• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

BAB 4 Pembahasan

4.1 Pembahasan

Fakta yang ada pada pengkajian didapatkan bahwa Ny. T mengatakan sering terasa nyeri pada kepala ketika sudah melakukan aktifitas berat atau berlebihan, mengeluh lemas dan lemah ketika nyerinya muncul. Kesadaran Ny.

T composmentis dengan GCS 4, 5, 6 dan keadaan umum lemah. Ny.T tampak meringis, gelisah dan protektif terhadap lingkungannya, Ny.T juga mengalami diaforesis (keringat dingin). Pada pemeriksaan nyeri didapatkan bahwa P (Provokativ) : Setelah melakukan aktifitas yang berat, Q (Quality) : Nyeri seperti ditimpa beban berat, R (Region) : Kepala bagian belakang, S (Scale) : 6 (nyeri sedang), T (Time) : Hilang timbul. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah : 170/100 mmHg, suhu : 37.2oC, nadi : 96 x/menit, respirasi : 24 x/menit.

Menurut Tim Pokja SDKI PPNI 2017, nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Tanda dan gejala nyeri

akut adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis

Pada kasus ini didapatkan bahwa pada klien Ny. T terdapat kesenjangan antara fakta dan teori dimana ada beberapa tanda dan gejala nyeri akut menurut teori yang tidak dialami klien. Adapun tanda dan gejala yang tidak dialami oleh Ny. T adalah sulit tidur, pola nafas berubah, nafsu makan berkurang, proses berpikir terganggu, menarik diri, dan berfokus pada diri sendiri. Hal ini dimungkinkan terjadi karena Ny. T tidak memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya yang dapat memperberat kondisi klien dan Ny. T juga cukup menjaga gaya hidupnya. Ny. T juga memiliki kebiasaan lebih banyak istirahat saat nyerinya kambuh sehingga tidak memperberat kondisi klien.

4.1.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan kasus diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi d.d tampak gelisah, tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat dan diaforesis dan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif d.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Diagnosa tersebut diambil karena klien mengeluh sering mengalami nyeri pada kepala saat beraktifitas berat namun keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh klien.

Menurut teori ada beberapa masalah keperawatan yang dapat muncul pada penderita hipertensi seperti nyeri akut, intoleransi aktifitas, risiko cedera, dan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Masalah keperawatan tersebut berkaitan langsung dengan faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit hipertensi. Faktor resiko tersebut yaitu riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras/etnik, dan gaya hidup.

Pada kasus ini didapatkan bahwa klien yaitu Ny. T terdapat kesenjangan antara fakta dan teori dimana ada beberapa masalah keperawatan yang tidak dimunculkan pada diagnosa keperawatan yaitu intoleransi aktifitas dan risiko cedera. Penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktifitas karena klien masih bisa untuk beraktfitas tanpa bantuan orang lain, sedangkan untuk diagnosa risiko cedera tidak diangkat karena klien tidak memiliki masalah pada kesadarannya.

4.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh pasien sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Rencana asuhan keperawatan pada Ny. T diambil dalam tinjauan pustaka berdasarkan teori asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut dalam asuhan keperawatan Ny. T. Fakta yang didapat pada tinjauan kasus terdapat intervensi keperawatan yang direncanakan sebagai berikut :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing

5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

6. Fasilitas istirahat dan tidur

7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Adapun intervensi keperawatan untuk nyeri akut menurut SIKI PPNI 2018 sebagai berikut:

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing

5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

6. Fasilitas istirahat dan tidur

7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 9. Kolaborasi pemberian analgetik

Pada kasus ini didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori dimana ada intervensi keperawatan pada teori yang tidak dicantumkan pada intervensi keperawatan untuk tinjauan kasus yaitu kolaborasi pemberian analgetik. Hal ini dikarenakan penulis tidak berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik dan penulis hanya mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam.

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan yang sudah disusun, manajemen nyeri dan latihan merawat anggota keluarga yang sakit dan keluarga yang lain bekerjasama seperti mau menerima pendidikan kesehatan dan membantu memfasilitasi tindakan yang dilakukan. Keluarga yang kooperatif merupakan faktor pendukung sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai perencanaan yaitu 3 kali kunjungan.Tidak ada hambatan dalam melakukan implementasi pada Ny. T, klien mampu mengikuti arahan dan latihan sampai selesai.Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi yang direncanakan pada tinjauan pustaka sebagai berikut:

1. Bina hubungan saling percaya (BHSP) dan tetap menggunakan prinsip 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)

2. Memperkenalkan diri kepada keluarga Ny.T dan menjelaskan tentang kedatangan ke rumah Ny.T

3. Membuat kontrak waktu dengan keluarga Ny.T

4. Mengidentifikasi faktor pemicu nyeri, kualitas, wilayah bagian, skala nyeri, dan waktu munculnya nyeri.

P : Setelah melakukan aktifitas yang berat atau berlebih.

Q : Nyeri seperti ditimpa beban berat R : Kepala bagian belakang

S : Skala nyeri 6 (nyeri sedang) T : Hilang timbul

5. Mengobservasi TTV : TD : 170/100 mmhg S : 37,2oC

N : 96x/menit RR : 24x/menit

6. Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri seperti kebisingan atau suasana yang terlalu ramai dirumah dan faktor yang memperingan nyeri seperti kompres hangat, akupressur, aroma terapi, pijat.

7. Mengajarkan dan mendemonstrasikan bagaimana cara mengurangi nyeri dengan terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi napas dalam dan kompres hangat.

Adapun intervensi yang telah direncanakan pada masalah keperawatan nyeri akut untuk tinjauan kasus sebagai berikut :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing

5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

6. Fasilitas istirahat dan tidur

7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Implementasi yang dilakukan penulis mulai dari awal hingga akhir sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan pada tinjauan kasus.

