BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
C. Pembahasan Temuan
Dalam bagian ini akan dilakukan pembahasan tentang data-data temuan yang terkumpul dengan menggunakan analisis induktif. Artinya data-data yang terkumpul dianalisa yang selanjutnya mengadakan kesimpulan.
Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan metode tasmi’ dan muraja’ah dalam menghafal al-Qur’an di Rumah Tahfidz al-Qur’an (RTQ) Ebqory Kaliwates Jember, peneliti memperoleh data tersebut dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini pembahasan akan dimulai dengan:
1. Metode Muraja’ah dan Tasmi’ dalam Menghafal Al-Qur’an
Metode merupakan cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya metode, diharapkan dapat mempermudah keberhasilan.
a. Bin-Nadhor
Bin-Nadhor ialah membaca dengan melihat secara cermat ayat- ayat yang akan dihafalkan dalam mushaf secara berulang-ulang.68 Metode ini perlu dilakukan ketika menghafal al-Qur’an agar dapat mengetahui tata letak dalam mushaf dan makhrajul hurufnya secara tepat. Seperti ulama terdahulu yang menggunakan metode ini dengan melakukannya
68 Siti Aisyah, “Program Pendidikan Diniyah dan Tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Walisongo Jombang”, (Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018), 54
secara berulang-ulang atau sebanyak-banyaknya, ada yang mengatakan empat puluh satu kali dan ada yang mengatakan sebelas kali.
b. Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Metode ini dengan memaksimalkan pemanfaatan indera pendengaran. Metode ini sangat efektif bagi yang memiliki daya ingat tinggi atau tunanetra atau anak di bawah umur yang masih belum mengenal baca tulis al-Qur’an.69
Pada metode ini penghafal memulainya dengan mendengarkan terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal lalu diingat-ingat. Metode ini bisa dilakukan dengan mendengarkan bacaan guru atau dari rekaman bacaan al-Qur’an (murattal al-Qur’an).
c. Tahfdiz/ziyadah
Tahfidz adalah metode menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an yang telah diulang-ulang dengan melihat mushaf atau bin-nadhor. Misalnya dengan menghafalkan potongan-potongan ayat atau satu ayat atau baris kemudian dirangkai dan dapat dihafal dengan sempurna.70
d. Takrir/Muraja’ah
Muraja’ah merupakan mengulang kembali hafalan yang telah diperoleh (disimak) oleh kyai atau guru.71 Kegiatan muraja’ah
69 Ulum 33.
70 E Mufidah, “Tahfidz al-Qur’an sebagai Media Pembentuk Karakter Santri di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Gebog Kudus”, (Skrisi, STAIN Kudus, 2017), 31
71 Ulum, 25.
merupakan salah satu metode yang diterapkan dengan harapan dapat memelihara hafalan yang telah diperoleh agar tetap terjaga.
f. Tasmi’
Tasmi’ adalah memperdengarkan hasil hafalan kepada orang lain baik perseorangan maupun secara berjama’ah.72 Tasmi’ disini biasanya kelipatan yang genap 1 juz hingga 30 juz sekali duduk. Sebelum ditasmi’kan 30 juz sekali duduk, terlebih dahulu bertahap 1 Juz, 5 juz, 10 juz dan seterusnya yang disimak oleh teman ataupun guru. Tasmi’
(Juz’iyyah) biasa dipakai untuk istilah ujian kenaikan juz, ia harus membaca satu juz tersebut dalam satu waktu atau satu kali duduk.
Dalam praktiknya dalam menghafalkan al-Qur’an khususnya dalam menjaga hafalan al-Qur’an, RTQ Ebqory menerapkan tradisi muraja’ah serta evaluasi hafalan yang diadaptasi dari pondok pesantren Dr. KH. Amin Fadlillah, SQ,MA dan sang istri H. Ibanah Suhrowardiyah Shiam Mubarokah,S.Th.I,MA ketika mondok dahulu. Penggunaan metode ini sebagai bentuk ikhtiar dalam menjaga hafalan santri.
