• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kerusakan Hama pada Daun Kelapa di Organisme Pengganggu Tanaman

N/A
N/A
Elvira Dwi Anindita

Academic year: 2024

Membagikan "Evaluasi Kerusakan Hama pada Daun Kelapa di Organisme Pengganggu Tanaman"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Selasa, 23 Mei 2023

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOEKOLOGI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ACARA 5

PENILAIAN KERUSAKAN KARENA HAMA

Disusun Oleh : ELVIRA DWI ANINDITA

2204020007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023

(2)

Selasa, 23 Mei 2023

ACARA 5

PENILAIAN KERUSAKAN KARENA HAMA

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui, memahami, dan mengerti teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dan kerusakannya

2. Untuk mengetahui, memahami, dan mengerti jenis hama yang dapat menyerang pohon kelapa terutama pada daun sehingga daun kelapa tersebut mengalami kerusakan

3. Untuk mengetahui, memahami, dan mengerti tentang hitungan sederhana nilai intensitas serangan hama pada setiap pohon yang berbeda dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak

4. Untuk mengetahui, memahami, dan mengerti cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati

(3)

B. DASAR TEORI

A. Suatu sistem

budiadaya tanaman dimulai dari

pertumbuhan hingga

perkembangan

B. suatu tanaman yang berasal dari benih, pembibitan hingga sampai

pemanenan takkan pernah

C. lepas dari yang

namanya hama.

(4)

Hama secara umum adalah organisme yang merusak

tanaman

D. secara ekonomi dapat merugikan manusia.

Umumnya

organisme yang

paling umum untuk E. menjadi hama

adalah serangga.

Sekitar 1% dari

spesies serangga

(5)

bersifat sebagai hama.

F. Upaya

pengelolaan/pengen dalian hama di

antaranya

memerlukan pemahaman tentang siklus

G. hidup dan siklus

musiman serangga,

kaitannya dengan

tanaman, kerusakan

yang ditimbulkan,

(6)

H. serta

perkembangan populasi hama

( Hidayat, 2003 ).

Organisme pengganggu tanaman merupakan semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Organisme pengganggu tanaman dikelompokan menjadi 3 kelompok utama yaitu hama, penyakit, dan gulma. Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi penyakit merusak tanaman dengan mengganggu proses (Mugnisjah, 1995).

Suatu sistem budidaya tanaman dimulai dari pertumbuhan hingga perkembangan suatu tanaman yang berasal dari benih, pembibitan hingga sampai pemanenan tidak akan pernah lepas dari yang namanya hama. Hama secara umum adalah organisme yang merusak tanaman secara ekonomi dapat merugikan manusia. Umumnya organisme yang paling umum untukmenjadi hama adalah serangga. Sekitar 1% dari spesies serangga bersifat sebagai hama. Upaya pengelolaan / pengendalian hama di antaranya memerlukan pemahaman tentang siklus hidup dan siklus musiman serangga, kaitannya dengan tanaman, kerusakan yang ditimbulkan, serta perkembangan populasi hama (Hidayat, 2003).

Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksi – produk pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa

(7)

gangguan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menganalisa faktor – faktor yang menyebabkan kerugian. Penyebab kerugian dapat berupa serangan hama dan penyakit. Selain berperan sebagai hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh alami. Hama dapat menyerang kapan saja, maka dari itu kita harus mencegah serangan tersebut. Hama dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga diperlukan adanya pengendalian. Pengendalian hama dilapangan dapat dilakukan secara alami, yaitu dengan menggunakan agensi pengendali hayati (Triharso, 2004).

Keberadaan hama pada setiap pertanaman merupakan hal yang sudah pasti. Hal tersebut sudah menjadi keseimbangan ekologi yakni setiap organisme akan selalu dipengaruhi oleh organisme lain, layaknya hubungan timbal balik antara tanaman dengan hama. Hama menyerang pada bagian yang bervariasi, ada yang menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, batang, akar sampai ke buah yang dihasilkan. Keberadaan hama tersebut sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya tanaman yang dilakukan oleh manusia seperti sistem pertanaman monokultur, introduksi hama dari daerah lain, pemindahan tanaman ke daerah yang beriklim kurang sesuai dengan tanaman tersebut, varietas tanaman yang rentan terhadap serangan hama, tanaman yang memiliki genetis seragam, dan faktor lain. Sementara itu, lingkungan juga mempengaruhi kehidupan hama lewat cahaya, angin, kelembaban, suhu, dan sebagainya. Besarnya intensitas serangan hama dinyatakan dalam istilah keruakan mutlak dan kerusakan tidak mutlak. Intensitas serangan hama perlu diketahui untuk memudahkan dalam memberi penangan terhadap tanaman yang terserang hama (Sembel, 1999).

Menurut Pranata (1992), akibat dari serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut kualitatif dan susut daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi

(8)

dimakan oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji – bijian). Kerugian akibat serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang tidak terkontrol (Syarief dan Halid, 1993). Oleh karena itu, inventarisasi dan pendataan keberadaan, jenis, populasi, tingkat serangan, intensitas, dan luas serangan yang diakibatkan oleh keberadaan hama pada pertanaman perlu diperhatikan (Pranata, 1992).

Mengenal kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh berbagai pengganggu akan sangat membantu dalam diagnosis. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Sebagai contah klasik dikemukakan oleh Fry (1982) pada pertanaman bit gula dipinggiran kota New York terjadi masalah kekerdilan tanaman. Dugaan awal kekerdilan tersebut disebabkan oleh karena kekurangan hara. Namun ternyata aplikasi pemupukan tidak menyelesaikan masalah. Konsultasi dengan ahli penyakit tanaman menyimpulkan bahwa tanaman terserang oleh nematoda Heterodera schachtii. Dengan demikian diagnosis yang baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan. Disamping efektif dan cepat, diagnosis juga harus murah. Biaya diagnosis yang mahal tidak akan terjangkau oleh petani kecil, sehingga mereka enggan pergi ke klinik untuk memeriksakan tanaman (Syarief & Halid, 1993).

