• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMA (OPT )PADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMA (OPT )PADI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMA

(OPT )PADI

1. DEFINISI

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam hal ini Tanaman Padi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan kerugian bagi petani.

Sedangkan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi adalah upaya manusia untuk menekan besarnya populasi OPT sampai batas tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan menndatangkan kerugian bagi petani/yang melakukan usaha tani padi tersebut.

.

2. TUJUAN

Peserta diklat diharapkan mampu mengendalikan OPT pada tanaman padi.

3. MANFAAT

Peserta diklat dapat menggunakan informasi ini (yang dibuat sendiri) sebagai antisipasi pengendalian Organisme Pengganggu tanaman padi di musim berikutnya pada lokasi yang sama

4. METODE

Praktek, ceramah, Tanya jawab

5. Alat dan Bahan

Alat tulis, kertas

6. Tempat

(2)

7. LANGKAH KEGIATAN PENGENDALIAN OPT

No Tahapan Uraian Kegiatan Alat Bantu

1 Pengamatan Agroekosistem

 Pada Tahap ini, anda diminta untuk bergabung dalam kelompok kecil menghimpun untuk semua keragaan : Keragaan OPT, Keragaan Musuh Alami, Keragaan Komoditas, Keragaan iklim mikro dan perlakuan petani  Mengisi format yang sudah disediakan berdasarkan temuan pada tanaman sampling. Tanaman sampling ditentukan dengan berjalan searah diagonal dari petakan sawah yang akan diamati, tentukan 3 titik lokasi mewakili daerah pinggir terdekat, tengah dan pinggir terjauh dari arah diagonal tersebut.:

Petakan sawah

 Format keragaan OPT  Format keragaan iklim

mikro

2 Analisa

agroekosistem

 Anda diminta untuk menggambarkam kembali hasil pengamatannya di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada  Diskusikan :  mengelompokka n hasil pengamatan berdasarkan keragaan yang ada  mengidentifikasi jenis hama, penyakit, gulma dan musuh alami  Format Agroekosistem padi sawah 10 rumpun tanaman sampling di lokasi pinggir terdekat

10 rumpun tanaman sampling di lokasi tengah petakan sawah

10 rumpun tanaman sampling di lokasi pinggir terjauh

(3)

berdasarkan kriteria dan ciri-ciri yang dimiliki  Menghitung populasi hama, musuh alami dan intensitas serangan penyakit  Kelompok anda mempresentasi kan hasil diskusi kelompok Tindakan Pengendalian Tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan kesimpulan kegiatan sebelumnya. Keragaan OPT

No Item Keragaan Jumlah Keterangan

1 Serangga/Organisme Hitung populasinya :

jumlah yang ditemukan dibagi jumlah rumpun

2 Penyakit Hitung persentase

intensitas serangannya

3 Gulma Hitung persentase

(4)

Keragaan Iklim Mikro

No Item Kondisi Lapangan

A Keragaan Iklim Mikro

1. Sinar Matahari Cerah/Mendung/Hujan

2. Tanah

Kering/Macak-macak/Tergenang 3. Kecepatan angin, dan Arah angin

4. Kebersihan lahan Bersih/banyak gulma

B. Keragaan Komoditas

1. Varietas yang ditanam 2. Umur Tanaman

3. Tinggi Tanaman

4. Fase Pertumbuhan Tanaman

C. Keragaan Perlakuan Petani

1. Melakukan aplikasi Pestisida 2. Melakukan penyiangan 3. Melakukan Pemupukan

4. Tindakan Pengendalian yang dilakukan

8. HASIL

Simpulkan,bagaimana hasil kerja Saudara dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi………

Dalam melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi Saudara mengalami kesulitan ? Beri tanda pada gambar berikut !!!

……. …….. ……. bisa melakukan pengendalian OPT Taman padi secara benar

bisa melakukan pengendalian OPT tanaman padi secara benar i dengan dibimbing

(5)

INFORMASI POKOK

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam hal ini Tanaman Padi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan kerugian bagi petani.