Metode di atas yang telah dijelaskan yakni, metode bin-nadhor, sima’i, dan ziyadah merupakan metode yang digunakan untuk awal menghafalkan al-Qur’an. Sedangkan untuk metode muraja’ah dan tasmi’
72 Ayu Wardana, “Pengaruh Metode Tasmi’ terhadap Capaian Target Hafalan Siswa Program Tahfidz di MTS Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati”, (Skripsi, IAIN Kudus, 2020), 9
merupakan untuk menjaga hafalan al-Qur’an. Jadi, tidak dapat dijadikan perbandingan.
1) Pelaksanaan Metode Tasmi’ dan Muraja’ah dalam Menghafal Al- Qur’an di Rumah Tahfidz Al-Qur’an Ebqory
Pelaksanaan merupakan sebagai proses dalam bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu program dan proyek.
Pada pelaksanaan metode tasmi’ dan murajaah dalam menghafal al-qur’an di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory Kaliwates Jember, terdapat beberapa program, mulai dari kegiatan harian hingga program evaluasi tasmi’.
a) Kegiatan muraja’ah
Dari hasil yang didapat dalam penelitian, pelaksanaan muraja’ah dalam kegiatan harian ini merupakan langkah awal kontrol kepada santri dalam proses menjaga hafalan dari lupa.
Hal tersebut sesuai penjelasan dari hasil wawancara penulis kepada kyai Amin tentang hadist Nabi,
الله ىلص الله لوسر نأ امهنع الله يضر رمع نب الله دبع نع و هيلع
اهيلع دهاع نإ ,ةلقعملا لبلإا لثمك نارقلا بحلص لثم امنإ : لاق ملس )ملسملا هاور( .بهذ اهقلطأ نإو اهكسما
“Dari Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda
‘Perumpamaan hafalan al-Qur’an seperti unta yang diikat oleh tali. Jika pemiliknya selalu memegangnya, maka dia tetap
miliknya. Tetapi, jika dia melepaskannya, maka unta itu pergi’.
(HR. Muslim)
Pada kenyataannya seorang penghafal al-Qur’an sebetulnya tahu betul bahwasanya jika dia tidak memuraja’ah hafalannya secara terus menerus maka hafalannya akan hilang.
Karena tidak akan kuat hafalan seseorag tanpa adanya pengulangan secara kontinu.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ahmad Baduwailan yang menyatakan bahwa yang terpenting adalah muraja’ah harus dilakukan secara berkelanjutan dan mencukupi. Salah seorang hafidz pernah memberikan saran kepadanya bahwa merode muraja’ah yag terbaik adallah dengan mengulng-ulang setiap harinya beberapa halaman dari juz-juz yang telah dihafal.
Di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory melakukan kegiatan muraja’ah yang dilakukan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at pagi. Seorang santri menyetorkan hafalan lima halaman atau seperempat juz kepada seorang penyimak dengan membawa buku penilaian setoran harian, kemudian penyimak akan menilai hasil muraja’ahnya apakah telah lancar dan layak melanjutkan pada halaman selanjutnya ataukah harus mengulanginya kembali hingga dapat dinyatakan lancar.
Dari hasil observasi peneliti dapat dari buku setoran hafalan harian santri, ada beberapa keterangan L untuk muraja’ah yang lancar dan L-, KL serta BL untuk muraja’ah yang perlu santri mengulangi dikeesokan hari.
b) Kegiatan tasmi’
Hasil peneliti dalam program evaluasi mingguan atau yang sering disebut dengan tasmi’ sebagai evaluasi dari kegiatan rutin muraja’ah dan sebagai acuan penilaian pengurus atau pengasuh terhadap santri dalam kelancaran hafalan satu juz.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sa’dulloh bahwasanya kegiatan tasmi’ ialah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jama’ah. Tujuan dari tasmi’ ini agar kelihatan letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan. Dengan mentasmi’kan kepada orang lain atau guru maka kesalahan dapat diperbaiki.73
Diperkuat pula dengan pendapat Mahfudhon bahwa maksud dari pelaksanaan tasmi’seorang hafidz memperdengarkan hafalannya, sementara yang lain menyimak apa yang ia abaca.
