• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini berjudul interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab

pertama pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, masalah yang akan dibahas, tujuannya serta manfaat dari penelitian ini.

Melihat judul di atas bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya siswa SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Karena tanpa bahasa interaksi yang dilakukan seseorang tidak akan berjalan dengan lancar. Walaupun di dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi kadang masih banyak yang mengcampurkan bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia, sehingga terjadi yang namanya interferensi.

Interferensi akan terjadi pada siswa yang menguasai dua bahasa atau yang lebih dikenal dengan dwibahasawan. Intereferensi ini sangat mudah sekali terjadi karena adanya pengaruh bahasa Bugis atau bahasa pertama yang merupakan bahasa pengantar yang dapat memengaruhi siswa dalam menerima dan mengerti suatu pelajaran. Dengan adanya interferensi ini sering terjadi penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Namun disadari bagi siswa SMP Negeri 3 Marioriwawo bahwa dalam berkomunikasi bahasa Bugis merupakan bahasa yang paling dikuasai dan paling akrab dengan kehidupannya. Untuk itu, bahasa Bugis sulit dipisahkan dari kehidupan siswa. Bukan hal itu saja akan tetapi didukung juga dengan tempat mereka berdomisili yaitu di wilayah pedesaan otomatis mereka dominan menggunakan bahasa Bugis.

Melihat uraian di atas maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, di mana di lingkungan siswa sering terjadi interferensi-interferensi bahasa dalam berkomunikasi. Sehingga peneliti

berinisiatif ingin membahas masalah yang berkaitan dengan interferensi tersebut.

Masalah yang ingin dibahas yaitu bagaimana bentuk interferensi fonologi, morfologi dan sintaksis pada bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Selanjutnya tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui bentuk interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas serta pada saat pembelajaran berlangsung.

Di dalam melakukan penelitian harus ada manfaat yang diperoleh baik peserta didik maupun guru yang mengajar. Sehingga peneliti harus memberikan manfaat yang bersifat positif sehingga dapat membuat siswa mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Adapun Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat praktis di sini bertujuan agar siswa dapat mengasah kemanpuannya sehingga dapat memperdalam pengetahuannya tentang bahasa Indonesia yang baku dengan cara yang mudah. Sedangkan manfaat teoretis bertujuan untuk memotivasi para praktisi dalam mengembangkan pengajaran bahasa Indonesia agar dalam penggunaannya tidak banyak menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Karena adanya manfaat yang ingin dicapai maka dalam pembelajaran siswa juga merasakan kesenangan dan cinta akan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Untuk memenuhi semua itu perlu adanya kajian pustaka dan kerangka pikir yang menjadi acuan dan bahan pertimbangan yang harus didukung dengan beberapa teori dasar dan berbagai pendapat para ahli serta referensi kepustakaan yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan. Sekarang akan di bahas pada bab kedua. Di dalam penelitian ini dicantumkan mengenai hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Karena dengan adanya penelitian terdahulu dapat memotivasi peneliti dalam melaksanakan masalah yang telah dirumuskan.

Dan merupakan suatu contoh yang dapat mempermudah dalam menyusun hasil penelitian.

Pada penelitian ini siswa banyak menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Bugis dengan bahasa Indonesia sehingga menimbulkan adanya kontak bahasa.

Kontak bahasa ini terjadi pada diri siswa yang menggunakan bahasa Indonesia secara bergantian. Karena pada umumnya bahasa yang paling dikuasai siswa akan berpengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa berikutnya. Semakin besar jumlah siswa yang seperti ini semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini akan menimbulkan saling pengaruh yang manifestasinya menjelma dalam menerapkan kaidah bahasa Bugis ke dalam penggunaan bahasa Indonesia, demikian pula sebaliknya.

Pemerolehan bahasa Bugis berkaitan dengan segala aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa ini terjadi apabila anak yang belum pernah belajar bahasa apapun mulai belajar bahasa untuk pertama kalinya. Sedangkan pemerolehan bahasa Indonesia dapat diperoleh melalui

pemerolehan bahasa Indonesia yang terpimpin dan secara alamiah. Pemerolehan bahasa secara terpimpin mengajarkan kepada siswa tentang penyajian materi yang sudah diterapkan di pikiran dan telah dipahami oleh siswa. Sedangkan pemerolehan bahasa secara alamiah merupakan pemerolehan bahasa Indonesia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa yang secara spontan tanpa ada bimbingan dari pengajar. Hipotesis pemerolehan bahasa tersebut terjadi dalam tiga hipotesis yaitu hipotesis nurani, tabularasa, dan hipotesis kesemestaan kognitif. Adanya hipotesis tersebut mengakibatkan pengaruh yang sangat besar terhadap bahasa Bugis dengan bahasa Indonesia. Pengaruh kedua bahasa itu disebabkan oleh suatu proses yang disebut pengalihan bahasa. Dengan adanya teori pengalihan bahasa ini pebelajar bahasa cenderung mengalihkan pola-pola struktur bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia sehingga menimbulkan gangguan atau pengacauan struktur tata bahasa dan norma bahasa atau yang lebih dikenal dengan istilah interferensi.

