• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan pada laporan pratikum ini, saya akan memaparkan hasil dari pratikum yang telah saya lakukan kemudian dicatat dan ditulis untuk dijadikan laporan pratikum yang mengenai Penilaian Kerusakan Karena Hama. Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum yang saya lakukan, yaitu untuk mengetahui, memahami, dan mengerti teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dan kerusakannya, untuk mengetahui, memahami, dan mengerti jenis hama yang dapat menyerang pohon kelapa terutama pada daun sehingga daun kelapa tersebut mengalami kerusakan, untuk mengetahui, memahami, dan mengerti tentang hitungan sederhana nilai intensitas serangan hama pada setiap pohon yang berbeda dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak, serta untuk mengetahui, memahami, dan mengerti cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati.

Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya kerugian secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik

kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis- jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah / tindakan pengendalian (Sudarmo, 2005).

Serangga (hama) memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran yang menguntungkan yaitu serangga dapat bermanfaat sebagai penyerbuk atau pollinator, dapat berperan sebagai musuh alami serangga hama, berfungsi sebagai perombak (decomposer), penyedia bahan makanan (protein hewani), serangga yang diperdagangkan yaitu serangga – serangga yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta fungsi potensial lainnya seperti umpan untuk memancing, lebah madu dan semut rangrang (Kahono dan Amir, 2003). Adapun peran serangga yang merugikan yaitu serangga yang menyebabkan luka pada tanaman sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian dan disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara : menggigit, menghisap, memakan, melukai akar, meletakkan telur / membuat sarang, mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit (Untung, 2010).

Peramalan hama memiliki tujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi / serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.

Analisis daerah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis Luas Tambah Serangan (LTS) selama

kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).

Pada percobaan untuk mengamati, mengetahui, memahami, serta menghitung penilaian kerusakan karena hama yang berupa mengamati dan mengetahui teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dan kerusakannya, jenis hama yang dapat menyerang pohon kelapa terutama pada daun sehingga daun kelapa tersebut mengalami kerusakan, hitungan sederhana nilai intensitas serangan hama pada setiap pohon yang berbeda dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak, dan cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati, hal pertama yang dilakukan ialah dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu seperti alat tulis, handphone berkamera, tabel penilaian kerusakan karena hama (borang pengamatan), dan 8 pohon kelapa yang berada di lahan yang terdapat kerusakan pada daun. Kemudian menentukan tempat (lahan) yang terdapat pohon kelapa, sekiranya terdapat 8 pohon kepala. Selanjutnya mencari pohon kelapa pada tempat tersebut yang mengalami kerusakan pada daun. Lalu mengamati dan menghitung daun pohon kelapa tersebut yang mengalami kerusakan akibat hama.

Setelah selesai menghitung daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan, selanjutnya mengumpulkan data dengan sistem tuker data dengan kelompok lain.

Langkah selanjutnya menghitung intensitas kerusakan akibat hama dari hasil perhitungan daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan yang sudah dikumpulkan dari kelompok lain pada borang pengamatan. Setelah itu, mendokumentasikan 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini, dan langkah terakhir men – ACC kan borang pengamatan penilaian kerusakan akibat hama terhadap 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

Berdasarkan penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan dan penghitungan nilai intensitas serangan hama dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak yang telah dilakukan, didapatkan berbagai hasil pengamatan yang cukup beragam mulai dari gejala kerusakan, jenis hama yang mengakibatkan kerusakan, nilai intensitas kerusakan, serta cara pengendalian hama yang mengakibatkan kerusakan tersebut. Pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan karena hama pada hasil penghitungan kelompok 2 yang berlokasi disekitar rumah M. Nizar, menghasilkan 24 daun yang terserang pada pohon pertama, menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 4 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 25 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 20 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 28 daun yang terserang pada pohon keenam, menghasilkan 21 daun yang terserang pada pohon ketujuh, dan menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon kedelapan. Dan pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan karena hama pada hasil penghitungan kelompok 1, 3, dan 4 yang berlokasi masing – masing tempat yang berbeda, menghasilkan 6 daun yang terserang pada pohon pertama pada kelompok 1, 8 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 6 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 12 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 7 daun yang terserang pada pohon keenam, menghasilkan 17 daun yang terserang pada pohon ketujuh, dan menghasilkan 17 daun yang terserang pada pohon ketujuh.