Sedangkan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi adalah upaya manusia untuk menekan besarnya populasi OPT sampai batas tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan menndatangkan kerugian bagi petani/yang melakukan usaha tani padi tersebut.

Organisme Pengganggu Tanaman ini terdiri atas :

a. Hama yang umumnya adalah dari golongan serangga, tikus, dan binatang lainnya b. Penyakit yaitu kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, nematoda,

tungau dan virus.

c. Gulma yaitu tumbuhan/ tanaman liar yang dapat menjadi pesaing dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.

Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, bila populasi hama telah melewati ambang batas pengendalian, gunakan pestisida secara berkala dan sesuai dengan dosis yang diajurkan.

Beberapa cara penanggulangan OPT yang telah dilakukan, diantaranya:

1. Cara Budidaya Tanaman atau Penggunaan Praktek Agronomi.

a. Penggunaan Varietas resisiten dari tanaman b. Rotasi tanaman.

c. Penghancuran tanaman yang tidak berguna d. Pembajakan /pengoalahan tanah dengan baik e. Keseragaman waktu tanam atau waktu panen f. Pemangkasan

g. Pemupukan

(6)

2. Cara Mekanik

a. Penghancuran dengan tangan

b. Pencegahan dengan tirai atau pembatas c. Perangkap, alat penghisap.

3. Cara Fisik

a. Tempratur panas atau dingin b. Kelembaban

c. Energi, perangkap lampu. d. Suara

4. Cara Biolog/Hayatii

a. Perlindungan dan pemantapan musuh alami b. Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator.

c. Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi dan protozoa).

5. Cara Kimiawi

a. Bahan penarik (attractants) b. Bahan penolak (repellents)

c. Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida, herbisida dll). 6. Cara Genetik

Perbanyak dan pelepasan OPT steril atau yang secara genetic tidak kompatibel

7. Cara Peraturan

Yaitu melaui Karantina tumbuhan dan hewan

1. Pengendalian Penggerek Batang a. Pada Daerah Serangan Endemik

1). Pengaturan Pola Tanam

• Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi

• Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama

• Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi

(7)

• 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya

2). Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik

 Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di pertanaman

 Fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3). Pengendalian Hayati

Pemanfaatan musuh alami parasitoid: Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)

4). Pengendalian Secara Kimiawi

 Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan rata-rata > 5% sundep

• Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]

 Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Furadan), Carbosulfan (Marshal), dosis 20 kg insektisida granule/ha

 Disemprot dengan insektisida seperti Dimehipo (Dipho), Bensultap (Spontan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Regent).

2. WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)

Wereng coklat merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi, karena pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal panen).

Ekobiologi Wereng Coklat

Ekobiologi hama wereng adalah sebagai berikut.

• Menyukai tanaman yg dipupuk N dosis tinggi dengan jarak tanam rapat. • Siklus hidup 21-33 hari.

(8)

• Hama menghisap cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).

Imago Wereng Coklat Tanda Serangan

Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan gejala menguning dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai hama, wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada tanaman padi.

Tanda Serangan Hama Wereng Coklat

Pengendalian Wereng Coklat

a. Penanaman Varietas tahan b. Tanam padi serentak c. Perangkap lampu Keputusan:

(9)

 Wereng yang tertangkap di kubur

 Keringkan pertanaman padi secara serentak

 Kendalikan dengan insektisida yang direkomendasikan d. Waktu persemaian padi

 Wereng imigran tidak tumpang tindih : 15 hari setelah puncak imigran  Wereng imigran tumpang tindih 15 hari setelah puncak imigran ke-2 e. Tuntaskan pengendalian pada generasi ke-1

 Puncak imigran awal = Go  25-30 hari kemudian = imago G1  25-30 hari kemudian = imago G2  25-30 hari kemudian = imago G3 Pengendalian terbaik:

 pada G0 dan G1  paling lambat pada G2  pada G3 tidak akan berhasil f. Pengamatan di pertanaman