Gangguan merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai faktor yang mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama

(9)

yang lain akan meninggalkan bebas aktivitas yang khas. Sedangkan serangan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas OPT untuk menimbulkan kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas OPT pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terkadi secara permanen / keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan tidak mutlak, merupakan kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang (Bina, 2002).

Menurut Williams (2004), serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama.

Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Williams, 2004).

Serangga memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran yang menguntungkan yaitu serangga dapat bermanfaat sebagai penyerbuk atau pollinator, dapat berperan sebagai musuh alami serangga hama, berfungsi sebagai perombak (decomposer), penyedia bahan makanan (protein hewani), serangga yang diperdagangkan yaitu serangga – serangga yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta fungsi potensial lainnya seperti umpan untuk memancing, lebah

(10)

madu dan semut rangrang (Kahono dan Amir, 2003). Adapun peran serangga yang merugikan yaitu serangga yang menyebabkan luka pada tanaman sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian dan disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara : menggigit, menghisap, memakan, melukai akar, meletakkan telur/ membuat sarang, mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit (Untung, 2010).

I. PENDAHULUAN Suatu sistem

budiadaya tanaman dimulai dari

pertumbuhan hingga perkembangan

suatu tanaman yang berasal dari benih,

pembibitan hingga

sampai pemanenan

takkan pernah

(11)

lepas dari yang

namanya hama. Hama secara umum adalah organisme yang

merusak tanaman

secara ekonomi dapat merugikan manusia.

Umumnya organisme yang paling umum

untuk

menjadi hama

adalah serangga.

Sekitar 1% dari

spesies serangga

(12)

bersifat sebagai hama.

Upaya

pengelolaan/pengend alian hama di

antaranya

memerlukan

pemahaman tentang siklus

hidup dan siklus

musiman serangga, kaitannya dengan

tanaman, kerusakan

yang ditimbulkan,

(13)

serta perkembangan populasi hama

( Hidayat, 2003 ).

Keberadaan hama pada setiap

pertanaman

merupakan hal

yang sudah pasti.

Hal

tersebut sudah menjadi

keseimbangan

ekologi yakni setiap

(14)

organisme akan selalu

dipengaruhi oleh organisme lain,

layaknya hubungan timbal balik antara tanaman dengan

hama. Hama

menyerang pada bagian yang

bervariasi, ada yang

menyukai daun yang

masih

(15)

muda, pucuk daun, batang, akar sampai ke buah yang

dihasilkan.

Keberadaan hama tersebut

sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya tanaman yang

dilakukan oleh manusia seperti sistem

pertanaman

monokultur, introduksi

(16)

hama dari daerah lain, pemindahan tanaman ke daerah

yang beriklim kurang sesuai dengan

tanaman tersebut, varietas tanaman

yang rentan terhadap serangan hama,

tanaman yang

memiliki genetis

seragam, dan faktor

lain. Sementara itu,

(17)

lingkungan juga mempengaruhi

kehidupan hama lewat cahaya, angin,

kelembaban, suhu, dan

sebagainya.

Menurut Pranata

(1982), akibat dari serangan hama,

maka akan terjadi susut

kuantitatif, susut

kualitatif dan susut

(18)

daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah

turunnya bobot

atau volume bahan karena sebagian atau seluruhnya

dimakan oleh hama.

Susut kualitatif

adalah turunnya mutu secara langsung

akibat dari adanya serangan hama,

misalnya bahan

(19)

yang tercampur oleh bangkai, kotoran

serangga atau bulu

tikus dan peningkatan jumlah butir

gabah yang rusak.

Susut daya tumbuh adalah susut yang

terjadi karena bagian lembaga yang

sangat kaya nutrisi

dimakan oleh hama

yang menyebabkan

(20)

biji tidak mampu berkecambah.

Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama

adalah turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian).

Kerugian akibat

serangan hama dari segi ekologi atau

lingkungan adalah adanya ledakan

populasi serangga

(21)

yang tidak terkontrol (Syarief dan Halid, 1993). Oleh

karena itu,

inventarisasi dan pendataan

keberadaan, jenis, populasi, tingkat serangan,

intensitas, dan luas serangan yang

diakibatkan oleh

keberadaan hama

(22)

pada pertanaman perlu

diperhatika

Permasalahan serangga di bidang pertanian tidak terlepas dari peran serangga sebagai hama. Serangga merupakan salah satu kelompok binatang yang merupakan hama utama bagi banyak jenis tanaman yang dibudidayakan manusia.

Selain sebagai hama tanaman beberapa kelompok dan jenis serangga dapat menjadi pembawa atau vektor penyakit tanaman yang berupa virus atau jamur.

Serangga memiliki peran negatif disebabkan memakan tumbuhan (fitopag), sebagai vektor penyakit virus pada tanaman dan sebagai sumber penyakit pada manusia (Untung, 2006).

Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya kerugian secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis- jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah / tindakan pengendalian (Sudarmo, 2005).

Hama ialah suatu organisme yang mengganggu tanaman, merusak tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi, membuat produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman, serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen, dan thorax. Serangga

(23)

hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.

Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2009).

Menurut Pracaya (2004), Hama yaitu semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing – masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, dan menggerek. Hama pada tanaman merupakan hal yang sangat merugikan dalam budidayatanaman khususnya untuk meningkatkan hasil produksi.

Penanggulangan hamadan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian. Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen sertaturunnya kualitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh serangan hama dapat mengakibatkan pengurangan mutu hasil, untuk mengatasi kerusakan tanaman yang dibudidayakan yang disebabkan oleh serangan hama maka perlu dilakukan pengendalian (Pracaya, 2004).

