaskan materi tentang drama, untur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
drama dan cara menganalisis naskah drama dengan baik, kemudian pada tahap penugasan di tes awal (pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan menganalisis isi naskah drama siswa. Sebelum diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran problem posing dengan menganalisis isi naskah drama yaitu siswa diberikan tugas untuk membuat cerpen secara perkelompok dengan tema yang telah ditentukan.
Dari hasil pretest diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif pada proses penugasan dan memperoleh berbagai kesulitan dalam menganalisis isi naskah pada sebuah drama, sebagian siswa juga terlihat tidak bersemangat dan tidak tertarik pada saat belajar sehingga menyebabkan siswa tidak fokus mengikuti proses pembelajaran.Pada pertemuan selanjutnya pada saat dilakukan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, pada tahap ini beberapa perbedaan yang terjadi di dalam kelas terhadap respon siswa dalam belajar misalnya pada sikap dan keaktifan siswa sebelum penggunaan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama dan pada saat penerapan model pembelajaran problem posing, siswa terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga kelas yang awalnya terlihat tak hidup karena ketidakantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran sekarang terlihat menyenangkan karena siswa tertarik dan antusisas mengikuti pelajaran sebab dianggap belajar seperti permainan yang bernilai edukatif. Setelah siswa menganlisis isi naskah pada drama yang mereka buat, kemudian siswa kembali diberikan ksempatan untuk saling tukar hasil analisis naskah. Hal itupun memicu pertanyaan siswa tentang hasil analisis drama yang telah mereka kerjakan. namun dengan model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang mereka temukan. Tiap kelompok kemudian berdiskusi lalu mempresentasikan sendiri jawabannya yang merupakan pengambilan nilai individu. Kemudian, kelompok lain pun yang
merupakan penanya akan menerima ataupun menyanggah jawaban yang telah ditemukan kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kemampuan siswa pada tahap pretest dan tahap postest terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini dibuktikan pada hasil kerja siswa yang mendapatkan nilai tertinggi tahap pretest 88 sebanyak 10 siswa kemudian mengalami peningkatan pada tahap postest dengan nilai 95 sebanyak 11 siswa.
1. Kondisi siswa tahap pretest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi naskah drama
Kemampuan siswa menganalisis naskah drama dengan menggunakan metode konvensional dalam menganalisis isi naskah drama,siswa diminta memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan. Kemudian setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu guru menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.
Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal menjawab dan kurang baik dalam menjawab.
Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf. kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang belum dipenuhi dengan baik.
2. Kondisi siswa tahap postest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi naskah drama
Pada tahap ini, siswa kembali diajarkan dengan menggunakan model yang sama yaitu konvensional. Namun, untuk siswa yang awal pemahamannya kurang, setelah di lakukan uji kembali menggunakan model lain yang sama dengan naskah yang sama, hasilnya tak jauh beda dengan tahap pretest. Padahal pada tahap ini, siswa telah bekerja sama dengan teman temannya untuk memecahkan soal.
Namun mereka hanya mendapat nilai dibwah standar.
Hal itu dikarenakan siswa yang kurang aktif, model yang guru terapkan hanya berpusat pada guru saja dan tidak berkembang pada siswa.
3. Kondisi siswa pada tahap pretest dengan kemampuan menganalisis isi naskah drama kelas eksperimen
Kemampuan siswa dalam menganalisis naskah drama sebelum menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, siswa diminta memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan.
Kemudian setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu guru menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.
Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal menjawab dan kurang baik dalam menjawab.
Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah
memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf.
4. Kondisi siswa pada tahap postest dengan kemampuan menganalisis isi naskah dramakelas eksperimen.
Kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang belum dipenuhi dengan baik.Kondisi siswa pada tahap postest mengalami sedikit perubahan pada hasil kerja siswa, hal itu dipengaruhi karena siswa tidak lagi merasa bosan di dalam kelas selama pelajaran karena seluruh siswa dituntut aktif dalam mengerjakan tugas. pada pengaplikasian model pembelajaran problem posingdalam menganalisis isi naskah drama, Siswa terlihat senang mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses pengaplikasian model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama,
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa model pembelajaran problem posingdalam menganalisis isi naskah dramamemberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran bahasa Indonesia khususnya drama. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata tahap postestyang diberikan perlakuan model pembelajaran problem posingdalam menganalisis isi naskah drama memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 88,3 dibanding pada tahap pretest yang tidak mendapatkan perlakuan model pembelajara problem posing dalam menganalisis isi naskah drama yaitu 72,6
Hal itu juga dibuktikan dengan pengujian hipotesis dengan menggunaan analisis uji t. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama memberikan pengaruh terhadap pembelajaran menganalisis isi naskah drama siswa Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 12 Makassar dengan hasil perbandingan nilai rata-rata siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan statistik uji t. Diketahui bahwa nilai
thitung yang diperoleh dengan analisis uji t yaitu 2,775 dan nilai ttabel yaitu 1,724 yang diperoleh dengan memperhatikan tabel distribusi t denagn taraf signifikan ά
= 0,05 dan df = N – 1 . Hasil ini menunjukkan bahwa Ho = ditolak dan H1 = diterima. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini yaitu “jika menerapkan model problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini dalam pembelajaran Bahasa Indonesia maka hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar akan mengalami peningkatan” diterima.