 Menghitung wereng coklat dan musuh alami

Contoh: Pengendalian wereng berdasar musuh alami pada padi Stadia vegetatif

NO. RUMPUN W. COKLAT + W. P. PUTIH PREDATOR CYRTORHINUS 1 2 3 4 . . . 18 19 20 30 30 23 35 . . . 44 50 35 2 3 4 1 . . . 2 1 1 1 3 5 8 . . . 8 7 8 TOTAL 635 55 101

A

i

- (5B

i

+ 2C

i

) 635 – (5x55+ 2x101)

D

i

= --- = --- = 7.9 ekor

20 20

(10)

g. Penggunaan insektisida

 Keringkan pertanaman sebelum aplikasi  Aplikasi saat air embun tidak ada : jam 8-11  Tepat dosis dan tepat jenis:

 Imidacloprid, fipronil, theametoxam, buprofezin  Tepat air pelarut 350-500 liter air/ha

3. WERENG HIJAU

Wereng hijau merupaka hama dari kelompok Hemiptera.

Ada 4 (empat) jenis hama wereng hijau yang biasa menyerang padi yaitu : a. Nephotettix virescens

b. N. nigropictus c. N. cincticeps d. N. malayanus Bioekologi Wereng Hijau

• Umumnya ditemukan pada padi

sawah irigasi & tadah hujan, tdk pada padi gogo. • Jarang menimbulkan kerusakan

• Merupakan vektor virus tungro.

• Populasi hanya meningkat pd saat tanam s.d. pembentukan malai, tertinggi 1 ekor/ rumpun.

• Siklus hidup 23 – 30 hari.

Tanda Serangan.

• Wereng lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir. • Sangat menyukai tanaman yg dipupuk dgn Nitrogen dosis tinggi.

• Tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning hingga kuning oranye.

Pengendaliannya

(11)

• Tindakan pengendalian dilakukan jika sudah terlihat gejala tungro. • Insektisida yg dianjurkan berbahan aktif :

b. Sangat adaptif pada berbagai lingkungan pada berbagai lingkungan. Habitatnya : tempat gelap dan semak-semak sekitar sumber pakannya.

c. Kelebihannya : 1). Dapat berenang hingga 72 jam.; 2). Dapat melompat ke atas setinggi 90 cm, datar sejauh 1,2 – 3 m; 3). Tidak cedera meski jatuh dari ketinggian 10 m

d. Mengerat utk mencegah pertumbuhan giginya yg mencapai 12-15 cm per tahun.

e. Maksimal berat badan 130 gram.

f. Warnanya kelabu gelap pada punggung, putih pada bagian dada dan perut. g. Perkembangbiakan

 Umur 1,5 – 5 bln sdh dapat berkembang biak

 Usia bunting 21 hari, dan dapat melahirkan 6-10 ekor anak.

 Anak yang sudah berumur 21 hari sudah pisah dari induk dan setiap ekor dapat melahirkan sebanyak 4 kali.

Cara Pengendalian Tikus

a. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan memadukan beberapa cara pengendalian yaitu : Gropyokan, pengemposan, tanam serempak, sanitasi habitat, musuh alami dan Rodentisida serta pengendalian dengan TBS-LTBS. b. Langkah-langkah pengendalian :

 Pengendalian mulai pratanam sampai panen  Pengorganisasian gerakan operasional

 Kerjasama antar pemerintah daerah/batas wilayah  Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait

4. TIKUS SAWAH (RATTUS ARGENTIVENTER) Bioekologi Tikus Sawah

a. Tikus adalah hama yang sangat merugikan pada banyak jenis tanaman pangan (polyfag).

(12)

5. KEPINDING TANAH (Scotinophara coarctata)

Bioekologi hama kepinding tanah

a. Hama ini menimbulkan masalah karena menyerang Padi mulai dari fase pembibitan hingga dewasa.

b. Siklus hidupnya : 28 – 35 hari.

Tanda Serangan

• Hama merusak tanaman dengan menghisap cairan tanaman.

• Di sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi coklat menyerupai penyakit blas.

• Daun menjadi kering dan menggulung membujur. • Gabah yg terbentuk umumnya berisi separo/ hampa.