Hama tanaman (OPT) secara luas dapat didefinisikan sebagai segala bentuk gangguan terhadap manusia, ternak, dan tanaman, contohnya hama, patogen, dan gulma. Hama tanaman ialah semua hewan yang karena aktivitas vitalnya merusak tanaman atau produknya sehingga menimbulkan kerugian ekonomi. Tidak semua hewan dikatakan hama, sebagai contohnya hama yakni serangga, tungau, tikus,

(24)

burung dan mamalia besar. Patogen tumbuhan adalah semua organisme hidup yang memperoleh makanan dari tumbuhan dengan tujuan menyebabkan penyakit dan kerugian ekonomi. Patogen yang dapat menyebabkan penyakit tanaman antara lain cendawan (fungi), bakteri, mikuut (bakteri tanpa dinding sel), nematoda, protozoa, virus dan viroid (partikel mirip virus), serta tumbuhan berbiji tingkat tinggi yang bersifat parasit. segala bentuk tanaman yang pertumbuhannya tidak diinginkan seperti rerumputan, perdu, dan sebagainya (Hidayat, 1994).

Peramalan hama bertujuan untuk

memberikan informasi tentang populasi,

intensitas

serangan, luas

serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan

datang.

(25)

Informasi tersebut

sebagai dasar untuk menyusun

perencanaan, saran tindak

pengelolaan atau

penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik

PHT. Dengan demikian diharapkan dapat

memperkecil resiko

berusaha tani,

(26)

populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi,

menguntungkan dan aman terhadap

lingkungan. Analisis daerah serangan

organisme

pengganggu

tumbuhan (OPT)

dilakukan berdasarkan

(27)

data sekunder atau historis luas

tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun,

untuk analisis indeks serangan, ratio luas

serangan, dan periode kritis serangan OPT

dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan

serangan selama

(28)

kurun waktu satu tahun atau tiga

musim tanam padi

secara berturut – turut (Bappenas, 1991).

Peramalan hama memiliki tujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi / serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.

Analisis daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, dkk., 1991). Adapun gejala kerusakannya akibat hama dilihat dari tipe mulut hama :

1. Tipe alat mulut menggigit mengunyah, yaitu terdiri atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan.

Secara struktural alat makan jenis ini terdiri dari : (a) labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut, (b) epifaring, berfungsi sebagai pengecap, (c) mandibel, berfungsi untuk mengunyah,

(29)

memotong, atau melunakkan makanan, (d) maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan, (e) maxilla memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea. (f) hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut, dan labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa.

2. Tipe alat mulut meraut dan menghisap, yakni diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Hama ini meraut jaringan hingga keluar cairan, cairan ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung berwarna putih atau belang yang kemudian tampak mengerut.

3. Tipe alat mulut menjilat mengisap (Sponge), yakni tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung bahan pangan padat menjadi lembek dan busuk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru dihisapnya.

4. Tipe Alat Mulut Mengisap, yakni biasanya terdapat pada ngengat dan kupu – kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea

(30)

menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung. Biasanya dimiliki oleh imago dari ordo lepidoptera. Serangga dewasa umumnya bukan merupakan hama yang bertindak sebagai hama adalah serangga yang mempunyai alat mulut mengunyah pada stadia larva.

5. Tipe alat mulut menusuk mengisap kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. Serangga hama dengan tipe alat mulutnya menusuk dan mengisap gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan stilet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserangnya (Mona, dkk., 2015).

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan hasil

produksi

(31)

produk pertanian.

Tumbuhan tidak

selamanya bisa hidup tanpa gangguan.

Salah satu cara untuk

meningkatkan produksi adalah

menganalisa faktor- faktor yang

menyebabkan

kerugian. Penyebab

kerugian dapat berupa

serangan hama dan

(32)

penyakit. Selain berperan sebagai

hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh

alami (Triharso, 2004).

Hama dapat

menyerang kapan

saja, maka dari itu kita harus mencegah

serangan

tersebut. Hama dapat menyebabkan

kerugian yang sangat

(33)

besar sehingga diperlukan

adanya pengendalian.

Pengendalian hama dilapangan dapat

dilakukan secara alami,

yaitu dengan

menggunakan agensi pengendali

hayati(Triharso, 2004).

Besarnya intensitas serangan hama

dinyatakan dalam

(34)

istilah keruakan mutlak dan

erusakan tidak

mutlak. Intensitas

serangan hama perlu diketahui untuk

memudahkan

dalam memberi

penangan terhadap tanaman yang

terserang hama.

Berdasarkan uraian diatas, maka

dilakukan praktikum

(35)

tentang menghitung intensitas serangan hama.

Praktikum ini

bertujuan untuk memberikan

pengenalan mengenai hitunan sederhana

nilai intensitas

serangan hama pada tanaman.

Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksiproduk pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah

menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kerugian. Penyebab kerugian dapat berupa serangan hama dan penyakit. Selain berperan sebagai hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh alami (Triharso, 2004). Hama dapat menyerang kapan saja, maka dari itu kita harus mencegah serangan tersebut. Hama dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga diperlukan adanya pengendalian. Pengendalian hama dilapangan dapat dilakukan secara alami, yaitu dengan menggunakan agensi pengendali hayati(Triharso, 2004).Besarnya intensitas serangan hama dinyatakan dalam istilah keruakan mutlak dan erusakan tidak mutlak. Intensitas serangan hama perlu diketahui untuk memudahkan dalam memberi penangan terhadap tanaman yang

(36)

terserang hama. Berdasarkan uraiandiatas, maka dilakukan praktikum tentang menghitung intensitas serangan hama. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengenalan mengenai hitunan sederhana nilai intensitas serangan hama pada

tanaman.Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksiproduk pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kerugian. Penyebab kerugian dapat berupa serangan hama dan

penyakit. Selain berperan sebagai hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh alami (Triharso, 2004). Hama dapat menyerang kapan saja, maka dari itu kita harus mencegah serangan tersebut. Hama dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga diperlukan adanya pengendalian. Pengendalian hama dilapangan dapat dilakukan secara alami, yaitu dengan menggunakan agensi pengendali

hayati(Triharso, 2004).Besarnya intensitas serangan hama dinyatakan dalam istilah keruakan mutlak dan erusakan tidak mutlak. Intensitas serangan hama perlu diketahui untuk memudahkan dalam memberi penangan terhadap tanaman yang terserang hama. Berdasarkan uraiandiatas, maka dilakukan praktikum tentang menghitung intensitas serangan hama. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengenalan mengenai hitunan sederhana nilai intensitas serangan hama pada tana