Interferensi terjadi apabila adanya persentuhan suatu bahasa dengan bahasa lain yang dillakukan oleh penutur bilingual. Interferensi pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur yang terjadi pada dwibahasawan dan peristiwa itu dianggap sebagai penyimpangan. Interferensi merupakan salah satu bukti bahwa bahasa pertama berpengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua. Hal ini dapat dimengerti karena proses pemerolehan bahasa kedua melibatkan transferisasi dari bahasa pertama ke bahasa kedua. Penguasaan bahasa inilah yang dapat menimbulkan interferensi dalam berkomunikasi. Kalau kita perhatikan

interferensi itu pada umumnya meliputi interferensi fonologi, morfologi dan sintaksis.

Interferensi fonologi yaitu pembauran atau pengacauan sistem bunyi.

Adanya masyarakat yang dwibahasawan menyebabkan terjadinya perubahan fonem atau sistem bunyi pada kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh bahasa Bugis terhadap bahasa Indonesia misalnya pada kata makang dan mungking. Seharusnya kata itu berbunyi makan dan mungkin. Sedangkan Interferensi morfologi terjadi apabila dalam pembentukan kata suatu bahasa menyerap klitik baik pemakaian proklitik maupun enklitik. Selanjutnya interferensi sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata. Sintaksis juga merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Interferensi sintaksis biasa disebut interferensi struktur dalam suatu kalimat.

Interferensi ini terjadi karena adanya kontak antara bahasa yang sedang diucapkan dan bahasa lain yang dikuasainya.Kenyataan ini sangat sulit untuk dihindari kalau tidak ada kesadaran untuk mengubah kebiasaan berbahasa karena sebagai masyarakat yang berdomisilidi pedesaan tentunya dalam sehari-hari menggunakan bahasa Bugis. Hal inilah menyebabkan terjadinya kesalahan pengucapan atau bunyi pada huruf-huruf tertentu dalam berbahasa Indonesia. Interferensi sering terjadi karena tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor.

Faktor yang dapat menimbulkan terjadinya interferensi yaitu adanya kebiasaan dari bahasa pertama. Hal ini terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan terhadap bahasa penerima sehingga terjadi interferensi

pada situasi tertentu baik situasi formal maupun non formal. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian yang serius dari tenaga pengajar bahasa Indonesia untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia khususnya dalam berkomunikasi agar interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dapat dihindari.

Selain itu, lingkungan masyarakat, situasi, dan waktu juga turut memengaruhi pemakaian bahasa. Penggunaan suatu bahasa akan berbeda apabila dipergunakan dalam waktu yang berbeda. Dalam pemakaian suatu bahasa, harus diperhatikan beberapa faktor antara lain lawan bicara, tempat pembicaraan, kapan pembicaraan itu dilakukan, dan suasana pembicaraan.

Setelah dipaparkan beberapa bahan acuan atau teori mengenai masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini maka selanjutnya akan dibuatkan kerangka pikir yang merupakan garis besar dari penelitian ini yang dijadikan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian. Kerangka pikir penelitian ini yaitu terdiri dari siswa. Di mana siswa ini yang paling penting karena merupakan objek untuk penelitian ini. Di dalam proses belajar mengajar siswa ini diperkenalkan mengenai macam-macam keterampilan bahasa Indonesia. Mereka dibimbing agar bisa mengetahui keterampilan tersebut. Setelah mengetahui bahwa ketempilan berbahasa Indonesia itu terdiri dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, selanjutnya peneliti hanya membahas keterampilan berbahasa tentang berbicara karena berpedoman pada judul yang diangkat dalam penelitian ini. Keterampilan berbicara ini identik dengan berkomunikasi. Jadi di dalam berkomunikasi itu siswa menggunakan bahasa Indonesia dengan menggabungkan

unsur bahasa Bugis di dalamnya. Dengan adanya proses ini maka terjadilah yang namanya interferensi. Interferensi terjadi dalam tiga bentuk yaitu interferensi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Setelah megetahui ketiga interferensi tersebut maka data yang diperoleh dianalisis kemudian digolongkan ke dalam interferensi tersebut.

