• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan

Dalam dokumen digilib.iain-jember.ac.id (Halaman 86-93)

BAB IV. PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

dilaksanakan dalam rangka mengajarkan kepada santri untuk selalu bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun dari semua program itu tidak semua santri dapat mengaplikasikannya apa yang sudah didapat.

Sebagai sebuah keterampilan yang dipastikan semua orang tidak dapat melakukannya kecuali di dalam pondok pesantren. Dan keterampilan ini juga disebut keterampilan non teknis, yang tidak sama dengan yang lain. Tidak disamakan karena keterampilan non teknis lebih banyak memanfaatkan daya emosional atau tindakan yang lebih mudah menyentuh perasaan. Tetapi, kalau keterampilan teknis lebih banyak memanfaatkan daya intelektual atau berbagai macam kecerdasan berfikir.

2. Internalisasi Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual dalam Membina Akhlak Santri kepada Manusia Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember

Akhlak kepada manusia bisa dilihat dari bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, karena pada intinya akhlak kepada manusia adalah interaksi dengan sesama, baik interaksi secara lisan maupun tingkah laku. Dalam hal ini peneliti membagi akhlak kepada sesama menjadi tiga bagian yaitu akhlak kepada diri sendiri, kepada keluarga, dan kepada masyarakat.

Akhlak kepada diri sendiri yakni santri dibiasakan untuk selalu menjaga dirinya agar selalu berada di jalan Allah, artinya selalu menjauhi larangan-larangan dan menjalankan segala perintah-Nya. Untuk akhlak dalam keluarga dan akhlak bermasyarakat tidak jauh berbeda dengan yang

lain, artinya menggunakan metode yang sama, hanya saja lebih ditekankan kepada cara berinteraksi kepada yang lebih tua, yaitu menggunakan bahsa daerah halus, pondok pesantren juga bekerja sama dengan keluarga santri dan lingkungan sekitar agar memantau keseharian santri dalam berinteraksi, jadi lebih mudah untuk diketahui perkembangan akhlak santri dan mudah untuk menindak lanjuti.

Meskipun demikian, masih saja ada santri yang melanggar, masih ada santri yang terkadang tidak berbahasa halus, terutama kepada teman sebaya apalagi kepada yang lebih muda, santri hanya berbahasa halus jika melihat kiai atau pengurus pondok.85

3. Internalisasi Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual dalam Membina Akhlak Santri kepada Alam Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember

Alam adalah tempat manusia tinggal dan sudah sepatutnya untuk menjaga lingkungan dan melestarikannya. Oleh karena itu cara pesantren membina akhlak santri kepada alam adalah dengan metode pembiasaan melalui pemberian pemahaman tentang mencintai alam, menjaga lingkungan, menghindari pekerjaan yang dapat merusak lingkungan agar tercipta alam yang nyaman.

Oleh karena itu selain menjaga kebersihan di dalam pondok pesantren Al-Azhar juga dibiasakan untuk menjaga dan merawat tanaman yang ada agar tidak rusak, serta dibiasakan menyantuni atau menjaga dan

85 Observasi, 07 Mei 2017.

merawat binatang, artinya tidak menyiksa dan menjadikan binatang sebagai mainan. Hal tersebut sudah berjalan cukup baik, hanya saja masih perlu pengawasan dari pengurus ketika bersih-bersih.86

86 Observasi, 30 April 2017.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup ini dengan penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, dan semua yang dijalaninya selalu bernialai ibadah.

Dimana ada beberapa indikator dari kecerdasan spiritual yaitu Sikap kejujuran harus dikembangkan sejak dini. Para santri harus dididik untuk jujur dan bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Orang tua juga harus menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji yang dilakukan oleh orang tua, maka ilmunya akan diambil oleh anaknya. Sangat disayangkan bila ilmu yang didapat oleh anak dari orang tua tersebut merupakan buah dari sebuah ketidak jujuran.

Kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri serta tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain. Maka dari itu, setiap anak didik harus dibina oleh sang guru agar bangkit menjadi pribadi yang mandiri. Karena anak didik yang mandiri tidak akan terwujud selama ia tidak mempunyai sikap-sikap mandiri dan belajar menjadi pribadi yang mandiri.