Hal ini bisa dilakukan dengan seorang hafidz membaca hafalan dari juz 1 sampai 30 dan disimak oleh sejumlah orang.
Keseluruhan al-Qur’an dibaca dalam satu majelis dari pagi sampai
73 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 57
malam, atau dari malam sampai esok hari. Metode ini sering dipakai oleh seorang hafiz yang yang telah lancar hafalannya.74
Di Rumah Tahfidz al-Qur’an (RTQ) Ebqory melaksanakan program tasmi’ secara berkala. Berdasarkan observasi peneliti di RTQ Ebqory diawali dengan kegiatan rutin tasmi’ mingguan yakni santri mentasmi’ satu juz ketika telah menyelesaikan muraja’ah dengan lancar. Tasmi’ rutinan di RTQ Ebqory seoran santri akan disimak oleh tiga hingga lima santri lainnya yang akan menilai kesalahan dan mencatatnya. Kemudian pengurus atau ustadzah akan memutuskan apakah santri dapat dinyatakan lulus berdasarkan penilaian penyimak. Setelah lancar men tasmi’ per juz, kemudian santri akan mentasmi’ tiga juz, dan berlanjut lima juz.
Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 21 Mei 2021, santri di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory sudah berhasil mencapai tasmi’ lima juz sekali duduk. Santri yang telah berhasil tasmi’ lima juz ialah Arini Dina Yasmin. Pada saat ini, untuk santri yang sudah khatam hafalan al-Qurán akan diprogram tasmi’
10 juz sekali duduk yakni Arini Dina Yasmin dan Alvi Durrotun Navisah. Jadi, pada program tasmi’ di Rumah Tahfidz al-Qur’an
74 Ulin Nuha Mahfudhon, Jalan Penghafal al-Qur’an, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017), 117
Ebqory masih berjalan hingga lima juz sekali duduk dan belum terealisasi tasmi’ 30 juz (khatmil Qur’an) bil ghaib.
2) Problematika Pelaksanaan Metode Tasmi’ dan Muraja’ah serta Solusinya di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory
Problematika menjadi sunnatullah dalan sebuah lembaga.
Problematika pelaksanaan metode tasmi’ dan muraja’ah di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory yang dialami oleh sejumlah santri serta evaluasi yang menjadi solusi dari guru atau kyai dalam menyikapi prooblematika.
Berdasarkan hasil yang didapat oleh peneliti, dalam problematika pelaksanaan metode untuk menjaga hafalan santri memiliki beberapa problematika secara eksternal dan internal. Oleh karena itu solusi yang diberikan oleh lembaga bersifat eksternal dan internal.
Sebagaimana hal tersebut sejalan dengan pendapat Abrah, yang menerangkan bahwa problematikaa atau habatan yang dirasakan oleh seorang penghaafal al-Qur’an ialah:
a) Perbuatan maksiat dapat menyebabkan hati mati dan melemahkan kekuatan hafalan.
b) Sibuk dengan urusan dunia dan tidak terluangkan waktu untuk menghafal al-Qur’an.
c) Tidak muraja’ah secara kontinu.
d) Tidak memiiki perencanaan dan tujuan.
e) Mindset yang melemahkan hafalan.
f) Terlalu ambisi menambah hafalan baru.
g) Kekenyangan merupakan hal yang tidak terpuji dalam pandangan agama.
h) Kebanyakan menonton televisi, handphone dan komputer. Hal ini akan melemahkan kekuatan menghafal, meletihkan urat syaraf, dan berpotensi besar dapat menghambat proses menghafal.75
Di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory problematika yang dialami oleh santri ialah karena kurangnya keseriusan dalam mengulang hafalan dan ujian tasmi’, karena banyaknya kegiatan lain diluar menghafalkan al-Qur’an seperti halnya kuliah, serta penggunaan handphone yang kurang bijak hingga kurang menyisihkan waktu untuk mengaji atau mengulang-ulang hafalan.
