• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyajian Data dan Analisis

Dalam dokumen analisis kemampuan komunikasi matematis (Halaman 70-102)

Hari Sabtu, tanggal 12 Februari 2022 peneliti melakukan penelitian mengenai gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Miftahul Falah dengan menggunakan instrumen GEFT. Tepat jam 08.20 WIB peneliti dipersilahkan memasuki kelas untuk melakukan penelitian. Peneliti

memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuannya masuk ke dalam kelas, setelah itu peneliti membagikan lembar tes GEFT kepada setiap siswa, dan mulai memberikan penjelasan serta petunjuk mengenai cara pengerjaan tes GEFT. Kemudian setelah selesai memberikan arahan, para siswa mulai mengerjakan tes tersebut. Ketika proses pengerjaan suasana kelas sangat kondusif dan tenang, siswa percaya diri dengan pekerjaannya sendiri. Selain itu siswa juga mengikuti peraturan tes dengan tertib. Mereka terlihat senang mengerjakan tes ini karena hanya menebali gambar yang tersembunyi dari pola yang rumit. Berikut adalah hasil identifikasi yang telah dilakukan di kelas VIII SMP Miftahul Falah.

Tabel 4.1

Hasil Identifikasi Tes GEFT

No Nama Skor Keterangan

1 Shohibul Abror 14 FI

2 Fahmi 15 FI

3 Luluk Magfiroh 13 FI

4 Rifatul Hasanah 14 FI

5 Nailatul Fitriyah 12 FI

6 Ahnaf Maulana Zaen 4 FD

7 Moh. Fikri 7 FD

8 Imron Mahbubi 4 FD

9 Omriyah 6 FD

10 Muakip 0 FD

11 Luluk Mukaromah 2 FD

12 Wirdatul Hasanah 6 FD

Berdasarkan pada tabel hasil identifikasi tes GEFT diketahui bahwa dari 12 siswa kelas VIII SMP Miftahul Falah sebanyak 5 siswa memiliki gaya kognitif FI yang terdiri dari dua siswa laki-laki dan tiga siswa perempuan.

Sebanyak 7 siswa memiliki gaya kognitif FD yang terdiri dari empat siswa

laki-laki dan tiga siswa perempuan. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa proporsi siswa yang yang memiliki gaya kognitif FD lebih besar dibanding dengan siswa yang memiliki gaya kognitif FI walaupun hanya terpaut tipis.

Berdasarkan hasil identifikasi tes GEFT, peneliti mengambil masing- masing 2 subyek dari setiap gaya kognitif. Berdasarkan hasil undian dari setiap kelompok gaya kognitif maka terpilih 4 orang subyek yaitu siswa dengan skor 4 sebagai subyek pertama (S1), siswa dengan skor 4 sebagai subyek kedua (S2), siswa dengan skor 14 sebagai subyek ketiga (S3), dan siswa dengan skor 13 sebagai subyek keempat (S4).

Hari Selasa, tanggal 15 Februari 2022 peneliti melakukan penelitian mengenai tes kemampuan komunikasi matematis. Instrumen yang digunakan adalah tes yang berupa soal uraian tentang materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) sebanyak 2 butir soal. Tes ini hanya diberikan kepada subyek dari hasil undian dan dilanjutkan dengan wawancara.

Setelah semua pelaksanaan penelitian selesai, peneliti menganalisis kemampuan komunikasi matematis tertulis untuk masing-masing subyek S1, S2, S3, dan S4. S1 dan S2 adalah subyek dengan gaya kognitif FD, sedangkan S3 dan S4 adalah subyek dengan gaya kognitif FI. Analisis ini menjelaskan mengenai kemampuan komunikasi matematis tertulis subyek dalam mengerjakan soal uraian sebanyak 2 soal. Analisis setiap subyek didasarkan pada empat indikator yang sudah dijelaskan di bab II. Uraian

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Subyek pertama dengan gaya kognitif FD

Subyek pertama dalam mengerjakan soal tidak fokus, S1 sering menoleh ke kiri, ke belakang, dan ke atas seolah-olah S1 mencari ide serta S1 sibuk memainkan pulpennya. S1 tidak paham sama sekali tekait kedua soal yang peneliti berikan, tetapi S1 berusaha untuk menjawab atau menuliskan yang dipahami, meskipun jawabannya salah. Apalagi pada soal yang nomor dua, S1 hanya sekedar menggariskan ke sumbu- sumbunya tanpa mencari tahu titik-titik potong dari kedua persamaan yang ada di soal, dan S1 tidak paham sama sekali terkait metode grafik.