Penyakit pada tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Penyakit pada tanaman dapat dikendalikan dengan cepatapabila mengetahui gejala penyakitnya. Gejala penyakit merupakan indikasi bahwatanaman terserang patogen, untuk mengetahui serangan patogen yang menyerangtanaman di lapangan perlu dilakukan penelitian deteksi dan identifikasi pathogen (Gustina, dkk., 2016). Penyakit tanaman dapat dapat dikelola dengan berbagai cara seperti penghindaran, eksklusi patogen, eradikasi patogen, perlindungan tanaman, tanaman resisten dan terapi tanaman sakit. Penyakit tanaman terjadi diawali dengan terjadinya kontak antara tanaman yang rentan dan patogen pada waktu yang tepat dengan lingkungan yang mendukung perkembangan patogen. Penyakit tanaman digolongkan dalam dua kategori yaitu monosiklik dan polisiklik tergantung pada banyaknya infeksi yang terjadi dalam satu siklus tanaman. Penyakit monosiklik dapat mengakibatkan kehilangan hasil sangat tinggi atau bahkan mematikan tanaman hanya dengan satu siklus infeksi per musim tanam sedangkan penyakit polisiklik dapat mengakibatkan kerugian tanaman dengan beberapa kali siklus infeksi permusim tanam (Nurhayati 2011).

Penyakit tumbuhan terbagi atas 2 (dua) golongan, yaitu penyakit abiotic dan biotik, penyakit abiotic merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit

(37)

noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu sel tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotic meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tidak sesuai, kelembaban udara yang tidak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senayawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angina.

Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitic, dan mikroplasma (Hasna, 2012).

Penyakit tumbuhan ialah penyebab tanaman menjadi sakit. Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan seluruh atau sebagian organ – organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis tanaman atau sakit ialah penyimpangan dari keadaan normal. Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar menunjuk patogen sebagai penyebab penyakit tumbuhan umumnya dianut konsep tiga penyakit (disease triangle) (Tattar, dkk., 1991).

Ketiga komponen penyakit tersebut ialah inang, patogen, dan lingkungan.

Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap patogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit (disease squaire). Selanjutnya piramida penyakit, konsepnya sama dengan segi empat, tetapi ada yang mempengaruhi perkembangan penyakit tumbuhan, yaitu waktu (Triharso, 2004).

Perlindungan tanaman dapat dilakukan melalui berbagai taktik pengendalian hama dan penyakit, yaitu mekanik, fisik, kultur teknis, penggunaan tanaman tahan hama dan penyakit, hayati, rekayasa genetik, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen, pheromon, dan pestisida yang dilakukan dalam suatu kesatuan pengendalian yang lazim dikenal sebagai PHT (Pengendalian Hama Terpadu).

(38)

Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas beberapa tahun mendatang serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang sadar akan keamanan pangan dan lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peran perlindungan tanaman menjadi semakin penting, utamanya perlindungan tanaman yang sifatnya rama lingkungan dan tidak menimbulkan dampak residu pestisida (Kusnaedi, 2004).

Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh – puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian patogen atau patogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman inang yang abnormal.

Abnormalitas atau perubahan – perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya seranganagensia penyakit (patogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnyamiselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya. Berikut ialah macam – macam gejala yang ditimbulkan akibat adanya penyakit tanaman, yaitu sebagai berikut :

1. Gejala Nekrotik, tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel.

Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkanoleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang diserangnya. Sebagaicontoh bercak, streak dan shipe, damping (lodoh), terbakar, busuk, layu, gugur duan bunga sebelum waktunya dan klorosis kerena rusaknya klorofil.

(39)

2. Gejala Hipoplastik, tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Terdapat berbagai bentuk gejalahipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanamanyang, diserangnya : (a) Etiolasi, tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya, (b) kerdil (atrophy), gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya, (c) klorosis, terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daunhanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijau maka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing, (d) perubahan simetri, hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidakdisertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkanterjadinya penyimpangan bentuk, (e) roset, hambatan pertumbuhan ruas – ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun – daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun – daun berdesak – desakan membentuk suatu karangan, dan (f) klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil.

3. Gejala Hiperplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang diserangnya : (a) erinosa, terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu terdapat bagian yang seperti beledu, (b) fasiasi (fasciasi), suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk

(40)

seperti spiral, (c) intumesensia (intumesoensia), sekumpulan sel pada daerah yang tegak pada daun atau batang memanjang bagian itu Nampak membengkak karena itu gejala ini disebut gelaja busung (cedema), dan sebagainya.

4. Gejala Injury, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT (Jacob &

Bhumannavar, 1991).

Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkatkerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yangdinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. Untuk mengetahui tingkat keparahan serangan penyakit ada beberapametode perhitungan antara lain sebagai berikut :

I=

n× v

N × Z ×100 %

Keterangan :

I = Tingkat serangan (%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor,

N=jumlah sampel yang diamati, Z = nilai skor tertinggi

Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metodeyaitu metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus penghitungan intensitas serangan adalah sebagai berikut :

1. Non Sistemik (tidak menyeluruh) I=

n× v

N × Z ×100 % Keterangan :

 I = Tingkat serangan (%)

(41)

 n = jumlah skor yang sama

 v = nilai skor

 N=jumlah sampel yang diamati

 Z = nilai skor tertinggi 2. Sistemik (menyeluruh)

I=a

100 % Keterangan :

 I = Tingkat serangan (%)

 a = jumlah tanaman yang terserang

 b = jumlah tanaman yang diamati (Pracaya, 1993)

Musuh alami merupakan organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Adapun musuh alami tersebut yaitu :

1. Predator, yaitu serangga yang dalam hidupnya membunuh dan memakan sejumlah mangsa (Kasumbogo, 2007).

2. Parasitoid, yaitu serangga yang stadia pradewasanya memparasit pada atau ada di dalam tubuh serangga lain, sedangkan imago hidup bebas menjadikan nektar dan embun madusebagai makanannya (Manjabal, 2008).