Berangkat dari teori yang dikemukan oleh Abrah di atas, penulis menemukan teori yang relevan dan penemuaan yang tidak relevan. Teori yng relevan diantaranya ialah tidak muraja’ah secara kontinu dan kurangnya semangat serta penggunaan handphone yang kurang bijak sehingga mengurangi waktu mengaji. Adapun yang tidak relevan dengan penelitian ialah tidak memiliki perencanaan dan tujuan serta terlalu ambisi menambah hafalan baru.
75 Abrah, 70
Berdasarkan observasi yang lakukan peneliti bahwa pondok pessantren sendiri telah menerapkan peraturan terkait usaha untuk meningkatkan hafalan santri dengan metode tasmi’ dan muraja’ah guna menguatkan hafalan yang sudah ada. Namun disini peneliti melihat target yang dicapai santri untuk tasmi’ satu juz dalam sekali duduk belum sepenuhnya terlaksana, banyak santri yang masih belum lancar saat memperdengarkan hafalan didepan santri yang lain bahkan sebagian besar santri masih banyak yang belum melaksanakan tasmi’, sehingga jumlah hafalan baru sudah banyak akan tetapi pelaksanaan tasmi’ masih kurang dari yang dihafal. Muraja’ah ada beberapa santri yang tidak mencapai lima halaman/seperempat juz atau dalam satu kali setoran.
Dari hasil observasi yang didapat peneliti, beberapa problematika yang dihadapi santri maka seorang guru memiliki kewajiban untuk mengingatkan agar tetap teguh dan istiqomah dalam mengaji. Pengurus khususnya bagian divisi ta’lim serta pengasuh yang berusaha memberikan motivasi dan evaluasi dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an.
Berdasarkan observasi peneliti juga, kebijakan yang diberlakukan oleh pengasuh sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas dan semangat menghafal al-Qur’an ialah dengan meminimalisir penggunaan handpone dengan mengumpulkan pada
pengurus bagian divisi keamanan ketika persiapan mengaji hingga selesai kegiatan serta malam hari handphone dikumpulkan.
Disamping itu pula penyitaan handphone untuk santri yang dalam tiga kali berturut-turut tidak lancar untuk beberapa hari, membatasi keluar pondok (kegiatan yang tidak penting).
2. Pandangan Santri RTQ Ebqory terhadap Metode Muraja’ah dan Tasmi’ dalam Menghafal Al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an berbeda dengan menghafalkan hadist dan syair. Menghafal al-Qur’an lebih cepat terlupakan dari ingatan. Seperti sabda Nabi SAW berikut:
ِهِدَيِب ىِشَفن ْيِذَّلاَو )هيلع قفتم( اَهِلْقُع ِفى ِلِبِلاا َنِم اَتُلْفَ ت ُّدَشَا ُوَله
“Demi yang diriku berada ditanganNya, sungguh al-Qur’an itu lebih cepat hilangnya daripada seekor unta dari tali ikatannya.” (Muttafaqun
‘Alaih)
Hadis di atas menjelaskan bahwa, hafalan al-Qur’an apabila tidak diulang-ulang dengan maksimal maka menurunlah daya ingatan kita, maka dari itu diperlukan usaha keras dan optimal.76
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan bahwasanya dalam implementasinya seorang santri didasari dengan tuntutan yang kemudian akan menjadi kebiasaan untuk mengulang kembali hafalan ketika sudah tidak menjadi santri.
76 Ulum, 27.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim bahwasanya hafalan al-Qur’an cepat hilang, maka selain ziyadah hafalan juga mengulang hafalan.
