BAB IV. PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
Penyajian data merupakan bagian yang memuat tentang uraian data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan seperti pada bab III. Uraian ini atas deskripsi data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Hasil analisis data merupakan temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk pola, kecenderungan dan motif yang muncul dari data. Di samping itu, temuan dapat berupa penyajian kategori, sistem klasifikasi, dan tipologi.
Dalam menganalisis dan menyajikan data yang menjadi bahan penelitian, maka harus menggunakan salah satu dari berbagai metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Untuk lebih tepatnya, kita harus mengenal terlebih dahulu berbagai macam masalah yang akan menjadi kajian, sehingga metode penelitian yang akan digunakan pasti sesuai dengan masalah yang dikaji. Mari kita bahas penyajian data yang berbentuk pokok masalah dalam penelitian ini.
a. Internalisasi Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual Dalam Membina Akhlak Santri Kepada Allah Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember.
Dalam agama hal yang pertama kali harus dikenalkan kepada anak adalah tentang Allah, Jadi sudah sepantasnya jika akhlak kepada Allah merupakan akhlak yang pertama harus ditanamkan kepada anak. Salah satu caranya adalah dengan proses pembelajaran seperti dalam pesantren.
Di pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember akhlak santri kepada Allah dibina dengan beberapa hal, antara lain melalui kultum dan praktek ibadah. Disana santri diajarkan bagaimana seharusnya menjadi seorang hamba dan apa saja yang harus dilakukan seorang hamba.
1) Pengajaran kultum yang mengajarkan tentang pentingnya bertaubat kepada Allah
Manusia adalah tempatnya salah dan dosa, oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kita selaku manusia selalu bertaubat untuk memohon ampun kepada Allah. Hal itu yang menjadi alas an pokok pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember untuk mengadakan kultum setiap selesai sholat maghrib berjama’ah, yang mengikuti kultum tersebut tidak hanya santri saja melainkan masyarakat juga, hal itu dikarenakan masyarakat sekitar juga berjama’ah bersama santri.
KH. Abdul Hamid Hasbullah mengatakan:
“Akhlak kepada Allah itu adalah harus akhlak yang pertama yang harus dikenalkan kepada anak, oleh karena itu tidak cukup dengan hanya menerima ilmu di pesantren saja, tetapi dari lingkungan juga. Dari lingkungan tidak hanya berbentuk
pengajian, tapi dari bentuk hasanah, artinya pemberian contoh yang baik, terutama oleh orang tua santri sendiri. Seorang kiai pun juga harus menjadi uswah bagi santri dalam hal apapun terutama dalam hal ibadahnya. Oleh karena itu, dalam membina akhlak santri kepada Allah tidak cukup hanya dengan KBM, tapi juga dengan praktek dan uswah.71
Ustadz Yanuar selaku ustadz mengatakan:
“Kalau berbicara masalah akhlak kepada Allah berarti erat kaitannya dengan bagaimana seorang hamba menyembah atau patuh kepada sang Kholiq. Hal itu diajarkan melalui kultum dan praktek ibadah yang sudah ada di pesantren ini. Selain itu santri juga harus benar-benar mengamalkan apa yang sudah diajarkan. Seorang guru atau ustadz pun harus demikian, jangan hanya bisa memberitahu tapi juga bisa mengamalkan pula agar dapat menjadi uswah bagi para santri.72
M. diyaul Haq selaku santri mengatakan:
“Dalam hal ini kiai tidak hanya menjelaskan tenyang taubat saja, tapi tentang taqwa, sabar, tawakkal, ikhlas dan yang lainnya yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah.73
2) Praktek ibadah
Yang dimaksud dengan praktek ibadah di sini adalah santri tidak hanya memperoleh materi tapi langsung dipraktekkan. Dalam hal sholat misalnya, ketika sudah memperoleh materi sholat yang baik dan benar maka santri harus mempraktekkan hal tersebut sesuai dengan apa yang sudah diajarkan.
KH. Abdul Hamid Hasbullah mengatakan:
“Praktek ibadah itu artoinya santri langsung mempraktekkan apa yang sudah dipelajari, dan dalam pembelajaran juga ada praktek, misalnya dalam ha;l sholat dan wudlu’, pembelajarannya langsung praktek, artinya setelah meneriam pemahaman tentang wudlu’ dan sholat yang benar santri langsung mengaplikasikan atau mempraktekkan apa yang