3. Patogen Serangga (Entomopatogen), yaitu mikroba atau mikroorganisme seperti virus, bakteri, prion, atau jamur yang menyebabkan penyakit pada hewan atau tanamaninang. Ada beberapa substrat termasuk jalur dimana patogen dapatmenyerang inangnya, salah satunya adalah tanah. (Madigan, dkk., 2006).

4. Mikroorganisme Antagonis Penyakit, yaitu mikroorganismeyang menyebabkan mati, rusak, atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman (Gliocladium spp.,

(42)

Trichoderma spp., Pseudomonas Flourescent Indofit(PF), Corynebacterium sp.) (Thom, 2012).

Menurut Tien (2009), musuh alami merupakan organisme yangditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkanserangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, danmengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Musuh alami mempunyai peran positif, yaitu mengendalikan OPT.Serangga hama dan patogen penyakit tanaman dapat dikendalikan denganmusuh alami seperti predator, parasitoid, entomopatogen dan antagonis.Mekanisme kerjadari predator, parasitoid dan pathogen berbeda-beda,dimana predator bekerja langsung memangsa musuhnya, parasitoid bekerja secara perlahan-lahan membunuh musuhnya dengan menjadi parasite pada musuhnyasedangkan pathogen bekerja dengan menginfeksi musuhnya .Seperti yang kitaketahui bahwa Hama adalah binatang dalam populasi tertentu mengganggutanaman budidaya yang menyebabkan kerugian pada produksi tanaman, denganadanya musuh alami maka populasi hama ini dapat ditekan atau dikendalikansehingga ini menguntungkan dalam menjaga stabilita sproduksi tanaman karena berkurangnya OPT yang dapat menurunkan stabilitas produksi tanaman (Tien, 2009).

Kelapa merupakan salah satu tanaman tahunan yang mempunyai batang yang keras dan biasanya tidak bercabang (monopodial) dan mempunyai akar serabut.

Pertumbuhan kelapa umumnya tegak tetapi dalam wilayah tepian pantai, sempadan sungai batangnya tumbuh melengkung ke arah matahari. Dalam Bahasa Inggris, kelapa dikenal menggunakan sebutan coconut palm, coco palm atau coconut tree. Dalam tata nama tumbuhan (taksonomi), tumbuhan kelapa diberi nama Cocos nucifera. Klasifikasi kelapa dapat dijabarkan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Palmales

(43)

Familia : Palmae Genus : Cocos S

pecies : Cocos nucifera, Linneaeus (Mardiatmoko & Ariyanti, 2018).

Kelapa menjadi salah satu tanaman yang menurut spesiesnya dan berdasarkan genusnya yakni Cocos terdapat 27 genera dan 600 spesies, yang dikelompokkan pada 2 varietas yaitu kelapa Dalam (typica Nar) dan kelapa Genjah (nana Griff).

Ada pula yang mengelompokkan kelapa pada 3 varietas yaitu selain kelapa Dalam dan Genjah pula ada kelapa Semi Dalam (aurantiaca). Masing – masing varietas kelapa mempunyai ciri spesifik yang dapat membedakannya satu sama lain (Maskoro, 2000).

Menurut Setyamidjaja (1994), mengatakan bahwa pohon kelapa ialah tanaman yang serba guna karena seluruh bagian pohonnya dapat dimanfatkan bagi kehidupan manusia. Pada keragaannya perkebunan kelapa menunjukkan beberapa hal seperti yang diungkap oleh Tarigan (2005) yaitu : (a) pada luas kepemilikan usaha tani kelapa memiliki rata – rata 0,5 hektar perkeluarga tani, (b) banyak menggunakan penanaman monokultur. (c) belum terjadi kewajaran pada adopti teknologi budidaya, (d) hasil usaha tani masih bersifat produk primer, (e) pada produktivitasnya memiliki nilai rata – rata rendah 1,1 ton kopra / ha / tahun (Setyamidjaja, 1994).

Serangan hama pada pohon kelapa selalu berhasil menunrunkan produktivitas dari kelapa tersebut. Menurut Wirjosoehardjo dan Budiman (1995), mengemukakan bahwa hama penting yang menyerang tanaman kelapa meliputi 19 jenis serangga, 6 jenis vertebrata dan satu jenis nematoda. Dari 19 jenis serangga tersebut, yaitu diantaranya Setora nitens Walker, Parasa lepida Crammer, Hidari irava, Chalcocelis albiguttata, Brontispa longissima, Oryctes rhinoceros, dan Valangu sp. merupakan hama pemakan daun kelapa. kerugian yang ditimbulkan akibat serangan hama pemakan daun kelapa belum banyak diketahui, meskipun demikian hama ini memiliki nilai kerusakaan seperti pada bagian daun dan batang serta pengaruhnya terhadap buah dan bunga berbeda –

(44)

beda tergantung pada jenis hama yang menyerang (Wirjosoehardjo dan Budiman, 1995).

I. ALAT DAN BAHAN 1. Alat :

a. Alat tulis (Pensil, pulpen, penghapus, tipe – x, dan penggaris) b. Handphone berkamera

c. Tabel hasil pengamatan

2. Bahan :

a. 8 pohon kelapa yang berada di lahan (disekitar rumah M. Nizar) yang terdapat kerusakan pada daun

(45)

J. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Menentukan tempat yang terdapat pohon kelapa

3. Mencari pohon kelapa pada tempat tersebut yang mengalami kerusakan pada daun

4. Mengamati dan menghitung daun pohon kelapa tersebut yang mengalami kerusakan akibat hama

5. Mengumpulkan data dengan sistem tuker data dengan kelompok lain 6. Menghitung intensitas kerusakan akibat hama dari hasil perhitungan

daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan yang sudah dikumpulkan dari kelompok lain pada borang pengamatan

7. Mendokumentasikan 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini

8. Men – ACC kan borang pengamatan penilaian kerusakan akibat hama terhadap 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

(46)

K. HASIL PENGAMATAN

(TERLAMPIR)

L. PEMBAHASAN

Pembahasan pada laporan pratikum ini, saya akan memaparkan hasil dari pratikum yang telah saya lakukan kemudian dicatat dan ditulis untuk dijadikan laporan pratikum yang mengenai Penilaian Kerusakan Karena Hama. Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum yang saya lakukan, yaitu untuk mengetahui, memahami, dan mengerti teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dan kerusakannya, untuk mengetahui, memahami, dan mengerti jenis hama yang dapat menyerang pohon kelapa terutama pada daun sehingga daun kelapa tersebut mengalami kerusakan, untuk mengetahui, memahami, dan mengerti tentang hitungan sederhana nilai intensitas serangan hama pada setiap pohon yang berbeda dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak, serta untuk mengetahui, memahami, dan mengerti cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati.

Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya kerugian secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik

(47)

kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis- jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah / tindakan pengendalian (Sudarmo, 2005).

Serangga (hama) memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran yang menguntungkan yaitu serangga dapat bermanfaat sebagai penyerbuk atau pollinator, dapat berperan sebagai musuh alami serangga hama, berfungsi sebagai perombak (decomposer), penyedia bahan makanan (protein hewani), serangga yang diperdagangkan yaitu serangga – serangga yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta fungsi potensial lainnya seperti umpan untuk memancing, lebah madu dan semut rangrang (Kahono dan Amir, 2003). Adapun peran serangga yang merugikan yaitu serangga yang menyebabkan luka pada tanaman sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian dan disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara : menggigit, menghisap, memakan, melukai akar, meletakkan telur / membuat sarang, mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit (Untung, 2010).

Peramalan hama memiliki tujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi / serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.

Analisis daerah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis Luas Tambah Serangan (LTS) selama

(48)

kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).

Pada percobaan untuk mengamati, mengetahui, memahami, serta menghitung penilaian kerusakan karena hama yang berupa mengamati dan mengetahui teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dan kerusakannya, jenis hama yang dapat menyerang pohon kelapa terutama pada daun sehingga daun kelapa tersebut mengalami kerusakan, hitungan sederhana nilai intensitas serangan hama pada setiap pohon yang berbeda dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak, dan cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati, hal pertama yang dilakukan ialah dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu seperti alat tulis, handphone berkamera, tabel penilaian kerusakan karena hama (borang pengamatan), dan 8 pohon kelapa yang berada di lahan yang terdapat kerusakan pada daun. Kemudian menentukan tempat (lahan) yang terdapat pohon kelapa, sekiranya terdapat 8 pohon kepala. Selanjutnya mencari pohon kelapa pada tempat tersebut yang mengalami kerusakan pada daun. Lalu mengamati dan menghitung daun pohon kelapa tersebut yang mengalami kerusakan akibat hama.

Setelah selesai menghitung daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan, selanjutnya mengumpulkan data dengan sistem tuker data dengan kelompok lain.

Langkah selanjutnya menghitung intensitas kerusakan akibat hama dari hasil perhitungan daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan yang sudah dikumpulkan dari kelompok lain pada borang pengamatan. Setelah itu, mendokumentasikan 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut guna dijadikan sebagai lampiran pada laporan pratikum acara ini, dan langkah terakhir men – ACC kan borang pengamatan penilaian kerusakan akibat hama terhadap 8 daun pohon kelapa yang mengalami kerusakan akibat hama tersebut untuk dijadikan sebagai lembar ACC pada laporan pratikum acara ini.

(49)

Berdasarkan penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan dan penghitungan nilai intensitas serangan hama dengan gejala kerusakan yang tidak mutlak yang telah dilakukan, didapatkan berbagai hasil pengamatan yang cukup beragam mulai dari gejala kerusakan, jenis hama yang mengakibatkan kerusakan, nilai intensitas kerusakan, serta cara pengendalian hama yang mengakibatkan kerusakan tersebut. Pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan karena hama pada hasil penghitungan kelompok 2 yang berlokasi disekitar rumah M. Nizar, menghasilkan 24 daun yang terserang pada pohon pertama, menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 4 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 25 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 20 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 28 daun yang terserang pada pohon keenam, menghasilkan 21 daun yang terserang pada pohon ketujuh, dan menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon kedelapan. Dan pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang mengalami kerusakan karena hama pada hasil penghitungan kelompok 1, 3, dan 4 yang berlokasi masing – masing tempat yang berbeda, menghasilkan 6 daun yang terserang pada pohon pertama pada kelompok 1, 8 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 6 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 12 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 7 daun yang terserang pada pohon keenam, menghasilkan 17 daun yang terserang pada pohon ketujuh, dan menghasilkan 17 daun yang terserang pada pohon ketujuh.

Pada kelompok 3, menghasilkan 27 daun yang terserang pada pohon pertama, 10 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 16 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 18 daun yang terserang pada pohon keempat, menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon keenam, dan menghasilkan 5 daun yang terserang pada pohon ketujuh. Dan pada kelompok 4, menghasilkan 16 daun yang terserang pada pohon pertama, 11 daun yang terserang pada pohon kedua, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon ketiga, menghasilkan 16 daun yang terserang

(50)

pada pohon keempat, menghasilkan 12 daun yang terserang pada pohon kelima, menghasilkan 8 daun yang terserang pada pohon keenam, dan menghasilkan 14 daun yang terserang pada pohon ketujuh. Pada hasil penghitungan jumlah daun kelapa yang tidak mengalami kerusakan, persentase kerusakan, dan harga numerik pada kelompok 1, 2, 3, dan 4 dengan lokasi yang masing – masing berbeda dan pada pohon kelapa yang berbeda pula, itu menghasilkan berbagai macam hasil penghitungan yang terdapat pada tabel penilaian kerusakan karena hama. Dari hasil penghitungan dan pengumpulan data data yang mengenai penilaian kerusakan karena hama tersebut didapat intensitas serangan hama dengan menggunakan rumus :

I=

n× v

N × Z ×100 %

Berdasarkan nilai intensitas serangan hama yang diperoleh dari perhitungan rumus tersebut, pada pohon kelapa dengan total 30 pohon memiliki nilai intensitas serangan hama sebesar 19,5 %.