Selanjutnya mengenai metode penelitian yang merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu berupa analisis deskriptif karena hanya bertujuan memberikan gambaran atau paparan tentang interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Dalam penelitian ini difokuskan terhadap data-data yang mengandung interferensi yang dikumpulkan melalui sebuah buku catatan lalu direduksi kerelevannya dengan masalah yang dikaji kemudian dianalisis secara deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak catat karena peneliti hanya tinggal menyimak penggunaan bahasa secara lisan dari hasil komunikasi siswa baik itu pada waktu berjalannya proses belajar mengajar maupun pada waktu istirahat.

Teknik ini ditempuh untuk memudahkan pelaksanaan penelitian agar mencapai tujuan yang dikehendaki.

Setelah semua metode-metode diketahui selanjutnya di laksanakan penelitian untuk mendapatkan data-data kemudian disajikan dan dibahas. Data- data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu berupa data yang mengandung interferensi fonologi, morfologi dan sintaksis. Pada interferensi fonologi terjadi pada tiga posisi kata dasar yaitu mencakup perubahan di awal kata dasar bunyi /c/

diubah menjadi /sy/, bunyi /sy/ diubah menjadi /c/, perubahan di tengah kata dasar bunyi /n/ diubah menjadi /ng/, dan perubahan di akhir kata dasar bunyi /n/ diubah menjadi /ng/, bunyi /m/ diubah menjadi /ng/, dan menghilangkan bunyi /h/, /k/, dan bunyi /t/ pada akhir kata dasar. Pada interferensi morfologi terdapat pemakaian klitik penegas yaitu proklitik tak- dan enklitik -mi, -pi, -po, -pa, dan - ji. Pada klitik sapaan terdapat pemakaian enklitik -kik, -kok, dan -kak. Pada klitik yang menyatakan milik menggunakan pemakaian proklitik na-, dan enklitik -ta, - na, -i. Pada interferensi sintaksis siswa banyak berkomunikasi dengan menggunakan susunan kalimat yang tidak benar.

Hasil analisis dari semua data yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pengaruh bahasa pertama (bahasa Bugis) terhadap penggunaan bahasa kedua (bahasa Indonesia) oleh siswa SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng sangatlah besar. Hal ini juga diakui oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia dengan mengatakan ”Pengaruh bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia bagi siswa sangat besar bahkan sulit untuk dihindari, karena bahasa daerah memang menjadi bahasa utama sejak mereka kecil hingga sekarang. Sehingga penggunaan kedua bahasa ini saling memengaruhi satu sama lain”.

Selain itu hasil dalam penelitian ini merupakan sebuah motivasi bagi guru untuk lebih meningkatkancara mengantarkan materi tentang keterampilan berbahasa khususnya dalam berkomunikasi kepada siswa. Diakui bahwa banyak komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran namun guru dituntut untuk berperan secara maksimal sehingga dapat mengantisipasi kekurangan atau kelemahan komponen yang lainnya. Namun disadari pula bahwa kemampuan guru pun sangat terbatas sehingga perlu dijalin kerja sama yang harmonis antara komponen-komponen yang turut memengaruhi keberhasilan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadi penyebab begitu besarnya pengaruh bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di sekolah khususnya bagi siswa SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng diantaranya:

1. Lokasi SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng yang terletak di daerah pedesaan yang lebih banyak menggunakan bahasa ibu khususnya bahasa Bugis dalam berkomunikasi sehari-hari.

2. Tidak adanya kesadaran dari siswa untuk mencintai mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan aturan dalam bahasa Indonesia. Tingkat kesadaran siswa juga memicu untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya usaha dari siswa untuk dapat melihat kekurangan yang ada pada dirinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan masyarakat dilingkungan siswa tersebut dapat memengaruhi terjadinya interferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi siswa SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Dengan demikian faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Indonesia pada siswa SMP.

Mengingat interferensi terhadap penggunaan bahasa Indonesia dapat menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis datadapat disimpulkan bahwa bentuk interferensi yang terdapat dalam komunikasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Marioriwawo Kabupaten Soppeng terdiri dari tiga bentuk interferensi yaitu:

1. Interferensi fonologi

Pada interferensi fonologi terjadi pada tiga posisi kata dasar yaitu mencakup perubahan di awal kata dasar bunyi /c/ diubah menjadi /sy/, bunyi /sy/ diubah menjadi /c/, perubahan di tengah kata dasar bunyi /n/ diubah menjadi /ng/, dan perubahan di akhir kata dasar bunyi /n/ diubah menjadi /ng/, bunyi /m/ diubah menjadi /ng/, dan menghilangkan bunyi /h/, /k/, dan bunyi /t/ pada akhir kata dasar.