Oleh sebab itu, hasil pekerjaannya tergolong pada level 1 (kurang baik).

a. Indikator pertama yaitu kemampuan pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S1 dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4.1 Pemahaman Ide Awal S1

Terlihat dari hasil pekerjaan S1 dapat diketahui bahwa S1 mampu menuliskan apa saja yang ditanya dengan penjabaran bahasa sendiri tetapi tidak sesuai dengan PUEBI (pedoman umum ejaan bahasa Indonesia), S1 menuliskan “dit” seharusnya ditulis “ditanya” tapi singkatan yang dipakai mudah dimengerti. S1 juga menambahkan di bawahnya kata “ditambah”.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek pertama yaitu sebagai berikut:

P : Bagaimana soalnya mudah atau tidak?

S1 : Lumayan sulit bak hehe (senyum) P : Coba dibaca soal nomor satu!

S1 : Harga 7 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp.

105.000,00. Sedangkan harga 5 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp. 83.000,00. Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir adalah...

P : Apakah kamu paham dari soal nomor 1?

S1 : Insyaallah paham

P : Coba jelaskan apa yang kamu pahamin!

S1 : Ini kalau ...

P : Bagaimana?

S1 : Tidak tau bak

P : Iya sudah. Soal yang saya berikan itukan sudah jelas yang diketahui apa saja dan yang ditanya apa. Kenapa yang diketahui dari soal itu kamu tidak tuliskan dalam lembar jawabanmu? Kamu hanya menuliskan yang ditanya saja.

S1 : Tidak apa-apa, memang saya tidak mau nulis yang diketahui

P : Terus yang ditanyakan dari soal itu apa?

S1 : Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir

P : Kenapa tulisan ditanya kamu hanya tulis dit?

S1 : Karena biasanya guru saya itu bak nulisnya gitu P : Terus kata ditambah yang ada dibawahnya dit itu apa

maksudnya?

S1 : Ditambah itu karna hasilnya nanti itu ditambah bak

Hasil wawancara dengan S1 dapat diketahui bahwa S1 kurang paham terkait soal nomor satu dan menuliskan informasi yang didapatkan hanya yang ditanya saja dengan bahasa sendiri meskipun tidak sesuai dengan PUEBI. Berdasarkan hasil wawancara bisa diketahui bahwa S1 tidak memahami terkait metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal SPLDV. Oleh karena itu berdasarkan hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan menunjukkan bahwa S1 tergolong pada level 1 (kurang baik) dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

b. Indikator kedua yaitu kemampuan dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S1 dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4.2 Pemakaian Simbol S1

Terlihat dari hasil pekerjaan S1 dapat diketahui bahwa S1 mampu menuliskan simbol matematika tetapi salah dalam pengggunaannya karena dalam menjawab soal tersebut, S1 seharusnya tidak menggunakan simbol penjumlahan ( pada persamaan . S1 juga tidak menuliskan simbol pengurangan (– ) yang seharusnya dituliskan dalam menggunakan metode eliminasi yaitu

, S1 hanya menuliskan .

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek pertama yaitu sebagai berikut:

P : Coba jelaskan simbol apa saja yang ada di lembar jawabanmu!

S1 : Simbol.... tambahan... plus P : Maksudnya dari simbol plus?

S1 : Kayak kata dan itu menggunakan simbol plus

P : Apakah simbol yang kamu gunakan itu sudah benar?

S1 : Ragu-ragu saya bak

P : Ini kenapa hasilnya 21.000?

S1 : Karena 105.000 saya kurangin 83.000 hasilnya 21.000 P : Benarkah begitu?

S1 : Insyaallah iya bak hehe (senyum)

P : Terus kenapa dalam lembar jawabanmu tidak ada simbol pengurangan?

