• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan

digambarkan dalam bentuk histogram berikut ini.

Histogram 4. Kemampuan Menulis Puisi Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang Untuk Ketiga Indikator

penguasaannya 88,17 berada pada rentangan 86-95% pada skala 10. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada sampel 10 yang mendapatkan skor 3.

Sampel 10

Gempa Bumi Gempa bumi melanda kotaku Kota Padang hancur

Reruntuhan bangunan Terlihat dimana-mana Mereka kehilangan Orang yang disayang

Gempa bumi menguncang kotaku Jeritan dan tangis

Masih membayang Kotaku hancur

Rumah-rumah di tepi jalan hancur Bagaikan Gempa memsnahkan kotaku kepingan-kepingan piring pecah

Gempa menghancurkan kotaku Menghancurkan harapan Harapan mereka

Hidup mereka

(data sampel 010)

Puisi di atas untuk indikator penggunaan diksi diberi skor 3 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 3 diberikan apabila terdapat 5 atau lebih jumlah diksi dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat 5 jumlah diksi. Sampel 010 dapat memenuhi kriteria untuk indikator 1 yaitu memberikan detail diksi. Diksi yang ditulis siswa sesuai dengan media yang diberikan guru dan dapat berkembang dengan cukup baik. Menurut Waluyo (1987:72-78), diksi atau pemilihan kata yang harus diperhatikan oleh seorang penyair yaitu: Hal-hal yang harus di perhatikan dalam penggunaan diksi adalah sebagai berikut: (a) Perbendaharaan kata, (b) Urutan kata, (c) Daya sugesti kata-kata.

Di dalam tulisan siswa dengan sampel 010 di atas menggambarkan diksi tersebut dapat berkembang dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada puisi di atas yaitu, “Kota Padang hancur , Reruntuhan bangunan, Kotaku hancur, Rumah-rumah di tepi jalan hancur, Gempa menghancurkan kotaku”.

Dikatakan menggunakan diksi yang tepat karena siswa menulis pilihan kata sesuai dengan gambar yang dilihatnya. Gambar tersebut berupa kota padang yang hancur setelah terjadi gempa, ada reruntuhan bangunan, kota hancur akibat gempa, rumah-rumah juga hancur, dan gempa lah yang mengakibatkan kota hancur. Ini membuktikan bahwa siswa mampu menulis diksi dengan baik sesuai gambar.

Selanjutnya, dapat ditampilkan contoh tulisan yang memberikan pokok permasalahan dalam diksi kurang berkembang dengan baik. Tulisan yang terpilih adalah sampel 021 mendapatkan skor 1.

Sampel 021

Berantakan Langit kelam...

Seakan ikut merasakan Pedih perih

Melihat semuanya berantakan Bumiku diguncang Semuanya berserakan Bumiku diguncang Kini tinggal kesedihan Yang tak terkirakan Ya Tuhan...

Inikah cobaan Semoga kami tabah Menghadapi semua ini

(data sampel 021)

Tulisan siswa tersebut hanya menuliskan satu diksi dengan memperoleh skor 1 sesuai dengan penilaian yang sudah ditetapkan. Skor 1 diberikan apabila terdapat satu sampai dua diksi yang ditulis siswa sesuai dengan media gambar yang sudah dibagikan. Pada puisi di atas terdapat satu diksi yaitu, “berantakan dan berserakan”. Digolongkan diksi karena data sampel 021 sudah menggunakan diksi yang sesuai dengan gambar yang dilihat. Gambar melihatkan rumah hancur akibat gempa. Pada data 021 masih kurang mampu menggunakan diksi yang sesuai gambar.

2. Kemampuan Menulis Puisi Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang Untuk Indikator 2 Citraan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat pengguasaan kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk indikator 2 baik sekali (BS) dengan rata-rata tingkat penguasaannya 91,39 berada pada rentangan 86-95% pada skala 10. Agar lebih jelas, berikut ini akan ditampilkan tulisan siswa dalam menulis puisi yang menuliskan beberapa citraan. Siswa terpilih pada sampel 003.