71 KH. Abdul Hamid Hasbullah, Wawancara, 10 April 2017.
72 Ustadz Yanuar Rifki, Wawancara, 18 April 2017.
73 M. Diyaul Haq (santri), Wawancara, Pondok Pesantren Al-Azhar Jember, 21 April 2017.
sudah didapat pada waktu [pembelajaran, jadi santri lebih bisa memahami dan ilmu yang didapatkan benar-benar diamalkan.”74
M. Agus Syarif Toyib selaku snatri mengatakan:
“Dalam hal praktek ibadah, kiai langsung memberikan contoh, jadi santri mudah untuk memahami dan mengikuti, misalnya dalam shgolat tahajjud, kiai langsung mengingatkan santri dan lansung sholat tahajjud, jadi langsung memberi contoh. Intinya kiai memberikan uswah sehingga sntri mengkuti apa yang dilakukan oleh kiai.75
Berdasarkan beberapa wawancara di atas maka dapat difahami bahwa kiai dalam membina akhlak santri kepada Allah tidak hanya mengandalkan pembelajaran yang ada dipondok, artinya tidak hanya mengandalkan KBM akan tetapi diselingi demgan beberapa kegiatan seperti kultum dan praktek ibadah. Intinya dalam membina akhlak kepada Allah haruslah disertai dengan praktek dan uswah yang baik.
Dalam KBM tidak cukup, santri belajar sendiri di pondok nya untuk memperdalam apa yang sudah dipelajari.76
b. Internalisasi Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual Dalam Membina Akhlak Santri Kepada manusia Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember.
Pembinaan akhlak yang kedua adalah akhlak kepada manusia.
Tuidak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti butuh terhadap manusa yang lain, manusia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Oleh
74 KH. Abdul Hamid Hasbullah, Wawancara, 10 April 2017.
75 M. Agus Syarif Toyib, Wawancara, 20 April 2017.
76 Observasi, 21 April 2017.
karena itu agar kehidupan manusia harmonis harudslah disadari dengan akhlak yang baik
KH. Abdul Hamid Hasbullah mengatakan:
“Akhlak kepada manusia adalah akhlak yang sangat mudah dipengaruhi, contoh kecil dalam perkataan, dalam perkataan saja seseorang dapat selamat atau tidak, kenapa? Karena perkataan itu lebih tajam daripada pedang, hali itu terbukti, jika seseorang tidak bisa bertutur kata yang baik terutama kepada yang lebih tua maka oirang tersebut dianggal tidak sopan bahkan tidak menghormatoi yang lebih tua, belum laghi jika perkatyaan itu menyinggung perasaan seseorang bisa terjadi pewrtikaian bahkan sampai terjadi perkelahian, itu contoh kecil dari bertutur kata”.
Dalam hal ini akhlak kepada manusia dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Akhlak kepada diri sendiri
Gus A. Mujtaba Rodli selaku pengawas pesantren mengatakan:
“Akhlak kepada diri sendiri itu berkaitan dengan menjaga diri kita dari hal-hal yang tidak baik dan berusaha untuk menjadi manusia yang baik seperti shiddiq, amanah, sabar, dan yang lainnya. Oleh karena itu setiap santri haruslah belajar untuk selalu mempunyai sifat yang baik. Dan cara kita menanamkan akhlak tersebut adalah dengan mengajarkan melalui kegiatan belajar mengajar.77
b) Akhlak kepada keluarga
Akhlak kepada keluarga erat kaitannya dengan bagaimana seorang yang lebih muda menghormati yang lebih tua dan sebaliknya yang tua menyayangi yang muda, itulah inti dari akhlak kepada keluarga.
77 Gus A. Mujtaba Rodli, Wawancara, 24 April 2017.
KH. Abdul Hamid Hasbullah mengatakan:
“Santri yang mondok di Al-Azhar adalah tanggung jawab saya dan pesantren, orang tua telah menitipkan anaknya kepada saya dengan niatan agar anaknya menjadi manusia yang mempunyai akhlak yang baik. Di daerah pesantren saja banyak pemuda atau pemudi yang tidak sopan kepada kedua orang tuanya, contoh kecil dalam hal bicara, banyak yang tidak mengerti cara berbicara dengan orang tua yang baik, oleh karena itu kita berusaha memperbaiki dan membina akhlak santri dengan cara kegiatan belajar mengajar, dan dengan cerita pada masa Rosulullah serta selalu berbahasa halus kepada orang tua, selain itu kita juga bekerja sama dengan keluarga untuk memantau perilaku santri”.78
c) Akhlak kepada masyarakat
Akhlak kepada masyarakat adalah bagaimana seorang santri hidup di masyarakat, seperti bagaimana cara berinteraksi dan bagaimana cara bertemu di masyarakat dan yang lainnya.