Sikap amanah dalam kepribadian anak didik menciptakan harmonisasi hubungan, kesejahteraan dan kemakmuran sebuah lembaga pendidikan, jujur, transparan, tanggung jawab, disiplin, saling percaya, dan berprasangka yang baik. Jadi, ketika kecerdasan spiritual seorang santri masih banyak yang kurang baik, maka yang pertama kali sering disalahkan adalah para guru di lembaga pendidikan tersebut. Dikarenakan santri adalah anak-anak yang berada di bawah naungan para pendidik (guru/pengasuh) dalam pondok pesantren.

Dalam membina akhlak santri kepada Allah merupakan akhlak seorang hamba kepada sang pencipta, dimana ada beberapa macam indikatornya yaitu taqwa. Kualitas ketaqwaan seseorang menentukan tingkat kemuliaannya di sisi Allah. Maka dari itu, para pengajar jangan lupa perdalam ibadah dan taqwa agar semua ilmunya pantas untuk diajarkan kepada santri-santrinya. Taat, jangankan manusia, bahkan langit dan bumi pun tunduk pada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah penguasa alam raya ini, dan manusia adalah khalifah Allah SWT di muka bumi ini, sehingga wajar jika Dia memerintahkan manusia untuk taat. Bukankah manusia telah dibekali panca indera untuk meraih ilmu?. Dzikir, sebagai aktivitas para santri yang berada di dalam pondok pesantren Al-Azhar Jember untuk mengingat Allah SWT di setiap waktunya. Berdoa, sarana yang paling tepat bagi kita untuk mengajukan permohonan kepada Allah SWT yang juga sebagai amal qauliyah yang paling disenangi Allah SWT.

Dengan cinta kita khususnya para santri mengharapkan ridha-Nya, dan dengan ridha kita khususnya para santri mengharap cinta-Nya. Ikhlas, melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena hal lain seperti ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan upah. Tawakkal, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman manusia khusunya santri akan takdir, ridho, ikhtiar, sabar dan doa. Syukur, bila seseorang melihat makna syukur dari segi pujian maka kiranya dapat disadari bahwa pujian terhadap yang terpuji baru menjadi wajar bila yang terpuji melakukan sesuatu yang baik secara sadar dan tidak terpaksa. Taubat, jika seorang muslim melakukan kesalahan atau kemaksiatan dan perbuatan lain yang melanggar ajaran islam dia wajib segera bertaubat kepada Allah SWT.

Dalam membina akhlak santri kepada manusia mempunyai beberapa bagian yaitu, akhlak kepada diri sendiri seorang santri tidak boleh menyakiti dirinya sendiri. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kehidupan ini. Shiddiq, amanah, istiqomah, tawadhu’, menjaga kehormatan pribadi, sabar, pemaaf, memenuhi kebutuhan ilmu, berusaha meraih husnul khotimah, tidak membinasakan diri.

Setelah akhlak kepada diri sendiri kemudian akhlak kepada keluarga yang mana merupakan tatakrama atau sopan santun yang seharusnya kita miliki dalam keluarga atau ketika kita bertingkah laku atau berinteraksi dengan keluarga. Ada beberapa indikator di dalamnya, yaitu birrul walidain, hak, kewajiban dan kasih sayang suami isteri, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, silaturrohim dengan karib kerabat. Diteruskan dalam membina akhlak kepada

masyarakat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan demi memelihara hubungan yang islami kepada masyarakat sosial ini, yaitu: Bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan muda-mudi, ukhuwah Islamiyah, tolong menolong dalam hal kebaikan, membuang rintangan dari jalan

Dalam membina akhlak santri kepada alam, ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk hubungan yang baik kepada lingkungan hidup agar kita bisa melaksanakannya, yaitu: Menjaga lingkungan, menghindari pekerjaan yang merusak lingkungan, memelihara dan menyantuni binatang, memelihara dan menyayangi tumbuh-tumbuhan.

B. Saran-Saran

1. Bagi pondok pesantren

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan tentang internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri.

2. Bagi pengasuh pondok pesantren

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas yang lebih baik dalam membina akhlak santri

3. Bagi para pengajar (asatidz dan asatidzah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan untuk menginternalisasikan nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri

4. Bagi IAIN Jember

Hasil penelitian ini diharapkan lebih memberikan pemahaman dan latihan tambahan tentang bagaimana sebuah penelitian. Tidak berupa materi saja, akan tetapi aplikasi dan praktek sangat dibutuhkan

5. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan atau tambahan yang lebih mendalam untuk meneruskan penelitian terutama tentang internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri.

Berpengaruh. Surabaya: eLBa.

Agustian Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spuritual. Jakarta: Penerbit Arga.