S1 : Iya saya lupa tidak tulis itu

Hasil wawancara dengan S1 dapat diketahui bahwa S1 mampu memakai simbol matematika tetapi tetap salah dalam hasilnya. S1 juga tidak menuliskan simbol pengurangan (– ) yang seharusnya dituliskan dalam menggunakan metode eliminasi. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, disimpulkan bahwa S1 tergolong pada level 1 (kurang

baik) dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematisnya.

c. Indikator ketiga yaitu kemampuan dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S1 dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika.

Gambar 4.3

Penjabaran Ide Matematis S1

Terlihat dari hasil pekerjaan S1 bahwa S1 mampu menjawab soal dalam bentuk tulisan tetapi salah dan tidak runtut karena S1 menggunakan metode eliminasi dan hasilnya salah, artinya model matematika yang sudah didapat kemudian dihilangkan (dieliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Hasil dari eliminasi tersebut salah yaitu S1 menuliskan yang seharusnya yaitu . S1 juga tidak menuliskan hasil dari pengurangan yang seharusnya ditulis yaitu hasilnya , S1 malah melanjutkan pengerjaannya yaitu

. Sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan dalam metode eliminasi dan itupun hasil penjumlahannya salah serta hal tersebut menunjukkan bahwa hasil pekerjaannya tidak runtut.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek pertama yaitu sebagai berikut:

P : Apakah kamu paham dari soal nomor satu?

S1 : Kurang paham

P : Coba jelaskan langkah-langkah yang kamu gunakan untuk menyelsaikan soal tersebut?

S1 : Harga yang ada di soal saya kurangin dan hasilnya 21.000

P : Kamu menggunakan metode apa dalam menjawab soal?

S1 : Saya tidak tau bak

P : Terus kenapa itu kamu kurangin?

S1 : Setau saya pas dengerin penjelasan guru dikurangin P : Terus kenapa 21.000 sama 21.000 itu kamu dijumlah

atau ditambah?

S1 : Sebenarnya saya bingung bak, terus saja tambah saja itu

Hasil wawancara dengan S1 dapat diketahui bahwa S1 memang mampu menjawab soal dalam bentuk tulisan meskipun salah dan tidak runtut. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, disimpulkan menunjukkan bahwa S1 tergolong pada level 1 (kurang baik) dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika.

d. Indikator keempat yaitu kemampuan dalam menggambarkan ide matematisnya dalam bentuk grafik dalam mengerjakan soal nomor 2.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S1 dalam menggambarkan ide matematisnya dalam bentuk grafik.

Gambar 4.4

Ide Matematis dalam Bentuk Grafik S1

Terlihat dari hasil pekerjaan S1 dapat diketahui bahwa S1 mampu menyajikan jawaban dalam bentuk grafik tetapi salah dan tidak ada keterangan-keterangannya seperti titik potongnya dan persamaan yang menggambarkan garis tersebut.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek pertama yaitu sebagai berikut:

P : Coba dibaca soalnya yang kedua!

S1 : Misalnya diketahui sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) sebagai berikut:

Gambarlah kedua garis yang menyusun SPLDV tersebut pada satu diagram kartesius!

P : Apakah kamu membuat grafik?

S1 : Iya

P : Unsur-unsur apa saja yang dibutuhkan untuk menggambarnya?

S1 : Pertama siapkan penggaris dan siapkan balpen lalu garis, itudah tidak ada lagi

P : Sudah itu saja?

S1 : Iya

P : Coba jelaskan langkah-langkah dalam membuat grafik tersebut!

S1 : Dengan di menggunakan garis, dengan digaris

P : Unsur-unsurnya dalam grafik itu ada apa saja?

S1 : Garis, angka, sumbu- dan , iya itu sudah

P : Terus kenapa kamu buat garis yang nilai dan

S1 : Saya juga tidak paham bak, tapi daripada tidak ada jawaban sama sekali saya jawab saja meskipun jawabannya salah

Hasil wawancara S1 menunjukkan bahwa S1 tidak paham terkait yang dikerjakan dalam menjawab soal. S1 hanya asal menggambar. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan menunjukkan bahwa S1 tergolong pada level 1 (kurang baik) dalam menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik.