2. Interferensi morfologi

Pada interferensi morfologi terdapat pemakaian klitik penegas yaitu proklitik tak- dan enklitik -mi, -pi, -po, -pa, dan -ji. Pada klitik sapaan terdapat pemakaian enklitik -kik, -kok, dan -kak. Pada klitik yang menyatakan milik menggunakan pemakaian proklitik na-, dan enklitik -ta, -na, -i.

3. Interferensi sintaksis

Pada interferensi sintaksis siswa banyak berkomunikasi dengan menggunakan susunan kalimat yang tidak benar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi tenaga pengajar khususnya guru bahasa Indonesiahendaknya memberikan perhatian atau pemahaman yang serius pada siswa tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mengurangi terjadinya interferensi dalam berkomunikasi.

2. Diharapkan kepada siswa agar membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. Hal ini merupakan langkah awal untuk menghindari kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam ragam formal.

3. Bagi keluarga belajarlah mengutamakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga agar anak-anak anda tidak terasing dari bahasa Indonesia yang baku dan benar. Sehingga mereka terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam keadaan formal maupun informal.

4. Diharapkan kepada masyarakat agar menghindari kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang mengandung interferensi bahasa daerah dalam berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amier, Muhammad. 2009. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia. Makassar:

FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Peneltian; Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Bina Aksara.

Badudu, J. S. 1996. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.

Chaer, Abdul. 1989. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chomsky, Noam. 1972. Language and Mind. New York: Harcout Brace Jovanovich Inch.

Dulay, Heidi, et al. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press.

Hartono. 2009. Interferensi Leksikal Bahasa Melayu Dialek Sungai Liat ke dalam Bahasa Indonesia Ragam Lisan pada Mahasiswa Bangka di Yogyakarta.

Skripsi. Universitas Gajah Mada.

Kartika. 2003. Pengaruh Sintaksis Bahasa Makassar Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia. Skripsi: FBS UNM.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Munira. 2003. Fonologi. Ujung Pandang: FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.s

Nababan, Sri Utari dan Subyakto. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka.

Pramdana, Dendi. 2007. Interferensi Bahasa Indonesia terhadap Bahasa Minangkabau dalam Penyebutan Nama-Nama Kelurahan di Kota Padang Suatu Tinjauan Sosiolinguistik. Proposal. Universitas Andalas.

Rahim, Abd. Rahman. 2006. Teori Belajar Bahasa. Ujung Pandang: FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ramlan, M. 1981. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Sudaryanto. 2000. Metode Penelitian Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sutiyono. 2007. Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa terhadap Bahasa Indonesia pada Pengajar SLTP N 12 Jalan Ngagel Kebonsari 1 Surabaya. Skripsi.

Universitas Airlangga.

Suwito. 1983. Pengantar awal Sosiolinguistik Teori dan Problem. Surakarta:

Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.

Tang, Muhammad Rapi. 2008. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra UNM.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Pengajaran Kedwibahasawan. Bandung: Angkasa.

Weinreich, Uriel. 1953. Language in Contact: Findings and Problems the Hague Paris Moulton.

1. Aslam : Darimanako itu?

Indah : Dari shalat di mushallah.

Fitri : Dari shalat di Mushallah.

Sisqa : Baru lucunya Arul, selesai wudhu langsung main bola.

Firman : Indah, selesai ambil air wudhu ia shalat ia berdoa.

Sisqa : Lebih baik begitu Irfan.

Fitri : Iya, daripada seperti Arul.

2. Data yang diajukan penulis terhadap seorang siswa seorang siswa.

Penulis: Apabila sebuah taksi melaju dengan kecepatan 120 km/jam persis pada tikungan tajam dan diarah yang berlawanan muncul sebuah mobil truk. Maka, apa yang akan terjadi pada taksi tersebut apabila pengemudi tidak mengurangi kecepatannya?

Iin : Ta’balik.

3. Data yang diperoleh dari hasil dialog siswa.

Arul : Sama siapako pergi ke rumah Firman?

Aldi : Sendirija. Mauko temanika?

Arul : Bagusji jalanan ke sana?

Aldi : Bagusji.

Arul : iya, sama-samaki pale Aldi.

