• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan

Dalam dokumen analisis kemampuan komunikasi matematis (Halaman 102-112)

Bagian ini akan dibahas mengenai deskripsi kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa. Pertama akan dibahas mengenai kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dengan gaya kognitif FD dan kedua akan dibahas mengenai kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dengan gaya kognitif FI. Pembahasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dengan gaya kognitif FD

Subyek yang memiliki gaya kognitif FD adalah S1 dan S2.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes tertulis dan hasil wawancara dari subyek pertama dan subyek kedua secara umum kurang mampu memenuhi dengan baik empat indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis yang ada dalam penelitian ini sehingga bisa dikatakan kemampuan matematis tertulis subyek dengan gaya kognitif FD berada pada level 1 (kurang baik).

a. Kemampuan dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam memenuhi indikator 1. Subyek dengan gaya kognitif FD mengaku paham dan dapat mengidentifikasikan apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal secara lisan, tetapi tidak menuangkannya dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Pada hasil pekerjaan S1, subyek hanya mampu menuliskan apa yang ditanyakan saja dengan penjabaran bahasa sendiri tetapi tidak sesuai dengan PUEBI.

Sedangkan S2 hanya mampu menuliskan apa yang diketahui saja dengan penjabaran bahasa sendiri tetapi tidak sesuai dengan PUEBI.

Ketidaksesuaian bahasa yang digunakan subyek dengan gaya kognitif FD disebabkan subyek hanya mengikuti apa yang gurunya jelaskan dan tuliskan di papan. Hal ini terjadi karena subjek dengan gaya kognitif FD cenderung menerima infromasi yang didapat saja seperti yang dijelaskan oleh Kheirzadeh dan Kassaian (2011) bahwa individu FD menerima seperti apa adanya. Hal tersebut berarti subyek dengan gaya kognitif FD memahami soal secara keseluruhan dan tidak diperinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus lagi. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik dari gaya kognitif yang telah diungkapkan oleh Susanto (2008) bahwa siswa dengan gaya kognitif FD bersifat global artinya siswa yang menfokuskan pada lingkungan secara keseluruhan, didominasi atau dipengaruhi lingkungan.

b. Kemampuan dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis

Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam memenuhi indikator 2. Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam menggunakan simbol-simbol untuk menyelesaikan soal karena masih ada kesalahan dan kurang cermat dalam menggunakan simbol matematika yaitu pada metode eliminasi

, baik S1 maupun S2 sama-sama tidak menuliskan hasil pengurangan dengan benar yang seharusnya berupa . Hal ini dikarenakan, soal yang diberikan peneliti berbeda dengan yang guru contohkan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa siswa FD mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal apabila soal yang diberikan berbeda dengan contoh soal yang diberikan sebelumnya. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Susanto (2008) bahwa siswa FD akan mengalami kesulitan dalam masalah-masalah yang menuntut keterangan di luar konteks.

c. Kemampuan menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah.

Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam memenuhi indikator 3. Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam menguraikan apa yang sudah dituliskan sebelumnya.

Kedua subyek telah menuliskan model matematika dengan tepat tetapi penjabaran metode eliminiasinya salah. Terlihat dari hasil pekerjaan

S1 dan S2 dapat diketahui bahwa kedua mampu menjawab soal dalam bentuk tulisan tetapi salah dan tidak runtut. Setelah membuat model matematika yang benar yaitu

, baik S1 maupun S2 tidak mengeliminasi kedua persamaan tersebut dengan benar. Kedua subyek kesulitan dalam menghadapi ide yang masih berhubungan erat dengan ide sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Altun dan Cakan (2006) bahwa siswa FD mempunyai kategori yang sebagian besar memiliki banyak kesulitan dalam ide yang masih berhubungan erat dengan ide sebelumnya dan kesulitan dalam mengolah ide dari suatu pemikiran yang jangkanya panjang.

d. Kemampuan dalam menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik.