Sampel 003

Gempa 2009 Gempa yang melanda kota padang Menghancurkan kota

Terdengar anak-anak yang menangis Kehilangan orang tua

Bangunan banyak yang roboh

Orang-orang banyak tertimbun bangunan Sehingga kota padang sepi

Kota mati

Disana-sini terlihat bangunan yang hancur

Pada hari itu

Pemandangan kota padang bagaikan kota yang mati Karna semua orang pada lari

Mengungsi ke kampung (data sampel 003)

Puisi di atas untuk indikator penggunaan citraan diberi skor 3 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 3 diberikan apabila terdapat 3 atau lebih jenis citraan dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat 3 jenis citraan. Berikut ini akan dibahas satu-persatu citraan yang terdapat pada sampel 003.

a. Citraan Penglihatan

Menghancurkan kota (citraan penglihatan)

Bangunan banyak yang roboh (citraan penglihatan)

Orang-orang banyak tertimbun bangunan (citraan penglihatan) Sehingga kota padang sepi (citraan penglihatan)

Kota mati (citraan penglihatan)

Disana-sini terlihat bangunan yang hancur (citraan pengllihatan) Pemandangan kota padang bagaikan kota yang mati(citraan penglihatan)

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya penglihatan pembaca. Pembaca seolah bisa melihat apa yang sampaikan oleh penyair dalam puisinya. Menurut Hasanuddin WS (2002:117) citraan penglihatan adalah citraan yang timbul kerena daya saran penglihatan. “Menghancurkan kota, Bangunan banyak yang roboh, Orang-orang banyak tertimbun bangunan, Sehingga kota padang sepi, Kota mati, Disana-sini terlihat bangunan yang hancur ,Pemandangan kota padang bagaikan kota yang mati

Digolongkan citraan penglihatan kerena siswa memberikan rangsagan pada indera penglihatan pembaca, sehingga pembaca seolah bisa melihat hancurnya kota, bangunan banyak yang roboh, orang-orang banyak tertimbun

bangunan, kota padang sepi, kota mati, melihat bangunan hancur dimana- mana, pemandangan kota padang yang seperti kota mati.

b. Citraan pendengaran

Terdengar anak-anak yang menangis (citraan pengdengaran)

Citraan pendengaran adalah citraan yang timbul karena daya pendengaran pembaca. Menurut Hasanudin WS (2002:117) citraan pendengaran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha memancing bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu.

Pada puisi siswa di atas yakni “Terdengar anak-anak yang menangis”.

Digolongkan citraan pendengaran kerena siswa memberikan rangsangan pada indera pendengaran, sehingga pembaca seolah bisa mendengar suara isak tangis korban gempa.

c. Citraan Gerak

Karna semua orang pada lari (citraan gerak)

Citraan gerak adalah citraan yang mengambarkan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak. Menurut Hasanudin WS (2002:117), citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah-ilah bergerak. Pada puisi di atas yakni

Karna semua orang pada lari”. Digolongkan citraan gerak karena siswa mampu menghidupkan suasana dan pembaca seolah-olah juga merasakan gerakan-gerakan orang-orang yang sedang berlarian.

Berikut ini akan dilampirkan contoh puisi siswa yang memperoleh skor 2 dan siswa yang terpilih adalah sampel 004.

Sampel 004

Gempa Bumi Ya Allah mengapa kau

Memberikan bencana seperti ini...

Goyangan yang sangat besar

Sehingga makhluk ciptaanmu menjadi, Kesulitan

Ya Allah maafkanlah semua Kesalahan umat manusiamu ini...

Goyangan yang besar yang engaku berikan Membuat banyak makhluk yang mati\meninggal Bumipun menjadi hancur

Berantakan...

Betapa besarnya kekuasaanmu...

(data sampel 004)

Puisi di atas untuk indikator penggunaan citraan diberi skor 2 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 2 diberikan apabila terdapat 2 jenis citraan dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat 2 jenis citraan yaitu citraan penglihatan dan citraan gerak.

a. Citraan gerak

Goyangan yang sangat besar (citraan gerak) Goyangan yang besar (citraan gerak)

Citraan gerak adalah citraan yang mengambarkan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak. Menurut Hasanudin WS (2002:117), citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah-ilah bergerak. Pada puisi di atas yakni

goyangan yang sangat besar, goyangan yang besar”. Digolongkan citraan gerak karena siswa mampu menghidupkan suasana dan pembaca seolah-olah juga merasakan goyangan-goyangan gempa yang dahsyat.

b. Citraan penglihatan

Makhluk yang mati\meninggal (citraan penglihatan) Bumipun menjadi hancur (citraan penglihatan) Berantakan...(citraan penglihatan)

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya penglihatan pembaca. Pembaca seolah bisa melihat apa yang sampaikan oleh penyair dalam puisinya. Hasanuddin WS (2002:117) citraan penglihatan adalah citraan yang timbul kerena daya saran penglihatan. Pada puisi siswa di atas yakni “makhluk yang mati\meninggal ,bumipun menjadi hancur, berantakan... ”. Digolongkan citraan penglihatan kerena siswa memberikan rangsagan pada indera penglihatan, sehingga pembaca seolah-olah melihat makhluk yang mati atau meninggal, bumi hancur dan berantakan.