Hal ini dikarenakan klien dan keluarga mampu kooperatif dan mau memfasilitasi tindakan yang akan dilakukan dan diajarkan. Tidak ada hambatan dalam melakukan implementasi pada Ny. T, klien mampu mengikuti arahan dan latihan sampai selesai juga merupakan faktor penting dalam terlaksananya intervensi keperawatan yang telah direncanakan.

4.1.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah melakukan implementasi diatas selama 3 kali kunjungan rumah, didapatkan catatan perkembangan pada evaluasi hari terakhir sebagai berikut : Perkembangan yang muncul pada saat evaluasi pasien yaitu Ny. T terdapat data subyektif :

1) Ny. T mengatakan nyeri pada kepalanya sudah sangat berkurang bahkan tidak terasa lagi.

2) Ny. T mengatakan tubuhnya sudah terasa lebih bugar.

Data obyektif :

1) Kesadaran composmentis dengan GCS 4,5,6 2) Keadaan umum baik

3) Ny. T sudah tidak tampak meringis, tidak gelisah, dan sudah tidak protektif lagi terhadap lingkungannya.

4) Tidak ada diaforesis pada Ny. T 5) Skala nyeri : 2 (nyeri ringan) 6) Tanda-tanda vital :

TD : 130/90 mmhg S : 37,3oC

N : 88x/menit RR : 24x/menit

Menurut teori kriteria hasil yang diharapkan untuk perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan sebagai berikut :

8. Keluhan nyeri menurun 1. Meringis menurun 2. Sikap protektif menurun 3. Gelisah menurun

4. Diaforesis menurun 5. Frekuensi nadi membaik 6. Tekanan darah membaik

Evaluasi keperawatan yang muncul setelah dilakukan tindakan selama 3 hari sesuai dengan kriteria hasil diharapkan. Keluhan nyeri menurun dari skala nyeri 6 (nyeri sedang) setelah dilakukan tindakan menjadi skala nyeri 2 (nyeri

ringan). Hari pertama pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah dan mengalami diaforesis setelah dilakukan tindakan gejala tersebut sudah tidak tampak. Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik dari 96 x/ menit menjadi 84 x/menit, tekanan darah dari 170/100 mmHg menjadi 130/90 mmHg.

Berdasarkan data subjektif dan objektif diatas penulis menyimpulkan bahwa pada masalah nyeri akut sudah teratasi sehingga intervensi selanjutnya dapat dihentikan.

4.2 Kelemahan dan Keterbatasan

Berdasarkan yang dialami oleh penulis, kelemahan dan keterbatasan yang ada yaitu tidak bisa berkolaborasi dengan tenaga medis yang lain seperti dalam pemberian obat analgesik agar lebih efektif dalam mengurangi nyeri dan pemberian diit oleh ahli gizi agar asupan gizi klien lebih terkontrol.

85 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Keperawaratan Nyeri Akut Pada Penderita Hipertensi di Desa Gratitunon” diatas, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1Pengkajian

Pada pengkajian asuhan keperawatan keluarga Ny. T yang berfokus pada masalah keperawatan nyeri akut, mendapatkan keluhan nyeri pada kepala bagian belakang, merasa lemas, lemah, tampak bersikap protektif, gelisah, meringis, tekanan darah dan nadi meningkat.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa prioritas pada kasus ini yaitu Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi d.d tampak gelisah, tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat dan diaforesis.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang disusun pada diagnosa utama untuk Ny. T. Penulis berusaha semaksimal mungkin merencanakan tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan teori yang didapat, intervensi yang dilakukan antara lain identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala, dan faktor yang memperberat nyeri. Menyarankan menggunakan teknik nonfarmakologis dan ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilaksanakan antara Ny. T dengan nyeri akut yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala, dan faktor yang memperberat nyeri. Mengajarkan dan mendemonstrasikan bagaimana cara mengurangi nyeri dengan terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi napas dalam.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada Ny. T pada diagnosa utama yaitu nyeri akut, masalah keperawatan sudah teratasi dengan data yaitu keluhan nyeri berkurang, meringis, gelisah, sikap protektif, dan diaforesis sudah tidak ada, frekuensi nadi dan tekanan darah membaik.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi

Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan untuk memberikan pelayanan pada klien dengan diagnosa medis hipertensi yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan imu keperawatan terkini.

5.2.2 Bagi Klien

Diharapkan klien dan keluarga mengerti serta mampu dalam merawat keluarga yang sakit dan mengenal masalah kesehatan yang diderita salah anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

AH, Nurarif & H, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Pratik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilm

Ardiansyah, M. 2012. Medika Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Aulia, R. 2018. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode 2018:2- 2018:4. Journal of University Muhammadiyah Surakarta

Brunner & Suddarth. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 volume 1.

Jakarta: EGC

Dinarti dkk. 2013. Dokumentasi Keperawatan (2nded). Jakarta: TIM

Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta

Hananta I.P.Y., Freitag H. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta: MedPress

Hengli, Arundina dkk. 2013. Hubungan antara Merokok dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pria di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. Pontianak: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Ismarina, Herliawati dkk. 2015. Pengaruh Perubahan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi Musik Klasik Dan Relaksasi Autogenik.

J.K, Komaling, dkk. 2013. Hubungan mengonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di Desa Tompasbaru II kecamatan Tompasbaru kabupaten Minahasa Selatan, ejurnal keperawatan

Kowalak, Welsh dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Muslihin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Organization WH. A Global Brief On Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crises. Geneva: WHO 2016

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

http:/www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorkop_2 018/Hasi%20Riskesdas%202018.pdf. 27 Maret 2021 (13.10)

Smeltzer. 2008. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC

Dokumen terkait