Subyek dengan gaya kognitif FD kurang baik dalam memenuhi indikator 4. Subyek dengan gaya kognitif FD dapat menggambar grafik tetapi salah dan tidak ada keterangan- keterangannya. Misalnya titik potong pada soal nomor 2, subyek S1 seharusnya menuliskan keterangan pada grafiknya. Begitu pula dengan subyek kedua, titik potong dari persamaan pertama yaitu hasilnya , tetapi S2 menggambarkan sebaliknya yaitu . Hal ini terjadi karena kedua subyek hanya memahami materi secara global, sehingga sulit untuk menempatkan titik-titik koordinat yang telah diuraikannya ke dalam grafik. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh O’brien et al., (2001) bahwa

siswa dengan gaya kognitif FD lebih global dan holistik dalam pengelohan persepsi dan informasi sehingga sering disebut sebagai global thinkers.

2. Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dengan gaya kognitif FI Subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 dan S4. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes tertulis dan wawancara dari S3 dan S4 secara umum mampu memenuhi empat indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis yang ada dalam penelitian ini.

a. Kemampuan dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 mampu dan S4 cukup mampu dalam memenuhi indikator 1. Terlihat dari hasil pekerjaan S3 bahwa S3 baik dalam indikator 1. S3 menuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanyakan sesuai dengan soal dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri, hanya saja apa yang dituliskan S3 tidak sesuai dengan PUEBI seperti kata “di ket” seharusnya ditulis

“diketahui” dan kata “di tanya” seharusnya ditulis “ditanya”.

Sedangkan S4 cukup mampu dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Terlihat dari hasil pekerjaannya, S4 hanya menuliskan suatu yang diketahui saja dengan penjabaran bahasa sendiri dan benar sesuai dengan PUEBI. Hal ini senada dengan yang dijelaskan Kheirzadeh

dan Kassaian (2011) bahwasannya siswa dengan gaya kognitif FI cenderung menggunakan struktur mereka sendiri.

b. Kemampuan dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis.

Subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 mampu dan S4 cukup mampu dalam memenuhi indikator 2. Dalam indikator ini, S3 tergolong baik karena terlihat dari hasil pekerjaannya, S3 hanya melakukan kesalahan penulisan simbol tetapi hasil akhir yang diperoleh benar. S3 seharusnya menuliskan tetapi S3 menuliskan . Sedangkan S4 cukup mampu memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis. Dari hasil pekerjaannya, S4 salah dalam penggunaan pemisalan di akhir. Di awal, S4 memisalkan , tetapi di akhir pekerjaannya S4 menuliskan bahwa yang seharusnya pemisalannya tetap yaitu harga 1 kg gula pasir dan harga 1 kg telur . Hal tersebut yang membuat pekerjaannya salah. Subyek FI lebih baik dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis daripada subyek FD. Hal ini dijelaskan oleh Susanto (2008) bahwa memang siswa FI lebih baik dari siswa FD.

c. Kemampuan dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah.

Subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 mampu dan S4 cukup mampu dalam memenuhi indikator 3. Kedua subyek dapat menginterpretasikan secara tertulis konsep-konsep awal yang hendak digunakan dalam menyelesaikan soal dan juga dapat menguraikannya dengan perhitungan dan langkah-langkah yang benar, tetapi S3 tidak runtut dalam pekerjaannya dan S4 salah di hasil akhir dikarenakan kesalahan penulisan simbol. Ketidakruntutan S3 dapat dilihat dari

, yang seharusnya ditulis seperti

. Meskipun pekerjaan S3 tidak runtut, hal ini tidak berpengaruh pada hasil akhir karena hasil yang diperoleh benar.

Setelah dicek dengan wawancara, S3 menyampaikan bahwa penulisan yang tidak runtut tersebut untuk menghemat waktu. Berbeda dengan S3, subyek S4 mampu menentukan cara penyelesaian untuk menyelesaikan soal dan memahaminya dengan cermat dalam bentuk tulisan dengan runtut tetapi salah di akhir pekerjaannya dikarenakan S4 salah menggunakan pemisalan yang telah dibuat. Di awal S4 memisalkan , tetapi di akhir pekerjaannya S4 menggunakan simbol untuk 1 kg dan simbol untuk 1 kg telur.