Imago pada pangkal malai Tanda serangan berat Pengendalian

a. Kepinding tanah bertelur pada pelepah daun di ketinggian 10 cm dari permukaan lumpur. Oleh karena itu pengendalian dapat dilakukan dengan menggenang lahan setinggi 15 cm selama semalam.

b. Memasang lampu petromak yang digantungkan diatas bejana yang telah diisi minyak tanah (kerosin), sehingga kepinding yang jatuh dari lampu dapat ditampung dalam bejana.

c. Aplikasi dengan Beauveria bassiana atau Metarhizium anisopliae d. Pengendalian dengan kimia masih sedikit informasinya

6. WALANG SANGIT Bioekologi Walang Sangit

(13)

 Apabila ada gangguan akan mengeluarkan bau utk mempertahankan diri dan menarik sesamanya.

Hama Walang Sangit Gabah bekas serangan W. Sangit

Tanda Serangan

a. Fase padi yg rentan adalah mulai keluarnya malai hingga masak susu. b. Hama menghisap butiran gabah yang sedang mengisi/ masak susu. c. Kerusakan yg terjadi: gabah hampa, beras berubah warna dan mengapur.

Cara Pengendalian

a. Membersihkan gulma di pematang, pertanaman, dan di sekeliling tanaman padi

a. Walang sangit datang di pertanaman sebelum tanaman padi berbunga, hidup pada gulma

b. Memasang bangkai binatang. Walang sangit tertarik kapada bau bangkai, setelah berkumpul dapat disemprot dengan insektisida

c. Menggunakan bahan kimia (Regent, BPMC) bila populasi sudah mencapai ambang ekonomi 10 ekor/20 rumpun

7. HAMA PELIPAT DAUN

Hama pelipat daun padi Cnaphalocrosis medinalis (Guenee) di Indonesia diberi

nama yang keliru sebagai hama putih palsu. Ulat-ulat yang baru menetas mengeluarkan benang untuk melipat daun. Ulat hidup dalam lipatan daun dan makan bagian dalam lipatan. Bila populasi ulat tinggi maka akan terjadi kerusakan yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan produksi padi.

Bioekologi Hama putih palsu

a. Menjadi masalah bila kerusakan daun bendera mencapai > 50% pd fase anakan maksimum dan fase pematangan.

(14)

b. Ngengat berwarna kuning coklat, pada sayap depan terdapat 3 pita hitam. c. Siklus hidup : 30 – 60 hari.

d. Bila dijumpai adanya ngengat maka ini pertanda akan adanya serangan

Imago Daun terserang Larva Tanda Serangan

a. Larva menggerek jaringan hijau daun (klorofil) dari dalam lipatan daun. b. Kerusakan yg terjadi berupa adanya warna putih pada daun di pertanaman

Pengendaliannya

a. Bila menyerang padi dibawah umur 30 hari tdk perlu dilakukan penyemprotan, cukup diberikan air dan pupuk yang dikelola dgn baik.

b. Secara kimiawi gunakan insektisida karbofuran atau fipronil (seperti : Regent)

8. HAMA PUTIH

(15)

a. Hama putih nama yang benarnya adalah penggulung daun (leaf role = case worm).

b. Gulungan daun yang berisi larva hama putih mengapung di atas permukaan air.

Tanda Serangan

Tanda serangannya adalah daun tanaman padi yang terserang seperti terpotong dengan gunting

Cara Pengendalian

a. Keringkan lahan selma 3-5 hari pada stadia larva sering dipermukaan air b. Gunakan insektisida pada saat mencapai ambang ekonomi

9. ULAT GRAYAK Ekobiologi Ulat Grayak

a. Menyerang tanaman pada malam hari secara tiba-tiba b. Bersifat polypag

c. Menyerang pucuk dan daun tanaman

d. Pada serangan berat dapat menimbulkan puso

Cara Pengendalian

Ulat gryak dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida yaitu disemprot dengan insektisida sistemik seperti Regent.