Pada kelompok 3, menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon pertama, 10 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 16 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 18 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon keenam, dan menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon ketujuh. Dan pada kelompok 4, menghasilkan 16 daun yang terserang pada pohon pertama, 11 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 16 daun yang terserang

pada pohon keempat, menghasilkan 12 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon keenam, dan menghasilkan 14 daun yang terserang pada pohon ketujuh. Pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang tidak mengalami kerusakan, persentase kerusakan, dan harga numerik pada kelompok 1, 2, 3, dan 4 dengan lokasi yang masing – masing berbeda dan pada pohon kelapa yang berbeda pula, itu menghasilkan berbagai macam hasil penghitungan yang terdapat pada tabel penilaian kerusakan karena hama. Dari hasil penghitungan dan pengumpulan data data yang mengenai penilaian kerusakan karena hama tersebut didapat intensitas serangan hama dengan menggunakan rumus :

I=

n× v

N × Z ×100 %

Berdasarkan nilai intensitas serangan hama yang diperoleh dari perhitungan rumus tersebut, pada pohon kelapa dengan total 30 pohon memiliki nilai intensitas serangan hama sebesar 19,5 %.

Dari hasil pengamatan dan penghitungan pada intensitas serangan hama yang sebesar 19,5 %, kerusakan tersebut disebabkan oleh hama yang berada pada pohon kelapa. Adapun jenis hama yang menyerang pohon kelapa, yaitu sebagai berikut :

1. Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros), yaitu memiliki Ciri – ciri bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada kepala. Gejala yang ditimbulkan akibat hama ini yaitu : (1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun; (2) tanaman berumur 0- 1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak; (3) pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka; (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi tiga; (5) stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Pengendalian terhadap hama ini yaitu

: (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; (2) menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; (3) memberikan carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

2. Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous), yaitu memiliki ciri – ciri imago, berbentuk kumbang dengan masa perkembangan 11 – 18 hari.

Ciri khas nya adalah tinggal di kokon sampai keras. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat.

3. Sexava sp, yaitu memiliki ciri – ciri belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang – kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga – bunga; (2) merajalela pada musim kemarau; (3) pada serangan yang lidi – lidinya saja. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) cara mekanis : menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon; (2) cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya; (3) cara kemis:

menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc / liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter / pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan:

Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC;

(4) cara biologis: menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.

4. Kutu Aspidiotus sp, yaitu memiliki ciri – ciri kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 betina, jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah/merah jambu dan betina berwarna kuning sampai merah. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) bercak-bercak kuning pada permukaan bagian bawah daun; (2) pada serangan berat daun berwarna merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya terkulai dan mati; (3) akibat serangan dalam waktu 2 – 5 tahun tidak mau berbuah. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.

5. Parasa lepida, yaitu memiliki ciri – ciri kupu – kupu berentang sayap 32 – 38 mm berwarna kuning emas muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : memakan anak – anak daun sebelah bawah setempat, tetapi tidak sampai tembus, meninggalkan bekas ketaman / gigitan yang melebar sehingga tinggal urat – uratnya serta jaringan daun atas, ulat yang tua merusak daun dari pinggir ke tengah sampai lidinya, serangan hebat tinggal lidinya dan nampak gundul. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) menggunakan musuh alami parasit ulat Apanteles parasae; (2) kepompong dapat menggunakan lalat parasit Chaetexorista javana; (3) perogolan pohon yang terserang pada masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; (4) penyemprotan dengan insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air pada stadium larva konsentrasi.

6. Darna sp, yaitu memiliki ciri – ciri imago berbentuk kupu – kupu dengan rentang sayap 14 – 20 mm. Masa pertumbuhan 30 – 90 hari.

Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) pada musim kering, Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai; (2) daun – daun yang rusak hebat menjadi merah –

sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang termuda; (3) tandan – tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan akhirnya bergantung kebawah di sisi batangnya; (4) buahnya gugur; (5) daun – daun mudak duduk seperti biasa, tetapi kadang – kadang mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun – daun yang masih muda sekali yang utuh. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya;

(2) menggunakan parasit musuhnya yaitu parasit kepompong Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan – tabuhan parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air atau penyemprotan pada stadium larva atau insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0, 4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.

7. Ulat Artona (Artona catoxantha), adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang seperti jendela kecil; (2) jika serangan berat, tajuk tanaman kelapa lubang seperti jendela kecil.

8. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros), yaitu memiliki ciri – ciri ukuran panjang tubuh 3,5 – 4,5 cm dengan ujung kepala yang memiliki tanduk. Tanduk kumbang badak jantan memiliki bentuk yang memanjang dan melengkung kebelakang sedangkan pada kumbang betani berbentuk tonjolan. Adapun gejala yang ditimbulkan dari hama ini yaitu kumbang dewasa (Imago) terbang ke tajuk kelapa dalam malam hari lalu masuk dalam permukaan tajuk biasa, pelepah berumur kurang menurut 1 tahun, lalu kumbang menggerek batang dan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang masih terlipat, sebagai akibatnya bekas geretan mengakibatkan kerusakan yang khas yaitu daun misalnya bergunting & terlihat kentara selesainya pelepah daun terbuka. Pengendalian terhadap hama ini yaitu

memanfaatkan musuh alami Baculo virus orytes menggunakan cara meneteskan virus ke mulut kumbang lalu dilepas, sebagai akibatnya bisa menularkan ke kumbang lainnya. Selain itu juga menggunakan cendawan Metharizium anisopliae yang dimana dapat dicegah khususnya dalam ketika peremajaan menggunakan penanaman tanaman sela dan penutup tanah dan pembuatan perangkap disekitar kebun yang sudah ditabur Metarizhium sp.

Adapun penyebab lain dari kerusakan daun kelapa yang diamati dengan besar intensitas serangan hama sebesar 19,5 %, itu kemungkinan dikarenakan adanya kelembaban, iklim dan kekurangan oksigen yang mempengaruhi banyaknya hama dan penyakit yang berpengaruh terhadap serangan hama dan penyakit pada pohon kelapa (Salim, 2012). Serangan hama yang terjadi pada beberapa pohon kelapa ini terdapat pada bagian tepi daun dan tengah daun dimana adanya aktifitas hama yang menyebabkan daun rusak dan tidak utuh. Berdasarkan kondisi daun, serangan hama yang terjadi pada daun mengalami tiga jenis kondisi yaitu merana ringan, merana sedang dan merana berat, hal ini terjadi pada saat melakukan pengamatan (jumlah daun yang terserang). Selain hama ditemukan juga beberapa penyakit yang menyerang pohon kelapa, yaitu sebagai berikut : daun yang terserang penyakit cenderung mengalami perubahan. Tanda penyakit bercak daun adalah adanya (nekrosis) atau daerah yang mati pada daun, luasnya tidak beraturan. begitu juga dengan warna bercak daun mulai dari kuning, coklat hingga hitam (Semangun, 2010). Bercak daun terbentuk umumnya berwarna coklat dengan dikelilingi oleh batasan yang berwarna lebih gelap, bentuknya cenderung tidak beraturan. Bercak daun yang telah meluas batas warna bagian tengah dan tepi akan semakin jelas, pada bagian tengah bercak warnanya agak lebih terang dibandingkan dengan bagian tepi.

Hama penyakit yang menyerang pohon kelapa ini yaitu adanya bercak daun yang terdapat di beberapa pohon dan ada daun yang mengalami perubahan warna menjadi kekuningan, terdapat beberapa serangan hama yang membuat daun menjadi belubang. Menurut Anggraeni (2009), menyatakan bahwa kerusakan

pada daun tanaman dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Selain itu litetarur yang dibaca sesuai dengan hama penyakit daun pohon kelapa yaitu, menurut Agrios (2005), menyatakan bahwa penyakit bercak daun ialah Fungi colletothricum sp. Beberapa penyakit bercak daun yang ditemui sering disebut dengan antraknosa yang merupakan penyakit biogenik yang disebabkan oleh fungi yang mengahasilkan konidia aservelus warna hitam. Tahap awal dari infeksi Colletotrichum Sp ini terhadap daun kelapa terdiri dari konidia dan germinasi pada permukaan tanaman yang menghasilkan tabung kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan hifa. Dengan adanya bercak daun tesebut maka daerah untuk berfotosintesis menjadi berkurang. Apabila daerah tersebut meluas maka pertumbuhan tanaman akan terhambat (Anggraeni dan Wibowo, 2007).

Teori lain yang menyatakan tentang perubahan warna daun akibat hama penyakit yaitu perubahan warna daun yang terjadi dimulai dari daun yang mulanya berwarna hijau cerah kemudian berubah menjadi warna kuning, hijau redup atau hijau pucat, penyakit ini disebut klorosis. Klorosis ini disebabkan oleh adanya kerusakan atau tidak berfungsinya klorofil atau zat hijau daun pada pohon kelapa ini (Sibarani, dkk., 2008).

Dokumen terkait