Hal ini membuat hasil pekerjaannya salah. Pada indikator ini, baik S3 dan S4 cenderung dipengaruhi isyarat yang ada dalam dirinya sendiri, dan ini juga sejalan dengan yang dijelaskan oleh Puspananda dan

Suriyah (2017) bahwasanya siswa dengan gaya kognitif FI cenderung menggunakan faktor-faktor internal sebagai arahan dalam memproses informasi.

d. Kemampuan dalam menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik.

Subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 mampu dan S4 cukup mampu dalam memenuhi indikator 4, S3 menyajikan grafik sesuai yang diminta pada soal tetapi grafiknya salah meskipun keterangan- keterangannya benar. S3 menyajikan grafik yang mana tidak ada garis yang berpotongan padahal grafik yang benar adalah kedua garisnya berpotongan. Kebalikan dari S3, subyek S4 cukup mampu dalam menggambarkan ide matematisnya dalam bentuk grafik dengan benar meskipun tidak ada keterangan-keterangannya. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, S3 dan S4 mampu mengidentifikasi titik-titik potong dari setiap persamaan yang peneliti berikan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Ulya (2015) bahwasanya siswa dengan gaya kognitif FI memandang persoalan secara analitis.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa subyek dengan gaya kognitif FD yaitu S1 dan S2 dapat dikategorikan dalam tingkat pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis level 1 yaitu pada kategori kurang baik. Hal ini dikarenakan subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam memenuhi empat indikator yang ada dalam penelitian ini. Subyek dengan gaya kognitif FD kurang mampu dalam memakai simbol

matematika dalam menyampaikan ide matematisnya, selain itu subyek juga kurang mampu dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika, serta kurang mampu dalam menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik. Akan tetapi subyek dengan gaya kognitif FD mampu dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Sedangkan subyek dengan gaya kognitif FI yaitu S3 dapat dikategorikan dalam tingkat pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis level 3 yaitu pada kategori baik. Hal ini dikarenakan subyek mampu dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri yang disingkat tetapi mudah dipahami, memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis tetapi terdapat kesalahan dalam menggunakan simbol walaupun hasil akhir benar, menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika meskipun tidak runtut, serta menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik, tetapi salah meskipun keterangan-keterangannya benar. Sedangkan S4 dapat dikategorikan dalam tingkat pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis level 2 yaitu pada kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan subyek cukup mampu dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri meskipun hanya menuliskan hal-hal yang diketahui saja, memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis tetapi terdapat kesalahan dalam menggunakan simbol sehingga

mendapatkan hasil akhir salah, menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan dalam menyelesaikan masalah matematika dengan runtut tetapi salah diakhir, serta menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik dan benar tetapi tidak ada keterangan-keterangannya.

Dari apa yang sudah diuraikan, dapat diketahui bahwa setiap subyek memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengkomunikasikan jawabannya secara tertulis walaupun memiliki gaya kognitif yang sama. Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh Argarini et al., (2014) bahwasanya karakteristik siswa dengan gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama, apalagi siswa dengan gaya kognitif berbeda kecenderungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya akan menjadi lebih besar. Selain itu dapat diketahui pula bahwa siswa dengan gaya kognitif FI memiliki kemampuan komunikasi matematis tertulis lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan gaya kognitif FD. Terbukti bahwa siswa dengan gaya kognitif FD kemampuan komunikasi matematis tertulisnya berada pada level 1 sedangkan siswa dengan gaya kognitif FI kemampuan komunikasi matematis tertulisnya berada pada level 2 dan level 3. Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh Junita (2016) bahwasanya siswa dengan gaya kognitif FI lebih baik dalam kemampuan representasi dan komunikasi matematis dibandingkan siswa dengan gaya kognitif FD. Prastiti (2009) menjelaskan hal yang sama yaitu siswa dengan gaya kognitif FI pencapaian kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematika lebih unggul dibandingkan siswa dengan gaya kognitif FD.

100 BAB V PENUTUP

Dalam dokumen analisis kemampuan komunikasi matematis (Halaman 102-112)

Dokumen terkait