10. ANJING TANAH /ORONG-ORONG Bioekologi

Anjingtanah, Gryllotalpa orientalis (=africana) disebut mole cricket (Ing), gaang (Sunda) atau orong-orong (Jawa)

• Berwarna kecoklat-coklatan sangat sintal (montok) • Tungkai dimodifikasi untuk menggali. Tibia

dimodifikasi sebagai struktur sekop

• Membuat terowongan sampai bermeter-meter • Telur menetas 15-40 hari

• Nimfa 3-4 bulan

(16)

• Univoltin • Tertarik lampu

 Polyfag dan makan bagian tanaman di dalam tanah dari hampir seluruh tanaman darat

Tanda Serangan

a. Menyerang bagian akar dan dasar tanaman padi yang sedang tumbuh di pesemaian kering

b. Anjingtanah menyerang tanaman padi di pesawahan irigasi, lebak, dan pasang surut apabila tidak ada genangan air

Cara Pengendaliannya

a. Pengolahan tanah akan membantu membunuh telur dan nimfa b. Mekanis pada saat pengolahan tanah terhadap anjing tanah c. yang berenang

d. Penggenangan air pada lahan (pada lahan pasang surut penggenangan pada tipe luapan A dan B)

e. Penggunaan bibit umur 35-42 hari dianjurkan hanya untuk f. varietas berumur panjang seperti IR42 dan Lematang g. Penggunaan insektisida karbofuran pada saat tanam dapat h. menekan intensitas serangan sampai menjadi 10%

i. Umpan beracun yang terdiri dari satu bagian Sodium fluosilicate (atau insektisida lain) dan satu bagian gula merah yang dicampur dengan 10 bagian karir (dedak beras), kemudian dibuat pasta dengan mencampurkan air secukupnya

j. Menggunakan perangkap lampu

11. Keong Mas Bioekologi

a. Keong mas merupakan salah satu hama tanaman yang sering menimbulkan kerugian pada tanaman padi, karena hama ini menyerang tanaman muda dengan cara memotong daun dan batang tanaman yang dapat menyebabkan kematian. b. Keong mas dapat hidup cukup lama di dalam tanah

(17)

d. Meletakkan telur-telurnya di tempat yang kering seperti : rumput, dahan, kayu di atas air.

Tanda Serangan/ kerusakan

a. Pesemaian, tanaman yang baru tumbuh dipotong daunnya hingga tanaman mati b. Menyerang tanaman dibawah umur 15 hari setelah tanam

Cara Pengendaliannya

a. Secara mekanik ; dilakukan terus menerus dengan cara mengumpulkan keong kemudian dimusnahkan

b. Pengendalian secara budi daya

 sebar benih lebih banyak untuk persiapan nyulam  Tanam bibit lebih tua

 tidak menggenangi sampai 7 hari setelah tanam  Buat caren untuk memudahkan mengambil keong  Pupuk dasar sebelum tanam + saponin

c. Pengendalian secara kimiawi

 Hanya untuk lahan yang sangat tinggi populasi keong dan sukar diatur air, sebab pestisida juga toksik terhadap fauna air lain

 Perlakuan benih

 Aplikasi dengan bahan nabati seperti rerak

12. Burung

a. Burung juga merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi karena pada serangan berat dapat menyabakan kerugian yang cukup besar bahkan gagal panen,

b. Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum panen)

c. Serangan mengakibatkan:  Biji hampa

 Adanya gejala seperti beluk  Biji banyak hilang

Cara Pengendaliannya

a. Penjaga burung mulai jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung

(18)

b. Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan burung; luas sawah yang diisolasi kurang dari 0,25 hektar

c. Bila tanam tabela:

 benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah  benih yang digunakan harus lebih banyak

 gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti burung

 tanam serentak dengan sekitarnya, jangan menanam atau memanen di luar musim agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya sumber makanan

d. Kendalikan habitat/sarang burung

II. JENIS – JENIS PENYAKIT PENTING, GEJALA SERANGA DAN PENCEGAHANNYA.

1. Hawar Pelepah (Rhizoctania solani) a. Gejala serangannya

Jamur ini sebagai penyebab berbagai penyakit pada berbagai tanaman. Nama latinya akan muncul berulang kali pada setiap tanaman.