Ustadzah Nur Hasanah selaku pengajar mengatakan:
“Santri dalam berbaur dengan masyarakat tidak jauh berbeda dengan bergaul kepada sesama teman, karena sama-sama berinteraksi dengan orang lain. Santri haruslah benar-benar menjaga akhlaknya, terutama dalam berbicara. Oleh karena itu di pesantren ini diwajibkan untuk memakai bahasa daerah yang halus, agar nantinya ketiak berinteraksi dengan yang lain bisa terbiasa menggunakan bahasa daerah halus. Selain itu ada sumbangsih juga dari masyarakat, artinya ada beberapa masyarakat yang bersedia dan selalu melaporkan tingkah laku santri”.79
Dari beberapa wawancara di atas dapat difahami bahwa akhlak kepada manusia itu kuncinya adalah menjaga lisan, menjaga ucapan dan tingkah laku. Tingkah laku di sini kepada semuanya baik kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Namun setiap malam jum’at
78 KH. Abdul Hamid Hasbullah, Wawancara, 10 April 2017.
79 Ustadzah Nur Hasanah, Wawancara, 18 April 2017.
diadakan acara manaqib dan pembacaan burdah bagi para santri, santri pun cukup antusias karena hanya itulah pembacaan yang khusus dalam pondok pesantren Al-Azhar yang mana juga merupakan nilai-nilai kecerdasan spiritual.80
c. Internalisasi Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual Dalam Membina Akhlak Santri Kepada Alam Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kauman Muktisari Jember.
Akhlak kepada lingkungan adalah bagaimana manusia menjaga lingkungan hidup dan melestarikannya. Manusialah yang harusnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan indah, karena manusia itu sendiri yang menggunakan dan menikmati alam dan sumberdayanya, dan sudah sepantasnya untuk dijaga. Pembinaan akhlak kepada lingkungan melalui pembiasaan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan menjaga atau memelihara tanaman.
Ahmad Badri mengatakan:
“Akhlak kepada alam itu tergantung kepada setiap individu, oleh karena itu pembinaannya haruslah menggunakan pembiasaan yaitu pembiasaan untuk selalu menjaga keberihan serta memelihara tanaman yang ada agar tidak rusak, selain itu santri juga dibiasakan untuk menyantuni binatang dalam artian bukan memelihara saja akan tetapi menjaga dan merawatnya.81
Siti Muzayyanah mengatakan:
“Akhlak kepada lingkungan di sini dibina melalui cara menjaga kebersihan lingkungan, karena jika lingkungan sudah bersih maka akan merasa nyaman, jika sudah merasa nyaman maka akan dapat belajar dengan nyaman pula, selain itu santri juga harus
80 Observasi, 17 April 2017
81 Ahmad Badri, 01 Mei 2017.
memelihara sumberdaya alam seperti memelihara tanaman dan menjaga serta merawatnya.82
Ustadzah Zulfatus Tsaniyah selaku pengajar mengatakan:
“Menjaga kebersihan sangatlah ditekankan di dalam pondok pesantren A-Azhar ini, ada jadwal tersendiri untuk bersih-bersih lingkungan pesantren. Bersih-bersih lingkungan pesantren dijadwal untuk setiap kamar bergantian, sehingga mudah pembagiannya.
Setiap hari minggu ada kerja bakti yang diikuti seluruh santri”.83 M. Dandi Pratama dan Ana fitria selaku sie. Kebersihan di dalam pondok pesantren mengatakan:
“Setiap orang pasti menyukai kebersihan dan keindahan, hal itu bisa tercipta karena manusia itu sendiri, artinya tergantung kepada manusia itu sendiri. Jika ia terbiasa untuk selalu bersih-bersih maka otomatis lingkungannya akan selalu bersih dan akan terasa nyaman, namun sebaliknya jika orang tersebut malas maka tidak akan tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman. Itu yang saya pelajari dari KH. Abdul Hamid Hasbullah, beliau sangat memelihara kebersihan lingkungan.84
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat difahami bahwa pembinaan akhlak kepada alam adalah dengan cara selalu menjaga kebersihan yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman. Selain itu santri juga harus menjaga tanaman sekitar agar tidak rusak dan merawatnya serta menyantuni binatang dalam artian menjaga dan merawatnya.
Jadi, dapat dipastikan bahwa para santri yang berada di dalam pondok pesantren akan memiliki kecerdasan spiritual yang selalu mendapat binaan dari para ustadz dan ustadzah serta keluarga di rumah para santri.
82 Siti Muzayyanah, Wawancara, 21 April 2017.
83 Ustadzah Zulaftus Tsaniyah, Wawancara, 30 April 2017.
84 M. Dandi Pratama dan Ana Fitria, Wawancara, 05 Mei 2017.