3. Kemampuan Menulis Puisi Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang Untuk Indikator 3 Majas

Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk indikator 3 (majas) tergolong cukup (C) dengan rata-rata tingkat penguasaannya 59,14 berada pada rentangan 56-65% pada skala 10. Tingkat kemampuan siswa yang sempurna untuk indikator 3 majas berjumlah 5 orang untuk lebih jelasnya berikut ini ditampilkan contoh puisi siswa yang memperoleh skor 3.

Sampel data 023

Gempa Bumi

Gempa bumi mengoncang kotaku Kotaku penuh dengan tangisan

Kotaku penuh dengan debu kehancuran

Bangunan kami hancur

Seperti piring-piring pecah berserakan Gempa bumi menghancurkan kotaku Kotaku sepi

Hanya reruntuhan bangunan Menghiasi kotaku

Gempa bumi menganas Membuat kami ketakutan

Kami tidak ada tempat tinggal lagi (Sampel data 023)

Puisi di atas untuk indikator penggunaan majas diberi skor 3 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 3 diberikan apabila terdapat 3 atau lebih jenis majas dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat 3 jenis majas. Berikut ini akan dibahas satu-persatu majas yang terdapat pada sampel 023 .

a. Majas personifikasi

Kotaku penuh dengan tangisan (majas personifikasi) Gempa bumi menganas (majas personifikasi)

Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda mati seolah hidup seperti manusia. Waluyo (1987: 83-86) majas personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang sering dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona. Pada puisi siswa di atas yakni “Kotaku penuh dengan tangisan, Gempa bumi menganas ”. puisi tersebut menggambarkan sebuah kota yang menangis biasanya menangis itu sifat manusia, dan gempa yang sedang menganas biasanya yang menganas itu sifat manusia.

b. Majas Perbandingan atau Simile Bangunan kami hancur

Seperti piring-piring pecah berserakan (majas perbandingan)

Majas perbandingan adalah majas yang menyamakan sesuatu hal dengan yang lainnya. Waluyo (1987: 83-86) majas perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung disebutkan perbandinganya. Benda yang dikiaskan kedua- duanya ada bersama pengiasnya dan menggunakan kata-kata seperti, laksana , bagaikan, bagi, bak, dan sebagainya. Pada puisi di atas, “Bangunan kami hancur Seperti piring-piring pecah berserakan”, puisi tersebut menggunakan kata seperti yang menyamakan bangunan hancur dengan piring-piring berserakan .

Berikut ini akan dilampirkan contoh puisi siswa yang hanya menggunakan satu majas.

Sampel 009

Oh gempa Oh gempa

Kenapa engkau

Menghancurkan bangunan Dan rumah penduduk Oh gempa

Sebab engkau

Kami kehilangan tempat tinggal Dan sanak saudara kami

Oh gempa Tahukah engkau Betapa banyaknya

Engkau menelan nyawa orang yang tidak bersalah Oh gempa

Ku berharap Kau tak akan

Mengunjang tanah minang ini lagi (data sampel 009)

Pada puisi di atas terdapat satu majas dalam puisi yang ditulis siswa.

Untuk itu skor penilaian yang diberikan adalah 1 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 1 diberikan apabila terdapat satu jenis majas dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat satu jenis majas yaitu Majas Personifikasi

Engkau menelan nyawa orang yang tidak bersalah (majas personifikasi) Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda mati seolah hidup seperti manusia. Waluyo (1987: 83-86) majas personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang sering dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona. Pada puisi siswa di atas yakni “Engkau menelan nyawa orang yang tidak bersalah”, puisi tersebut menggambarkan gempa menelan manusia, sedangkan yang menelan itu adalah benda hidup.

4. Kemampuan Menulis Puisi Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk Gabungan Ketiga Indikator

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat penguasaan kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk ketiga indikator tergolong baik (B) dengan rata-rata tingkat penguasaannya 77,42 yang berada pada rentangan 76-85% pada skala 10.

Pertama, siswa yang memperoleh nilai sempurna (S) sebanyak 4 orang (12,90%) Kedua, siswa yang memperoleh nilai baik sekali (BS) sebanyak 8

orang (25,80%). Ketiga, siswa yang memperoleh nilai baik (B) sebanyak 11 orang (35,48%). Keempat, siswa yang memperoleh nilai lebih dari cukup (LDC) sebanyak 6 orang (18,60%). Kelima, siswa yang memperoleh hampir cukup (HC) sebanyak 2 orang (6,45%). Agar lebih jelas, berikut ini akan ditampilkan hasil tulisan puisi siswa yang tertinggi dengan nilai 100 dan yang terendah dengan nilai 55,56. Berikut ini akan dilampiran puisi siswa yang mendapat nilai 100.