2. S2 dengan gaya kognitif FD

Subyek kedua dalam mengerjakan soal kurang fokus karena S2 sering menoleh ke kiri dan ke depan dan terlihat gelisah. Pada saat mengerjakan soal nomor 1, S2 menuliskan informasi yang ada dalam soal sambil membaca soal, tanpa memahami soalnya terlebih dahulu. Tetapi pada saat mengerjakan nomor dua, S2 membaca soalnya berulang-ulang untuk memahaminya. S2 juga sempat berhenti beberapa kali dalam mengerjakannya. Mengerjakan kedua soal yang diberikan, S2 merasa kesulitan dan bingung untuk melanjutkannya. Beberapa kali S2 berhenti mengerjakan dan terlihat bingung. Oleh sebab itu, hasil pekerjaannya kurang baik. Berikut adalah uraian dari hasil pekerjaannya.

a. Indikator pertama yaitu kemampuan pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S2 dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4.5

Pemahaman Ide Awal S2

Terlihat dari hasil pekerjaan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu menuliskan suatu yang diketahui saja dengan penjabaran bahasa sendiri tetapi tidak sesuai dengan PUEBI karena S2 menuliskan kata

“diket” yang seharusnya ditulis “diketahui”.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek kedua yaitu sebagai berikut:

P : Bagaimana soalnya mudah atau tidak?

S2 : Lumayan sulit

P : Coba dibaca soal nomor satu!

S2 : Harga 7 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp.

105.000,00. Sedangkan harga 5 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp. 83.000,00. Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir adalah...

P : Apakah kamu paham dari soal nomor 1?

S2 : Kurang paham P : Kenapa?

S2 : Karena saya lemah dalam soal cerita

P : Ohh berarti kamu kurang mamahami materi SPLDV ya?

S2 : Iya

P : Kenapa kamu tidak bertanya kepada gurunya atau keteman-temannya?

S2 : Sudah bak tapi tetap saja

P : Coba jelaskan informasi apa saja yang kamu dapatkan!

S2 : Soalnya yaitu harga 7 kg gula pasir dan 2 kg telur

adalah Rp. 105.000,00. Sedangkan harga 5 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp. 83.000,00

P : Dari soal nomor satu apa yang ditanyakan?

S2 : Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir

P : Kenapa yang ditanya itu kamu tidak ditulis dalam lembar jawaban

S2 : Lupa bak hehe (senyum)

P : Kenapa kata “diketahui” kamu tulis “diket”?

S2 : Karena biar cepat saja bak dan biasanya guru nulis gitu bak

Hasil wawancara dengan S2 dapat diketahui bahwa S2 kurang paham terkait soal nomor satu dan menuliskan informasi yang didapatkan hanya yang diketahui saja dengan bahasa sendiri meskipun tidak sesuai dengan PUEBI. Hasil tes dan wawancara menunjukkan bahwa S2 kurang baik dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

b. Indikator kedua yaitu kemampuan dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematis dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S2 dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4.6 Pemakaian Simbol S2

Terlihat dari hasil pekerjaan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu memakai (menuliskan) simbol matematika tetapi salah karena S2 mampu menggunakan simbol penjumlahan dalam membuat model matematikanya, serta S2 dalam menjawab itu menggunakan metode eliminasi dengan cara mengurangi kedua model matematika tersebut meskipun hasil yang diperoleh salah dan simbol pengurangannya tidak dituliskan seperti

, yang seharusnya ditulis seperti

.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek kedua yaitu sebagai berikut:

P : Coba jelaskan simbol apa saja yang ada di lembar jawabanmu!

S2 : Simbol penjumlahan dan pembagian

P : Apakah simbol yang kamu gunakan dalam menjawab soal sudah benar?

S2 : Kurang benar kayaknya P : Tidak yakin ya?

S2 : Iya tidak yakin

P : Terus ini kenapa hasilnya 20.000?

S2 : Karena saya kuringin

P : Coba hitung lagi, benar itu hasilnya?

S2 : 105.000 dikurangin 83.000, 20.000 P : Benar hasilnya 20.000?

S2 : Iya benar bak (dengan percaya diri) P : Iya sudah kalau gitu hehe (tersenyum) S2 : Hehe (senyum)

P : Terus kenapa dalam lembar jawabanmu tidak ada simbol pengurangan (dalam kurung warna merah)?

S2 : Iya saya lupa tidak tulis itu

Hasil wawancara dengan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu memakai simbol matematika tetapi tetap salah dalam hasilnya. Hasil tes dan wawancara menunjukkan bahwa S2 tergolong pada level 1

(kurang baik) dalam memakai simbol matematika dalam menyampaikan ide matematisnya.

c. Indikator ketiga yaitu kemampuan dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S2 dalam menjabarkan ide matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika.