Pemantauan penyakit ini perlu dilakukan karena keganasan serangannya. Penyebab penyakit ini kelembaban tinggi pemberian pupuk nitrogen berlebihan. Disamping penggunaan varietas yang potensi hasil tinggi jumlah anakan tinggi kelembaban disekitar tanaman tinggi kondisi seperti ini merangsang munculnya penyakit ini

b. Pencegahannya.

Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.

2. Busuk Pelepah Acrocylindrium oryzae a. Gejala serangan

Gejala serangan penyakit ini yaitu rusaknya jaringan tanaman dalam berbagai ukuran, berwarna gelap dan di bagian tengah berwarna terang. Akhirnya jaringan yang rusak berkembang bersaman dan meluas kebagian pelepah. Didalam pelepah tersebut terbentuk tepung berwarna putih tepatnya pada bulir yang baru

(19)

mumcul. Akibat serangan penyakit ini bulir tidak muncul karena terganggu pertumbuhannya.

b. Pencegahan.

Sejauh pengetahuan tentang penyakit ini masih sedikit, sedikit pula usaha yang dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Belum ada varietas tanaman padi yang tahan terhadap serangan penyakit ini.

3. Penyakit Busuk Batang Helminthosporium sigmoideum a. Gejala serangan

 Penyakit ini disebabkan oleh jamur dengan spora yang sangat tahan di dalam tanah. Spora jamur ini menginfeksi pangkal batang ketika spora tersebut mengapung dipermukaan air dan mencapai tanaman.

 Infeksi jamur ini mneyebabkan pelepah daun berubah warnanya menjadi gelap kemudian terkulai. Infeksi tersebut kemudian meluas kepelepah berikutnya dan pada akhirnya pada batang.

 Apabila batang terserang maka seluruh tanaman tumbang atau tanaman terkulai.

 Spora jamur ini berada pada jerami dan tanah hingga musim tanah berikutnya dan akan menginfeksi tanaman baru

b. Pencegahan.

 Penyakit ini dapat ditekan pengaruhnya dengan mengurangi banyaknya spora jamur disawah dengan cara sanitasi. Pembersiahan atau pembakaran jerami dan tunggul jerami merupakan cara sanitasi yang terbaik.

 Pengaturan pengeringan sawah hingga tanah retak retak dapat mengurangi serangan penyakit ini .Penyakit muncul pada lahan yang berlebihan dalam penggunaan pupuk urea dan fospor.

4. Penyakit Blas Pyricularia oryzae a. Gejala serangan

 Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae.

 Bibit jamur ini berupa spora yang penyebarannya terbawa angin dan air serta terdapat di lahan sawah

(20)

 Pertumbuhan dan perkembangan jamur ini,serta gejala penyakit berupa bercak pada daun atau batang ditentukan oleh banyak factor diantaranya : pemupukan nitrogen dosis tinggi, dengan kondisi yang lembab.

 Penyakit ini menyerang daun , batang dan malai terutama pada leher malai padi, dimulai dari bercak kecil tetapi melebar sampai beberapa centimeter panjangnya.  Gejala itu biasanya panjang dan meuncing dibagian akhir, di bagian tepi gelap

dan bagian tengah abu-abu, pada serangan berat dapat mematikan bagian daun.

b. Pencegahan.

 Penyakit blas paling baik dicegah dengan pengunaan varietas tahan.

 Pemberian pupuk nitrogen sesuai dengan anjuran (rekommendasi setempat) 5. Penyakit Bakteri Bergaris ((Xanthomonas campestris pv.orizae

(=Xanthomonas oryzae) a. Gejala serangan

 Penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang terdapat di sawah sepanang waktu.

 Bakteri ini menginfeksi tanaman melalui luka atau bagian lain yang terbuka, kemudian tumbuh didalam system jaringan pengangkutan tanaman yang mirip pembuluh darah manusia.

 Pertumbuhan bakteri menyumbat saluran tersebut sehingga air dan zat makanan tidak dapat masuk kedalam atau keluar dari ujung daun. Hal ini menyebabkan gejala kekuningan, layu dan mati pada ujung daun.