Sampel 005

Hancur Hancur...

Gempa menghancurkan Padang Hancur rumahku

Hancur harapanku Hancur...

Gempa telah membinasakan kami Kami kehilangan istana

Hancur

Kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan Hancur...

Terasa sepi kotaku Bangunan disana sini Hancur berantakan

Begitu perih kami rasakan Pedih menahan luka

Kehilangan semua harapan kami (Sampel data 001)

Puisi di atas mendapatkan skor 9 yaitu untuk indikator diksi memperoleh skor 3, untuk indikator citraan memperoleh skor 3 dan untuk indikator majas memperoleh skor 3. Puisi di atas untuk indikator penggunaan diksi diberi skor 3 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 3 diberikan apabila terdapat 4 atau lebih jumlah diksi dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas

terdapat 8 jumlah diksi dalam puisi siswa. Hal ini dapat dilihat dalam tulisan siswa yakni, “Hancur, Gempa menghancurkan Padang. Hancur rumahku, Hancur, hancur, kotaku hancur, hancur, banguan disana sini hancur berantakan”. Diksi yang ditulis siswa sudah sesuai dengan gambar karena di dalam gambar terlihat banyak sekali rumah hancur, berantakan, rumah hancur.

Puisi di atas untuk indikator penggunaan citraan diberi skor 3 karena sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah skor 3 diberikan apabila terdapat 3 atau lebih jenis citraan dalam puisi yang ditulis siswa. Pada puisi di atas terdapat 3 jenis citraan dalam puisi siswa.

Berikut ini akan diuraikan citraan yang terdapat pada sampel 001.

a. Citraan penglihatan

Gempa menghancurkan Padang (citraan penglihatan) Hancur rumahku (citraan penglihatan)

Kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan (citraan penglihatan) Hancur berantakan (citraan penglihatan)

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya penglihatan pembaca. Pembaca seolah bisa melihat apa yang sampaikan oleh penyair dalam puisinya. Hasanuddin WS (2002:117) citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya saran penglihatan. Pada puisi siswa di atas yakni “Gempa menghancurkan Padang, hancur rumahku, kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan, hancur berantakan.

Pada puisi tersebut pembaca seperti bisa melihat apa yang dituliskan penyair di dalam puisinya. Digolongkan citraan penglihatan karena siswa memberikan rangsagan pada indera penglihatan, sehingga pembaca seolah bisa

melihat Gempa menghancurkan Padang, hancur rumahku, kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan, hancur berantakan.

b. Citraan rasaan

Begitu perih kami rasakan (Citraan Rasaan)

Citraan rasaan adalah citraan yang membangkit emosi sipembaca yang digambarkan si penyair. Menurut Hasanudin WS ( 2002:117-132) lewat citraan ini, digambarkanlah sesuatu oleh penyair dengan mengentengkan atau memilih kata-kata untuk membangkitkan emosi pada sajak guna menggiring daya bayang pembaca lewat sesuatu yang seolah-olah dapat dirasakan oleh indera pengecapan pembaca. Pada puisi ini yakni “Begitu perih kami rasakan” pada puisi di atas siswa membangkitkan emosi si pembaca dengan perih yang dirasakan.

c. Citraan rabaan

Pedih menahan luka (citraan rabaan)

Citraan rabaan adalah citraan yang menciptkan suatu daya seolah-olah pembaca tersentuh atau bersentuhan yang melibatkan indera kulitnya. Menurut Hasanudin WS (2002:117-132) citraan rabaan adalah citraan berupa lukisan yang mampu menciptakan suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dengan tersentuh, bersentuhan, atau apapun yang melibatkan efektivitas indera kulitnya. Citraan rabaan sering dimanfaatkan untuk menggambarkan suasana sendu, perih, meskipun terkadang di dalamnya dijumpai sentuhan esotis. Pada puisi di atas yakni pedih menahan luka. Digolongkan citraan rabaan karena siswa sudah mampu mengambarkan suasana pedih menahan luka.

Pada puisi di atas terdapat 3 jenis majas dalam puisi siswa. Berikut ini akan dibahas satu persatu majas yang terdapat pada sampel 001.

a. Majas personifikasi

Gempa telah membinasakan kami (majas personifikasi)

Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda mati seolah hidup seperti manusia. Waluyo (1987: 83-86) majas personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang sering dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona. Pada puisi siswa di atas yakni “Gempa telah membinasakan kami ”, puisi tersebut menggambarkan gempa telah membinasakan manusia yang sebenarnya membinasakan itu tingkah laku manusia.

b. Majas metafora

Kami kehilangan istana (majas metafora)

Majas metafora adalah membandingkan secara langsung dua hal.