Selain menggunakan analisis hasil belajar tes, peneliti juga menyimpulkan bahwa kondisi belajar mengajar di kelas lebih aktif pada tahap postest dibanding pretestpadakelas eksperimen. Selain itu, siswa lebih aktif pada saat proses pembelajaran ketika diterapkan model problem posing dalam menganalisis isi naskah drama karena siswa menikmati proses belajar mengajar dengan betul betul. Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan angket kuesioner menunjukan bahwa tingkat minat dan keaktifan siswa meningkat dari pretest ke posttest setelahdiberi treatment (perlakuan).
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah terletak pada penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran di kelas.
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan agar peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai yaitu model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama.
Peningkatan hasil belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini diangggap berhasil dilihat dari hasil aktivitas siswa dalam belajar bisa dibuktikan dari pengambilan data dengan menggunakan angket (terlampir) yang menunjukkan bahwa minat siswa dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama berpengaruh dan meningkatkan minat
belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan menganalisis naskah
Hal itu membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing dapat membuka pikiran siswa untuk lebih berpikir luas menemukan hal-hal baru yang berkaitan dengan sesuatu di sekitarnya misalnya, pada pengaplikasian dalam pembelajaran menganalisis isi naskah drama, hal tersebut menumbuhkan rasa penasaran siswa terhadap isi naskah sebelum menganalisisnya. Hal itu juga di karenakan naskah drama yang menarik perhatian siswa sehingga menciptakan kerja sama yang baik dengan siswa lainnya. Dengan model pembelajaran problem posing ini yang di dukung dengan naskah drama yang sangat popular dikalangan masyarakat, Oleh karena itu siswa dapat menikmati pembelajaran dengan model yang diterpakan dan menghasilkan nilai belajar yang cukup baik dan memberikan peningkatan dari pembelajaran sebelumnya yang tidak diberikan perlakuan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada hasil penelitian ini adalah model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, efektif digunakan pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan rata-rata kelas yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama yaitu 88,33 dan kelas yang tanpa menggunakan model pembelajaran problem posing dengan permainan pancasila lima dasar yaitu 59,9
Selain itu juga dapat dilihat pada uji hipotesis yang menunjukkkan hasil tes nilai t hitung memiliki jumlah lebih besar yaitu 3,580 dan 3,603 dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu 1,609 dan 1,689. thitung = 3,580 > ttabel = 1,690 dan thitung
= 3,603 > ttabel = 1,689 dan mengkuti aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan yaitu jika thitung> ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima yang berarti penerapan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada : a. Siswa
Siswa hendaknya mampu memotivasi diri dalam belajar untuk meningkatkan menganalisi naskah drama.
b. Pendidik
1. Pendidik mampu menerapkan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama
61
2. Pendidk mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran sehingga minat dan hasil belajar siswa akan baik dan meningkat.
c. Calon peneliti
1. Mampu meneliti penerapan model pembelajaran problem posing di berbagai sub pembelajaran.
2. Kiranya mampu memodifikasi model pembelajaran problem posing dengan permainan anak-anak lainnya.
68 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2014.Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: sinar baru algensindo
Ambarwati, Wiwit. 2012. Implementasi Metode Problem Posing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.SKRIPSI.
Annisa, Rizki. 2018. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Drama melalui Metode Kontekstual Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7 Makassar.
SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah
As’ari, A.R. 2005. Problem Posing Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika. Jurnal Matematika: Tahun V, Nomor 1, April 2000.
B, Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. 2011. Panduan Penelitian. Jakarta: Pustaka Publisher.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Emzir. 2015. Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta:Rajawali Persada
Endraswara, Suardi. 2005. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta : Bumi Aksara.