Gambar 4.7

Penjabaran Ide Matematis S2

Terlihat dari hasil pekerjaan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu menjawab soal dalam bentuk tulisan tetapi salah dan tidak runtut karena S2 dalam menjawab soal menggunakan metode eliminasi yaitu mengeliminasi salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Ketika menggunakan metode eliminasi, biasanya dituliskan seperti ini

, tetapi S2 hanya menuliskan seperti ini

dan hasil pengurangannya salah yang seharusnya menghasilkan , S2 menuliskan hasilnya yaitu . S2 melanjutkan pengerjaannya dengan menuliskan seperti ini

yang seharusnya ditulis seperti ini

. Hal tersebut yang menyebabkan pekerjaan S2 tidak runtut.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek kedua yaitu sebagai berikut:

P : Apakah kamu paham dari soal nomor satu?

S2 : Kurang Paham

P : Coba jelaskan langkah-langkah yang kamu gunakan untuk menyelsaikan soal tersebut?

S2 : Saya menuliskan model matematikanya, setelah itu saya kurangin

P : Kamu menggunakan metode apa dalam menjawab soal?

S2 : Saya tidak tau bak

P : Terus kenapa dari model matematika itu kamu kurangin?

S2 : Karena saya sedikit ingat pas guru jelasin itu dikurangin dan selebihnya dari itu saya lupa hehe (senyum)

P : Kenapa kamu tidak ngasih simbol pengurangan (dalam kurung warna kuning)?

S2 : Lupa bak hehe (senyum)

P : Terus hasilnya itu kenapa dibagi 2 (dalam kurung warna merah)?

S2 : Karena . Jadi saya bagi 2 P : Kenapa dibagi?

S2 : Karena kalau bentuknya perkalian apabila dipindah ruas itu menjadi pembagian

P : Kenapa tidak dituliskan terlebih dahulu sebelum dipindah ruas (dalam kurung warna hijau)?

S2 : Karena sudah terbiasa gitu

Hasil wawancara dengan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu menjawab soal dalam bentuk tulisan tetapi salah dan tidak runtut.

Berdasarkan hasil tes dan wawancara, disimpulkan bahwa S2 tergolong pada level 1 (kurang baik) dalam menjabarkan ide

matematis dalam bentuk tulisan secara benar dalam menyelesaikan masalah matematika.

d. Indikator keempat yaitu kemampuan dalam menggambarkan ide matematisnya dalam bentuk grafik dalam mengerjakan soal nomor 2.

Berikut akan disajikan hasil kemampuan S2 dalam menggambarkan ide matematisnya dalam bentuk grafik.

Gambar 4.8

Ide Matematis dalam Bentuk Grafik S2

Terlihat dari hasil pekerjaan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu menyajikan jawaban dalam bentuk grafik tetapi salah dan tidak ada keterangan-keterangannya karena S2 hanya mengerjakan satu persamaan saja, sedangkan persamaan lainnya tidak dikerjakan.

Hasil pekerjaannya salah karena dibalik yang sebenarnya hasil dari pencarian titik potong dari persamaan pertama yaitu hasilnya , tetapi S2 menggambarkan sebaliknya yaitu . Meskipun S2 menuliskan dengan benar keterangannya di gambar bahwa , tetapi hasil pekerjaannya salah ketika diaplikasikan ke dalam grafik.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek kedua yaitu sebagai berikut:

P : Coba dibaca soalnya yang kedua!

S2 : Misalnya diketahui sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) sebagai berikut:

Gambarlah kedua garis yang menyusun SPLDV tersebut pada satu diagram kartesius!

P : Apakah kamu membuat grafik?

S2 : Iya membuat

P : Unsur-unsur apa saja yang dibutuhkan untuk menggambarnya?

S2 : Kertas, bolpen, eeee penggaris P : Sudah itu saja?

S2 : Iya

P : Coba jelaskan langkah-langkah dalam membuat grafik tersebut!

S2 : Iya mencari titik sum titik potong sumbu- maka ditemukanlah emmm titik sumbu- , terus diketahui dan juga diketahui

P : Kamu sudah tau bahwa nilai

, tetapi kenapa dalam grafik kamu gambar bahwa nilai (dalam kurung warna merah)?