Ali Ibn Nayif As- Syahud. 2004. Fiqh Al-Ibtila’ fi Al-Qur’an Wa As-Sunnah Jus IV.

Amin Ahmad. 1975. Ilmu Akhlak Terj Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang.

Amin Samsul Munir. 2011. Etika Berdzikir Berdasarkan Al-Qur’an dan As- Sunnah. Jakarta: AMZAH.

Anwar Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.

_____________. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.

Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chaplin. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali.

Djatnika Rachmat. 1996. Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas.

Efendi Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Halim A. dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka pesantren.

Ilyas Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI.

Mahjuddin. 2009. Akhlak Tasawuf 1: Mu’jizat Nabi, Karomah Wali, dan Ma’rifah Sufi. Jakarta: Kalam Mulia.

Masyhur Kahar. 1994. Membina Moral Akhlak. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Moleong Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mustaqim Abdul. 2007. Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Nugroho Hamdan. 2008. Buku Pedoman Baitul Arqam. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader Pimpinan.

Partanto A. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.

Partanto Pius A, Al Barry M. Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.

Rachman M. Fauzi. 2012. Islamic Relationship. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukanto. 1999. Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren. Jakarta: Pustaka, LP3ES.

Tasmara Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Insani.

Tim Penyusun IAIN Jember. 2016. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Jember: IAIN Jember Press.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. 2012. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Ya’qub Hamzah. 1988. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV.

Zainuddin A. dan Jamhari M. 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak. Bandung:

Pustaka Setia.

Zohar Danah dan Marshall Ian. 2002. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dan Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung:

Mizan Pustaka.

1 2 3 4 5 6 Internalisasi nilai-

nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri di pondok pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember

1. Kecerdasan spiritual

2. Akhlak santri

1. Kejujuran

2. Kemandirian 3. Amanah

1. Akhlak kepada Allah

2. Akhlak kepada manusia

3. Akhlak kepada alam

A. Tindakan B. Ucapan A. Dalam waktu A. Dalam perintah

A. Taqwa B. Taat C. Dzikir D. Berdo’a E. Cinta dan Ridha F. Ikhlas

G. Tawakkal H. Syukur I. Taubat

A. Diri sendiri B. Keluarga C. Masyarakat

A. Menjaga lingkungan B. Tidak merusak

lingkungan

C. Memelihara binatang D. Menyayangi tumbuh-

tumbuhan

1 Informan

a. Pengasuh pesantren b. Asatidz dan asatidzah c. Pengurus pesantren d. Santri

2 Metode penelitian Pendekatan kualitatif deskriptif, Jenis penelitian Field Research tipe fenomenologi.

3 Metode pengumpulan data

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi 4 Lokasi penelitian

Pondok pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari jember 5 Keabsahan data

Triangulasi Sumber

a. Bagaimana

internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri kepada Allah di pondok pesantren Al-

Azhar Kauman Muktisari Jember?

b. Bagaimana

internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri kepada manusia di pondok pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember?

c. Bagaimana

internalisasi nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam membina akhlak santri kepada alam di pondok pesantren Al-

Azhar Kauman Muktisari Jember?

NO. KETERANGAN PONDOK PUTRA PONDOK PUTRI

1. Pengasuh Drs. KH. Abdul Hamid Hasbullah

Dra. Hj. Athiyah Arifiana, M.Pd 2. Pengajar M. Yanuar Rifki dan

Ahmad Badri

Nur Hasanah dan Zulfatus Tsaniyah 3. Pengurus M. Diyaul Haq dan

M. Agus Syarif Toyib

Siti Muzayyanah dan Yuliatul Fitriah 4. Santri Sofyan Tsauri dan

Handoko Eko Saputra

Putri Maulidiyah dan

Sania Himatul Hasanah

1. Asrama pondok putra 2. Asrama pondok putri 3. Rumah pengasuh pondok 4. Ruang Asatidz

5. Ruang Asatidzah 6. Masjid

7. Musholla 8. Kamar mandi

9. Kantor pondok pesantren 10. Kantor MI

11. Kantor MTs 12. Kantor SMA 13. Ruang kelas 14. Perpustakaan 15. Lapangan 16. Dapur 13

10

8 8

8 8

7

13 13 13 13 13

6

13 13 13 13

9 11

13

13 2

2

2 2

5 5 2

2 2 2 2

16 14

8 8 8

3

1 1

4 1

1 4

1

12

13 13 13 13 13

13 14

15

15

Dalam dokumen digilib.iain-jember.ac.id (Halaman 86-93)

Dokumen terkait