Waluyo (1987: 83-86) metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat. Pada puisi siswa di atas yaitu “Kami kehilangan istana ”. Puisi di atas membandingkan secara langsung sebuah rumah dengan istana.

c. Majas perbandingan

Kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan (majas perbandingan)

Majas perbandingan adalah majas yang menyamakan sesuatu hal dengan yang lainnya. Waluyo (1987: 83-86) majas perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung disebutkan perbandinganya. Benda yang dikiaskan kedua-

duanya ada bersama pengiasnya dan menggunakan kata-kata seperti, laksana , bagaikan, bagi, bak, dan sebagainya. Pada puisi siswa di atas “Kotaku hancur bagaikan kapal pecah yang bertabrakan. Pada puisi di atas kotaku hancur dibandingkan dengan kapal pecah yang bertabrakan yang memakai kata pembanding bagaikan.

Selanjutnya, akan dilampirankan tulisan siswa yang memperoleh nilai terendah yaitu 55,56.

Sampel 004

Gempa Bumi Ya Allah mengapa kau

Goyangan yang sangat besar

Sehingga makhluk ciptaanmu menjadi, Kesulitan

Ya Allah maafkanlah semua Kesalahan umat manusiamu ini...

Goyangan yang besar yang engaku berikan Membuat banyak makhluk yang mati\meninggal Bumipun menjadi hancur

Berantakan...

Betapa besarnya kekuasaanmu...

(data sampel 004)

Puisi di atas mendapatkan skor 5 yaitu untuk indikator diksi memperoleh skor 2, untuk indikator citraan memperoleh skor 2 dan untuk indikator majas memperoleh skor 1. Pada puisi di atas terdapat satu diksi yakni

bencana, hancur, berantakan, betapa besarnya kekuatanmu”. Dua jenis citraan yaitu citraan gerak dan citraan penglihatan. Citraan gerak yakni

Goyangan yang sangat besar dan goyangan yang besar ”. digolongkan citraan gerak karena siswa mampu menciptakan suasana gerak pada pembaca

dan pembaca seolah-olah merasakan goyangan yang sangat dahsyat. Citraan penglihatan yakni “makhluk yang mati/meninggal. bumipun menjadi hancur,berantakan...”. digolongkan citraan penglihatan karena siswa membawa pembaca dalam puisinya dan seolah-olah melihat makhluk yang mati/meninggal, bumi hancur, berantakan. Satu jenis majas yaitu majas hiperbola “Goyangan yang sangat besar dan goyangan yang besar ”.

digolongkan majas hiperbola karena siswa menggunakan kata-kata yang berlebihan yaitu goyangan gempa yang sangat dahsyat.

Berdasarkan dari ketiga indikator yang diteliti, ternyata tingkat penguasaan kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang tergolong baik (B) dengan rata-rata tingkat penguasaannya 79,93 berada pada rentangan 76-85% pada skala 10. Oleh sebab itu, pemahaman siswa untuk kedua indikator baik dan satu indikator cukup baik. Indikator yang kurang dikuasai siswa adalah indikator 3 majas, karena siswa kurang paham sekali dengan majas atau bahasa kias.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa kemampuan puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang sebagai berikut, (1) kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk indikator diksi tergolong baik sekali (BS) dengan rata-rata 88,17 berada pada rentangan 86- 95% pada skala 10, (2) kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk indikator citraan tergolong baik sekali (BS) dengan rata-rata 91,31 berada pada rentangan 86-95%, (3) kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk indikator majas tergolong cukup (C) dengan rata-rata 59,14 berada pada rentangan 56-65% pada skala 10, dan (4) kemampuan menulis puisi berbantuan media gambar siswa kela VIII SMP Negeri 27 Padang untuk gabungan ketiga indikator tergolong baik (B) dengan rata-rata 79,93 berada pada rentangan 76-85% pada skala 10.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti mengemukakan tiga saran sebagai berikut. Pertama, disarankan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk lebih banyak latihan menulis agar kemampuan

69

menulis puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang dapat berkembang lebih baik.

Kedua, disarankan kepada guru mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Padang untuk lebih baik memilih media atau teknik pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi. Hal tersebut disebabkan media pembelajaran sangat berperan penting untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.

Ketiga, peneliti lain dapat dijadikan bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini.

Dokumen terkait