 Di persemaian gejala serangan bakteri ini menyebabkan daun menjadi kuning, kering dan mati. Gejala serangan seperti ini disebut dengan “kresek”.

 Penyakit ini dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman.

 Pada tanaman tua, serangan bakteri ini diawali dari bagian tepi ujung daun kemudian meluas ke daun bagian bawah. Gejala kuning tersebut pertama terjadi sekitar fase bunting sampai malai keluar.

 Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan bakteri hawar daun.

b. Pencegahan.

 Cara pencegahan penyakit bakteri hawar daun yang paling praktis adalah dengan penanaman varietas tahan.

(21)

 Tidak ada varietas yang tahan untuk waktu yang lama, oleh karena itu perlu dilakukan pergiliran varietas.

 Sanitasi dan penggunaan benih bermutu dapat mengurangi sumber infeksi bakteri ini di lapangan.

 Jerami-jerami tua yang terinfeksi dibakar, dibersihkan atau dibenam dalam tanah.

 Hujan yang lebat dan angin kencang yang menyebabkan lukanya tanaman dapat membantu penyerangan bakteri ini.

6. Virus Tungro a. Gejala serangan

 Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain, dan dari suatu lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai “vector”.

 Wereng hijau dapat memperoleh virus hanya dari tunbuhan yang terinfeksi virus, dan harus makan untuk waktu yang pendek sekitar 30 menit sebelum Wereng Hijau dapat menularkan pada tanaman yang lain.  Wereng Hijau hanya dapat menularkan virus pada tanaman lain setelah ia

mengandung virus tersebut, kemudian memakan tanaman yang sehat..  Setelah menyuntikan partikel virus tongro, virus memerlukanwaktu 2

minggu masa inkubasi.

 Tingkat serangan virus tungro ini dipengaruhi oleh : ketahanan varietas, iklim, dan teknologi budidaya.

 Serangan virus tungro menyebabkan tanaman menjadi kuning secara bertahap, pada serangan berat menyebabkan timbulnya kombinasi warna hijau dan kuning.

 Warna kuning tersebut dimulai dari ujung daun meluas ke bagian bawah.  Bila infeksi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (fase vegetative) tumbuhan akan terlihat sangat kerdil, dengan sedikit anakan dan tidak menghasilkan malai.

(22)

b. Pencegahan.

Tungro merupakan penyakit sporadic pada padi. Tungro jarang bertahan di suatu lahan secara terus menerus. Dinamika infeksi tungra tidak diketahui dengan baik. Ada banyak cara untuk mengurangi kemunculan virus.

 Pertama, dengan menggunakan varietas tahan terhadap tungro di wilayah tertentu. Cara ini memerlukan pemantauan dan pengujian varietas. Bila daerah endemic tungro, penggunaan varietas tahan merupakan strategi yang terbaik dan sangat ekonomis.

 Kedua, mengendalikan populasi wereng hijau yang merupakan vector virus tungro.

 Ketiga, melakukan sanitasi lingkungan seperti membersihkan singgang yang bertujuan untuk membersihkan tanaman inang virus ini.

7. Virus Hampa dan Kerdil Rumput a. Gejala serangan

 Virus kerdil hampa mudah dikenali yaitu adanya daun yang memutar dengan tepi daun yang tak teratur, serta tanaman kerdil.

 Virus kerdil rumput juga mudah dikenali yaitu pertumbhan tanaman yang sangat kerdil, daun kaku dan sempit, pembentukan anakan berlebihan, terdapat bercak coklat dan merah pada daun.

 Virus kerdil hampa dan kerdil rumput ditularkan oleh hama wereng coklat.

b. Pencegahan.

 Virus kerdil hampa dan kerdil rumput dapat dicegah dengan mudah yaitu dengan mengendalikan hama wereg coklat.

 Ledakan penyakit ini dapat disebabkan berkurangnya populasi musuh alami akibat dari penggunaan pestisida yang kuang bijaksana.