Melalui penelitian di RTQ Ebqory dan pendapat santri, selain muraja’ah dan tasmi’ juga terdapat kegiatan simakan bil hifdzi perkelompok yang terdiri dari tiga sampa 4 orang, training MHQ yang juga bertujuan mengingat kembali hafalan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan di Rumah Tahfidz al-Qur’an (RTQ) Ebqory Kaliwates Jember, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode muraja’ah dan tasmi’ dalam Menghafal Al-Qur’an di Rumah Tahfidz al-Qur’an (RTQ) Ebqory Kaliwates Jember. Dalam praktiknya dalam menghafalkan al-Qur’an khususnya dalam menjaga hafalan al-Qur’an, RTQ Ebqory menerapkan metode muraja’ah serta evaluasi hafalan dengan metode tasmi’. Pada pelaksanaanya kegiatan muraja’ah di RTQ Ebqory dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jum’at pagi. Muraja’ah ini akan dinilai kualitas hafalnnya yakni L, L-, KL, dan BL. Setelah pelaksanaan muraja’ah sudah baik dan lancar maka santri akan melaksanakan evaluasi hafalan yakni metode tasmi’ yang diawali dengan tasmi’ satu juz sekali duduk dan berlanjut hingga tiga juz dan lima juz. Pada program 10 juz sekali duduk, dua santri yang telah khatam hafalan dan telah melaksanakan tasmi’
tiga juz dan lima juz sedang diprogram dan dijadwal mentasmi’ 10 juz sekali duduk.
2. Pandangan santri terhadap metode muraja’ah dan tasmi’ dalam menghafal al-Qur’an di Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory. Argumen santri bahwasanya beruntungnya dengan adanya metode muraja’ah dan tasmi’ dalam membantu proses menjadi hafidzoh mutqin. Diawali dengan keterpaksaan karena
tuntutan kegiatan wajib pondok yang akan berdampak menjadi kebiasaan ketika sudah tidak mondok seperti kebiasaan untuk selalu mengaji. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses menuju khatam akan membutuhkan waktu yang tidak singkat seperti pondok yang mengutamakan cepat khatam.
B. Saran-saran
Dalam hal ini penulis memiliki saran-saran demi kemajuan dan keberhasilan dalam pelaksanaan di RTQ Ebqory Jember antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Tahfidz al-Qur’an (RTQ) Ebqory
Agar selalu memberikan sistem dan motivasi yang baik serta tetap mempertahankan kualitas tahfidz Qur’an dan menjadi contoh bagi rumah tahfidz yang lainnya.
2. Bagi Santri
Untuk santri hendaknya lebih menyadari bahwa menghafal al-Qur’an adalah kebutuhannya, sehingga tidak merasa berat dalam menjalani kegiatan- kegiatan yang telah disusun oleh lembaga Rumah Tahfidz al-Qur’an Ebqory Kaliwates Jember.
3. Bagi Khazanah Penelitian
Agar pelaksanaan metode tasmi’ dan muraja’ah alam menghafal al- Qur’an menjadi motivasi serta sebuah wacana dan khazanah keilmuan yang saat ini maupun akan datang dan dapat terealisasi secara langsung dalam lingkungan rumah tahfidz maupun lingkungan lainnya. Serta perlu adanya
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan metode tasmi’ dan muraja’ah dalam menghafal al-Qur’an, sehingga nantinya membawa kesempurnaan bahasan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abrah, Ahmad Awlad. Rihlah Tahfidz: Metode pendidikan dan menghafal al-Qur’an ala ulama Syinqit, terj. Lirboyo: Lirboyo Press, 2018.
Amalia, Nur Aisyah. Menghafal dan Murajaah al-Qur’an itu seru. Sukabumi: CV Jejak, 2020.
Arifin, Gus dan Sehendri Abu Faqih. al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010.
Baduwailan, Ahmad. Menjadi hafidz: Tips dan Motivasi Menghafal al-Qur’an. Solo:
AQWAM, 2016.
Gufron, Muhammad dan Rahmawati, ULUMUL QUR’AN: Praktis dan Mudah, Yogyakarta: Kalimedia.
Mahfudhon, Ulin Nuha. Jalan Penghafal al-Qur’an. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2017.
Mansyur, M, dkk. Metodologi Peneitian Lving Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:
Sukses Offset, 2007.
Meleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Penyusun, Tim. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: IAIN Jember Press, 2018.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Kudus: CV. Menara Kudus, 2006.
Sa’dulloh. 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
Syadi, Sayyid Mukhtar Abu. Adab-Adab Halaqah al-Qur’an: belajar dari tradisi ulam. Solo: Aqwam, 2015.