Indraswari, Sely. 2015. Pengembangan Media Berbasis Adobe Flash CC Dengan Metode Problem Posing Learning Untuk Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Film/Drama di Keas XI SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.SKRIPSI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di kkbi.kemdikbud.go.id/entri/religious. Diakses 7 desember 2018
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nasutian. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Ramli, Rahma. 2018. Pengaruh Model Mind Mapping dengan Permainan Pancasila Lima Dasar Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMK Baznas Makassar. SKRIPSI. Univeraitas Muhammadiyah
Rusman.2014. Model-model pembelajaranmengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: FMIPA UNNES.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata kuliah dasar umum.
Makassar: Pustaka Lontara.
63
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Waluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yokyakarta:
Hanandita.
Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasarin Press.
LAMPIRAN
Rencana kegiatan pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 12MAKASSAR
Mata pelajaran : Bahasa indonesia
Materi pokok : Drama
Alokasi waktu : 6 x 45menit ( 3 JP) A. Kompetensi Inti
KI- 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut
KI- 2 Memahami dan menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedur berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humainora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI- 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI- 4 Mengolah, menalarn dan menyajikan dalam rana konkret dan rana abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran 3.18. mengidentifikasi alur cerita, babak
demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton
Mendata alur, konfliks,
penokohan, dan hal yang menarik dalam drama yang dipentaskan.
4.18. mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca.
.Memberi tangggapan serta memperbaiki hasil kerja dalam diskusi kelas.
3.19. Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca
Mengidentifikasi isi dan
kebahasaan drama yang dibaca.
C. Tujuan pembelajaran
Setelah melalui proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat
1. Mampu mengetahui unsur-unsur dalam drama (alur, babak, konflik, dan penokohan)
2. Mampu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama 3. Mampu merancang pementasan drama
4. Mampu memberikan tanggapan pada sebuah pementasan drama.
D. Materi pembelajaran Drama
Alur dalam drama
Babak dalam drama
Konflik dalam drama
Penokohan dalam drama
Isi Dan kebahasaan drama
Persiapan pementasan drama
Pementasan drama E. Metode pembelajaran
Model pembelajaran : Konvensional
Metode : penugasan, tanya jawab, eksplorasi F. Media/alat, bahan pembelajaran
Media : naskah drama
G. Sumber belajar
buku bahasa indonesia kelas XI
Buku referensi yang relevan
Internet
H. Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan pertama
2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi sebelumnya.
Guru menyampaikantujuanpembelajaran
10 menit
Inti Guru menyampaiakan sub materi pembelajaran
Guru membahas materi yang akan di ajarkan tentang pengertian,drama dan unsur unsurnya.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait materi yang di pelajarai hari ini,
Setelah semua peserta didik memahami materi yang telah disampaiakan, guru menugaskan
70 menit
mengidentifikasi drama yang telah dibaca.
Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.
Guru menejlaskan tata cara pengerjaan tugas kelompok sekaligus individu dan cara penilaiannya.
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
10 menit
Pertemuan kedua 2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
5 menit
materi sebelumnya.
Inti Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis naskah drama “munafik“ yang telah di bagikan oleh guru lalu para ketua kelompok menukar naskah mereka ke kelompok yang lain..
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
Pertemua ketiga 2 x 45 menit kegiatan
Deskripsi Alokasi waktu
pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetntang materi sebelumnya.
5 menit
Inti Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Kompetensi keagamaan dan sosial
Teknik penilaian : observasi/pengamatan
Bentuk : catatan hasil observasi b. Kompetensi pengetahuan
Teknik penilaian : tes
Bentuk penilaian : penugasan kelompok
lembar kerja siswa c. Kompetensi keterampilan
Teknik penilaian : penugasan
Bentuk : tugas tertulis
Lampiran Materi
A. Pengertian drama
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah.
Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung.
Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.
B. Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8 jenis, antara lain:
Tragedi: drama yang bercerita tentang kekecewaan.
1. Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan kelucuan.
2. Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.
3. Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi musik.
4. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi musik.
5. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya drama tersebut dagelan.
6. Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai gerakan.
7. Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.
C. Unsur-Unsur Drama
Berikut unsur-unsur drama :
1. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita drama.
2. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak pertama sampai babak terakhir.
3. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan figuran.
4. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut.
Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis adalah berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang jahat.
5. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah drama yang berlangsung.
6. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.
D. Isi dan kebahasaan drama
1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya seni yang hendak diulas.
Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas pada objek ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang sejenis. Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat) seperti : menarik/tidak menarik, mengharukan, memilukan, bernilai, memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain sebagainya.
Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Kata sifat atau kata keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat…,
….sekali, sangat…..
2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif
Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film ini sungguh menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur, drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita teladani, dan lain-lain.
3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal
a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.
Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;
Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;
Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya…, melainkan juga…;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena, apabila, bilamana, jikalau.