S2 : Eee iya bak saya salah ya, saya kurang teliti bak P : Bagaimana untuk persamaan keduanya?

S2 : Persamaan kedua saya tidak tau P : Kenapa kamu tidak tahu?

S2 : Saya kurang memahami materi SPLDV dan saya juga bingung terkait persamaannya

Hasil wawancara dengan S2 dapat diketahui bahwa S2 mampu menyajikan jawaban dalam bentuk grafik tetapi salah dan tidak ada keterangan-keterangannya. Hasil tes dan wawancara menunjukkan bahwa S2 tergolong pada level 1 (kurang baik) dalam menggambarkan ide matematis dalam bentuk grafik.

3. S3 dengan gaya kognitif FI

Subyek ketiga dalam mengerjakan soal sangat fokus dan konsentrasi karena S3 membaca soal berulang-ulang sampai benar-benar

memahaminya dan setelah itu mengerjakan soalnya. Awalnya S3 keliatan bingung, tetapi S3 berusaha memahami soalnya. S3 juga sempat berhenti mengerjakan soal beberapa detik, untuk mengingat rumus atau metode yang hendak digunakan. Soal-soal ini nampak mudah baginya. Terbukti tidak ada kesulitan yang berarti ketika S3 menyelesaikan soal. Hasil pekerjaannya juga rapi meskipun ada satu tahapan yang S3 lompatin, tetapi tidak sama sekali berpengaruh pada hasil akhirnya atau pada langkah-langkah selanjutnya. S3 hanya membutuhkan waktu 45 menit 22 detik untuk menyelesaikan dua soal yang peneliti berikan. Hasil pekerjaannya pun tergolong pada level 3 (baik). Berikut uraian dari hasil pengerjaannya.

a. Indikator pertama yaitu kemampuan dalam pemahaman ide awal matematis melalui tulisan dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri dalam mengerjakan soal nomor 1.

Berikut akan disajikan hasil pemahaman ide awal matematis tertulisnya dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4.9 Pemahaman Ide Awal S3

Terlihat dari hasil pekerjaan S3 dapat dilihat bahwa sebagai berikut S3 menuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanyakan sesuai

dengan soal dengan penjabaran yang menggunakan bahasa sendiri tetapi tidak sesuai dengan PUEBI karena dalam menuliskan

“diketahui” ditulis “di ket” dan “ditanya” ditulis “di tanya”.

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan Subyek ketiga yaitu sebagai berikut:

P : Bagaimana soalnya mudah atau tidak?

S3 : Mudah

P : Coba dibaca soal nomor satu!

S3 : Harga 7 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp.

105.000,00. Sedangkan harga 5 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp. 83.000,00. Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir adalah...

P : Apakah kamu paham dari soal nomor 1?

S3 : Paham

P : Coba jelaskan informasi apa saja yang kamu dapatkan!

S3 : Harga 7 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp.

105.000,00. Sedangkan harga 5 kg gula pasir dan 2 kg telur adalah Rp. 83.000,00

P : Iya iya, terus dari soal nomor satu apa yang ditanyakan?

S3 : Harga 3 kg telur dan 1 kg gula pasir

P : Sekarang saya mau tanya, kenapa “diketahui” kamu tulis “di ket”?

S3 : Iya karena biar cepat saja

P : Kenapa tulisan “di ket”nya kamu kasih spasi?

S3 : Emmm karena saya kira guru pas nulis di papan gitu hehehe (senyum)

P : Dan juga kenapa “di tanya” kamu kasih spasi?

S3 : Karena saya taunya juga gitu hehehe (senyum)

P : Kalau nulis “diketahui” sama “ditanya” itu tidak perlu spasi ya

S3 : Hehe (senyum) iya bak

Hasil wawancara dengan S3 dapat diketahui bahwa S3 paham terkait soal nomor satu dan menuliskan informasi yang didapatkan dengan bahasa sendiri meskipun tidak sesuai dengan PUEBI. Hasil tes dan wawancara menunjukkan bahwa S3 tergolong pada level 3 (baik)

Dalam dokumen analisis kemampuan komunikasi matematis (Halaman 70-102)

Dokumen terkait