Skripsi/Tesis/Disertasi:
Aisyah, Siti. “Program Pendidikan Diniyah dan Tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Walisongo Jombang”, Tesis. UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018.
Atmojo, Yuliana Mery Prapto. “Implementasi Metode Tasmi’ dan Muraja’ah dalam Menghafal Al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 11 Blitar”, Skripsi. IAIN Tulungagung, 2019.
Fatkhurrohman, Muhammad. “Penerapan metode muraja’ah dalam meningkatkan kwalitas hafalan al-Qur’an siswa kelas VII A di SMP al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaaran 2018/2019”, Skripsi. IAIN Surkarta, 2019.
Fitriyah, Darlimatul. “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal al-Qur’an Antara Santri Mukim dan Nonmukim di Pesantren Za’idatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung”, Skripsi. IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Gusniarti, “Penerapan Metode Hafalan dengan Teknik Bagian-bagian untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Surat-surat Pendek pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV SDN 018 Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar, Skripsi. UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2011.
Hidayah, Ratna. “Pengaruh Tingkat Problematika terhadap Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang”, Skripsi. IAIN Walisongo, 2012.
Iriyanti, Khusnadhya Hannif. ‘’Implementasi metode tasmi’ dan takrir dalam hafalan Qur’an (Studi Kasus santriwati Islamic Boarding School of Darul Bawen Tahun 2018)” Skripsi. IAIN Salatiga, 2018.
Mufidah, E. “Tahfidz al-Qur’an sebagai Media Pembentuk Karakter Santri di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Gebog Kudus”, Skrisi. STAIN Kudus, 2017.
Prasetyawan, Rony. “Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok pesatren Al Wafa Palangkaraya” Skripsi. IAIN Palangkaraya. 2016.
Purwati, Lilik Indri. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal al- Qur’an Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, Skripsi. IAIN Metro, 2018.
Tania, Siti. “Efektifitas Penerapan Metode Tahfidz dan Takrir dalam Meningkatkan Hafalan al-Qur’an Mahasantri Putri di Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung”, Skripsi. UIN Raden Intan Lampung, 2018.
Ulum, Rifki Miftakhul. “Penerapan Pembelajaran Tahfidz Menggunakan Metode Muraja’ah, Khitabah, dan Sima’i di Madrasah Ibtidaiyyah Terpadu Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung”, Skripsi. UIN Raden Intan Lampung, 2018.
Wadji, Farid. “Tahfidz al-Qur’an dalam Kajian ‘Ulum al-Qur’an (Studi Atas Berbagai Metode Tahfidz)”, Tesis. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Wardana, Ayu. “Pengaruh Metode Tasmi’ terhadap Capaian Target Hafalan Siswa Program Tahfidz di MTS Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati”, Skripsi.
IAIN Kudus, 2020.
Artikel dan Jurnal:
Hendrawati, Wiwik. dkk. “Aplikasi Metode Tasmi’ dan Muraja’ah Dalam Program Tahfidzul Qur’an Pada Santriwati di Ma’had Tahfidz hidayatul Qur’an Desa Puding Besar”, 2, Jurnal LENTERNAL: Learning and Teaching Journal.
Vol.1, No.2. (Januari 2020) 8-1.
Hidayah, Aida. “Metode Tahfidz al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian atas Buku Rahasia Sukses 3 Hafidz Qur’an Cilik Mengguncang Dunia”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis, Vol. 18, No. 1 (Januari 2017) 51-70.
Iriswan. “Implementasi model muraja’ah intensif dalam menjaga hafaan al-Qur’an santri”. Jurnal PENDAI. Vol.1, No. 2 (Desember 2019) 192-178.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muslihati
NIM : U20171097
Program Studi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas : Ushuluddin Adab dan Humaniora
Institusi : Universitas Agama Islam Negri Kiai Achmad Siddiq Jember
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian ini tidak mendapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atas karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Aapabila dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur- unsur penjiplakan dan klaim dari orang lain, maka saya bersedia untuk diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.
Jember, 6 Juli 2021 Saya yang Menyatakan
MUSLIHATI NI. U20171097