Ummul: Kepala Sekolahji kak Sisqa : Kepala sekolah kak

5. Susi : Masih marah Alfa sama kita.

Iin : Memangnya kenapa?

Susi : Kemarin ke rumahnya Ummul kerja kelompok.

Firman : Iya, baru lucunya waktunya datang Alfa.

Iin : Kenapa?

Firman : Marah karena diejek-ejek.

Iin : Jadi...?

Firman : Pergi langsung, tidak kerja kelompok.

6. Arif : Jam berapa kamu jemput Firman?

Arul : Pagi-pagi sekali, belum bangun Firman.

Arif : Jadi jam berapa baru berangkat ke sekolah?

Arul : Jam 07.15.

Arif : Bisanya itu.

Arul : Ia, karena sesudah mandi pagi Firman langsung diganti bajunya.

Arif : Ha...ha...ha...ha...

7. Data yang diperoleh pada dialog siswa yang dilakukan di dalam kelas.

Arul : Alfa, sekarang kita sudah mau ulangan semester untuk naik kelas III!

Alfa : Ya, tapi ngomong-ngomong apa sih cita-citamu?

Alfa : Iya,semoga cita-citamu dapat tercapai.

Arul : Amin, terima kasih yah Al.

Alfa : Iya.,

8. Data yang diperoleh dari percakapan bebas pada siswa.

Reski : Darimanako Alfa?

Alfa : Darika WC na tidak bisa terbuka pintunya.

Fitri : Ta’kunciki mungkin dari dalam.

Alfa : Tidak kutaumi juga

9. Data yang diperoleh melalui pertanyaan penulis kepada 2 siswa.

Penulis: Apa yang menjadi rukun Islam yang pertama?

Firman : Syahadat Arul : Cahadat

10. Data yang diperoleh dari hasil dialog siswa dengan guru.

Firman : Pak, bukuta mungkin diruangan lab. Bahasa?

Guru : Buku apa?

Firman : Buku bahasa Indonesia kelas II.

11. Data yang diperoleh dari hasil komunikasi siswa.

Iin : Siapa punya buku ini?

Eni : Bukuna Firman.

Iin : Bukan bukunya ini karena bukan namana kulihat.

Iin : Makang bakso.

Indah : Tapi kita disuruh oleh bapak sapu dulu ini ruangan!

Sisqa : Kalau begitu kita sapu cepat-cepat biar kita juga cepat pulang,

Indah : Biar cepat selesai kita panggil temang-temang yang lain untuk bantu kita dulu.

Sisqa : Ok..

: Di jembatan

13. Data yang diperoleh dari dialog bebas dua orang siswa.

Aslam : Mauma pulang saya deh, karena mauka ke pasar.

Susi : Tunggu dulu sampai jam terakhir.

Aslam : Adami temanku tungguka di bawah.

Susi : Daripada kualfako.

Aslam : Biarmi.

14. Data yang diperoleh dari daialog siswa.

Eni : Kenapa kamu belum masuk di kelas?

Firman : Belumpi juga datang bapak.

Eni : Memangnya datangpi bapak baruko mau masuk di kelas, ini sudah jam pelajaran bahasa Indonesia.

Firman : Biar saja. Tapi saya adapi bapak baruka mau masuk.

15. Adapun komunikasi singkat yang dimaksud yaitu:

Penulis : Apa kamu sering menyontek atau membuka buku catatan pada waktu ulangan?

Fitri : Dosa kak.

16. Data yang dikutip penulis pada saat siswa berkomunikasi.

Aldi : Arul, kenapa helmmu pecah?

Arul : Ta’lempar kemarin Aldi : Di mana?

ArulData yang diperoleh dari hasil dialog siswa.

Firman : Belumpo makan bakso Alfa?

Alfa : Belum, karena makanpo baru saya makan juga.

Firman : Kenapa makanpa baru kamu makan juga.

Alfa : Yah, supaya kamu yang bayar semuanya.

Firman : Kalau begitu tungguka pale, datangpa dari WC baru kita sama-sama ke kantin.

Alfa : Iya..

17. Data yang diperoleh peneliti saat berdialog dengan siswa.

Penulis : Boleh saya jalan-jalan ke rumah kamu?

Firman : Boleh kak, kapanki mau datang?

Arul : Boleh kak, kapan kakak mau datang?

Penulis : Nanti kalau ada kesempatan.

18. Data yang diperoleh dari hasil komunikasi siswa.

Alfa : Tungguka sebentar biar sama-samaki pulang.

Reski : Naik motorko?

Dokumen terkait