Dari hasil pengamatan dan penghitungan pada intensitas serangan hama yang sebesar 19,5 %, kerusakan tersebut disebabkan oleh hama yang berada pada pohon kelapa. Adapun jenis hama yang menyerang pohon kelapa, yaitu sebagai berikut :

1. Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros), yaitu memiliki Ciri – ciri bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada kepala. Gejala yang ditimbulkan akibat hama ini yaitu : (1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun; (2) tanaman berumur 0- 1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak; (3) pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka; (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi tiga; (5) stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Pengendalian terhadap hama ini yaitu

(51)

: (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; (2) menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; (3) memberikan carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

2. Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous), yaitu memiliki ciri – ciri imago, berbentuk kumbang dengan masa perkembangan 11 – 18 hari.

Ciri khas nya adalah tinggal di kokon sampai keras. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat.

3. Sexava sp, yaitu memiliki ciri – ciri belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang – kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga – bunga; (2) merajalela pada musim kemarau; (3) pada serangan yang lidi – lidinya saja. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) cara mekanis : menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon; (2) cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya; (3) cara kemis:

menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc / liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter / pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan:

Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC;

(4) cara biologis: menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.

(52)

4. Kutu Aspidiotus sp, yaitu memiliki ciri – ciri kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 betina, jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah/merah jambu dan betina berwarna kuning sampai merah. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) bercak-bercak kuning pada permukaan bagian bawah daun; (2) pada serangan berat daun berwarna merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya terkulai dan mati; (3) akibat serangan dalam waktu 2 – 5 tahun tidak mau berbuah. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.

5. Parasa lepida, yaitu memiliki ciri – ciri kupu – kupu berentang sayap 32 – 38 mm berwarna kuning emas muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : memakan anak – anak daun sebelah bawah setempat, tetapi tidak sampai tembus, meninggalkan bekas ketaman / gigitan yang melebar sehingga tinggal urat – uratnya serta jaringan daun atas, ulat yang tua merusak daun dari pinggir ke tengah sampai lidinya, serangan hebat tinggal lidinya dan nampak gundul. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) menggunakan musuh alami parasit ulat Apanteles parasae; (2) kepompong dapat menggunakan lalat parasit Chaetexorista javana; (3) perogolan pohon yang terserang pada masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; (4) penyemprotan dengan insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air pada stadium larva konsentrasi.

6. Darna sp, yaitu memiliki ciri – ciri imago berbentuk kupu – kupu dengan rentang sayap 14 – 20 mm. Masa pertumbuhan 30 – 90 hari.

Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) pada musim kering, Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai; (2) daun – daun yang rusak hebat menjadi merah –

(53)

sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang termuda; (3) tandan – tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan akhirnya bergantung kebawah di sisi batangnya; (4) buahnya gugur; (5) daun – daun mudak duduk seperti biasa, tetapi kadang – kadang mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun – daun yang masih muda sekali yang utuh. Pengendalian terhadap hama ini yaitu : (1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya;

(2) menggunakan parasit musuhnya yaitu parasit kepompong Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan – tabuhan parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air atau penyemprotan pada stadium larva atau insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0, 4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.

7. Ulat Artona (Artona catoxantha), adapun gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang seperti jendela kecil; (2) jika serangan berat, tajuk tanaman kelapa lubang seperti jendela kecil.

8. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros), yaitu memiliki ciri – ciri ukuran panjang tubuh 3,5 – 4,5 cm dengan ujung kepala yang memiliki tanduk. Tanduk kumbang badak jantan memiliki bentuk yang memanjang dan melengkung kebelakang sedangkan pada kumbang betani berbentuk tonjolan. Adapun gejala yang ditimbulkan dari hama ini yaitu kumbang dewasa (Imago) terbang ke tajuk kelapa dalam malam hari lalu masuk dalam permukaan tajuk biasa, pelepah berumur kurang menurut 1 tahun, lalu kumbang menggerek batang dan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang masih terlipat, sebagai akibatnya bekas geretan mengakibatkan kerusakan yang khas yaitu daun misalnya bergunting & terlihat kentara selesainya pelepah daun terbuka. Pengendalian terhadap hama ini yaitu

(54)

memanfaatkan musuh alami Baculo virus orytes menggunakan cara meneteskan virus ke mulut kumbang lalu dilepas, sebagai akibatnya bisa menularkan ke kumbang lainnya. Selain itu juga menggunakan cendawan Metharizium anisopliae yang dimana dapat dicegah khususnya dalam ketika peremajaan menggunakan penanaman tanaman sela dan penutup tanah dan pembuatan perangkap disekitar kebun yang sudah ditabur Metarizhium sp.

Adapun penyebab lain dari kerusakan daun kelapa yang diamati dengan besar intensitas serangan hama sebesar 19,5 %, itu kemungkinan dikarenakan adanya kelembaban, iklim dan kekurangan oksigen yang mempengaruhi banyaknya hama dan penyakit yang berpengaruh terhadap serangan hama dan penyakit pada pohon kelapa (Salim, 2012). Serangan hama yang terjadi pada beberapa pohon kelapa ini terdapat pada bagian tepi daun dan tengah daun dimana adanya aktifitas hama yang menyebabkan daun rusak dan tidak utuh. Berdasarkan kondisi daun, serangan hama yang terjadi pada daun mengalami tiga jenis kondisi yaitu merana ringan, merana sedang dan merana berat, hal ini terjadi pada saat melakukan pengamatan (jumlah daun yang terserang). Selain hama ditemukan juga beberapa penyakit yang menyerang pohon kelapa, yaitu sebagai berikut : daun yang terserang penyakit cenderung mengalami perubahan. Tanda penyakit bercak daun adalah adanya (nekrosis) atau daerah yang mati pada daun, luasnya tidak beraturan. begitu juga dengan warna bercak daun mulai dari kuning, coklat hingga hitam (Semangun, 2010). Bercak daun terbentuk umumnya berwarna coklat dengan dikelilingi oleh batasan yang berwarna lebih gelap, bentuknya cenderung tidak beraturan. Bercak daun yang telah meluas batas warna bagian tengah dan tepi akan semakin jelas, pada bagian tengah bercak warnanya agak lebih terang dibandingkan dengan bagian tepi.

Hama penyakit yang menyerang pohon kelapa ini yaitu adanya bercak daun yang terdapat di beberapa pohon dan ada daun yang mengalami perubahan warna menjadi kekuningan, terdapat beberapa serangan hama yang membuat daun menjadi belubang. Menurut Anggraeni (2009), menyatakan bahwa kerusakan

(55)

pada daun tanaman dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Selain itu litetarur yang dibaca sesuai dengan hama penyakit daun pohon kelapa yaitu, menurut Agrios (2005), menyatakan bahwa penyakit bercak daun ialah Fungi colletothricum sp. Beberapa penyakit bercak daun yang ditemui sering disebut dengan antraknosa yang merupakan penyakit biogenik yang disebabkan oleh fungi yang mengahasilkan konidia aservelus warna hitam. Tahap awal dari infeksi Colletotrichum Sp ini terhadap daun kelapa terdiri dari konidia dan germinasi pada permukaan tanaman yang menghasilkan tabung kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan hifa. Dengan adanya bercak daun tesebut maka daerah untuk berfotosintesis menjadi berkurang. Apabila daerah tersebut meluas maka pertumbuhan tanaman akan terhambat (Anggraeni dan Wibowo, 2007).

Teori lain yang menyatakan tentang perubahan warna daun akibat hama penyakit yaitu perubahan warna daun yang terjadi dimulai dari daun yang mulanya berwarna hijau cerah kemudian berubah menjadi warna kuning, hijau redup atau hijau pucat, penyakit ini disebut klorosis. Klorosis ini disebabkan oleh adanya kerusakan atau tidak berfungsinya klorofil atau zat hijau daun pada pohon kelapa ini (Sibarani, dkk., 2008).

(56)

M. KESIMPULAN

1. Teknik pengamatan serta perhitungan populasi hama dengan kerusakannya dapat dilakukan dengan melakukan penjumlahan terhadap daun yang terserang dan daun yang tidak terserang yang kemudian melakukan pembulatan harga numerik

2. Jenis – jenis hama yang ditemukan pada pohon kelapa yang dapat mengakibatkan daun kelapa tersebut mengalami kerusakan yaitu antara lain kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros), kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous), Sexava sp, Kutu Aspidiotus sp, Parasa lepida, Darna sp., Ulat Artona (Artona catoxantha), dan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros).

3. Untuk menghitung intensitas serangan hama, kita harus menentukan jumlah daun yang terserang, jumlah daun yang tidak terserang, nilai persentase, dan harga numerik terlebih dahulu. Nilai persentase didapat dari hasil pembagian jumlah daun terserang dengan jumlah daun tidak terserang dikali 100 % dan nilai harga numerik didapat dari hasil pembulatan terhadap nilai persentase. Nilai intensitas serangan hama dapat kita peroleh dengan cara menggunakan rumus :

(57)

I=

n× v

N × Z ×100 % Keterangan :

 I = Intensitas serangan (%)

 n = Rata – rata daun terserang

 v = Rata – rata harga numerik

 N = Jumlah total tanaman

 Z = Harga numerik tertinggi

4. Cara pengendalian terhadap hama – hama pohon kelapa yang mengakibatkan kerusakan pada daun kelapa yang diamati, yaitu sebagai berikut :

a. Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros) : (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; (2) menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; (3) memberikan carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

b. Sexava sp : (1) cara mekanis : menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon; (2) cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya; (3) cara kemis: menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc / liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter / pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan: Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC; (4) cara biologis: menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.

(58)

c. Kutu Aspidiotus sp : menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.

d. Parasa lepida : (1) menggunakan musuh alami parasit ulat Apanteles parasae; (2) kepompong dapat menggunakan lalat parasit Chaetexorista javana; (3) perogolan pohon yang terserang pada masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; (4) penyemprotan dengan insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air pada stadium larva konsentrasi.

e. Darna sp. : (1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya; (2) menggunakan parasit musuhnya yaitu parasit kepompong Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan – tabuhan parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2 – 3 cc / liter air atau penyemprotan pada stadium larva atau insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0, 4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.

f. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros) : memanfaatkan musuh alami Baculo virus orytes menggunakan cara meneteskan virus ke mulut kumbang lalu dilepas, sebagai akibatnya bisa menularkan ke kumbang lainnya. Selain itu juga menggunakan cendawan Metharizium anisopliae yang dimana dapat dicegah khususnya dalam ketika peremajaan menggunakan penanaman tanaman sela dan penutup tanah dan pembuatan perangkap disekitar kebun yang sudah ditabur Metarizhium sp.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, K. A. 2005. Rancangan Percobaan. Universitas Sriwijaya. Palembang

Anggraeni & Wibowo. 2007, Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Produksi Tanaman Sawi (BRassica Junjea L.) Pada Tanaman Alluvial Asal Polewali Mandar. Makassar : Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Anggraeni, Y, V. 2009. Efikasi Beberapa Jenis Bubuk Pestisida Nabati Sebagai Seedtreatment Pada Benih Padi yang Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sito

Gambar

Gambar keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul adalah terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan pada bagian bawah daun atau daun

Sistem yang dibangun memetakan dan meramalkan serangan organisme pengganggu tanaman di Kabupaten Boyolali dengan peta berbasis Google Map dan dengan peramalan

Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anggota kelompok tani dalam menggunakan pestisida untuk penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman

Populasi mutlak adalah jumlah populasi hama hasil pengamatan yang dinyatakan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman, kelompok tanaman ataupun bagian

Penelitian telah merepresentasikan pengetahuan pakar Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan sumber referensi lain dalam mengidentifikasi hama pada

Insektisida ini digunakan pada beberapa komoditi tanaman seperti kentang untuk kutu daun (Myzus persicae), Hama thrip (Thrips sp), hama cabai untuk kutu daun (Myzus

Pada penelitian ini, kemampuan para pakar bidang pertanian diakuisisi ke dalam program perangkat lunak sistem pakar yang digunakan untuk mendeteksi organisme pengganggu

Serangan organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan panen pada tanaman padi. Untuk itu diperlukan sebuah aplikasi yang