 Untuk pengendalian virus ini dapat juga dilakukan dengan beberapa cara seperti penggunaan varietas tahan, pergiliran varietas antar musim, pergilran varietas dalam satu musim,

(23)

JENIS-JENIS GULMA PADA TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Gulma yaitu tumbuhan/tanaman liar yang tidak dikehendaki yang dapat menjadi pesaing dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.

A. Klasifikasi gulma dan penyebarannya.

Gulma secara umum ( marfologi ) dapat dibedakan 3 golongan yaitu :

1, Golongan Rumput ( Grasses ).

Rumput pada umumnya berdaun panjang, lurus , urat- urat daunnya sejajar batangnya bulat dan berongga contohnya al : Echinochloa colonum ( L ) Link.

Jejagoan leutik ( sunda ), Tuton ( Jawa ) Echinochloa erusgalli ( P ) Beauv. Jajagoan ,Gagajahan ( sunda ), Jawan.( jawa )

2, Golongan Teki ( Sedges )

Tumbuhan ini hampir serupa dengan rumput, bedanya adalah daunnya berjajar tiga dan batangnya berbentuk segi tiga serta tidak berongga. Kerapkali mempunyai rhizoma ( akar tinggal ), yang berbeda – beda bentuknya sesuai dengan fungsinya, yakni untuk penyimpanan makanan dan untuk pembiakan . Contohnya : . Cyperus difformis L. Jakut papayungan ( sunda ) Welut ( jawa) . Fimbristylis miliaecae Wahl ( F. littoralis Gaudich) Tumbaran ( Jawa ),

3. Golongan Berdaun lebar ( broad leaves )

Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar contohnya :

- Marsilea crenata Prest. Semanggi ( sunda ) Semanggen ( Jawa )

- Monochoria vaginalis ( Burm .f ) Presl. Enceng lembut ( sunda ),

Bengok ( Jawa ) 4. Gulma Padi gogo rancah

Gulma pada tanaman padi gogorancah hampir mirip dengan padi sawah tadah hujan. Gulma yang tumbuh umumnya dapat menyesuiakna diri dengan kondisi kering dan basah.

5. Gulma Padi gogo

Gulma pada tanaman padi gogo umumnya didominasi oleh golongan rumput , sebagian kecil berdaun lebar dan teki. Ada daerah daerah khusus yang

(24)

didominasi oleh golongan teki terutama bila lahan-lahan yang sangat intensif diusahakan dengan pemupukan N yang tinggi.

6. Gulma padi pasang surut

Sawah pasang surut umunya didominasi oleh gulma golongan rumput . Dari golongan teki terdapat cyperus iria . Gulma golongan berdaun lebar relatif jarang ditemukan di sawah pasang surut.

B. Penyebaran Gulma :

Penyebaran gulma dapat terjadi melalui :

1. Melalui benih yang terkomtaminasi dengan biji gulma.

2. Perantara hewan yang membawa biji pada saluran pencernakan atau bulu dan kotoran.

3. Melalui pupuk kandang yang kurang matang.

4. Melalui sisa tanaman pada waktu panen, khususnya yang dilakukan dengan mesin.

5. Penyebaran melalui angin. 6. Penyebaran melalui air irigasi.

C. Pengamatan Gulma :

Tujuan pengamatan gulma adalah untuk mengetahui dominasi gulma yang ada sehingga apabila akan dikendalikan dengan herbisida dapat digunakan dasar pemilihan herbisida yang tepat ..

D. Kerapatan Gulma

Untuk mengukur kerapatan gulma digunakan dua ukuran yaitu :

1. Untuk gulma yang berkompetisi terhadap sinar matahari, ciri gulma ini adalah pertumbuhannya ke atas dan menaungi tanaman pokok..Kompetisi gulma yang tumbuh tegak diukur dengan menghitung jumlah gulma per meter pesegi ( ukuran ini dibandingkan dengan jumlah tanaman pokok per meter pesegi ). 2. Kompetisi gulma yang tumbuh rendah ( menjalar ) diukur dengan

membandingkan luas lahan yang tertutup gulma. Dengan dua cara tersebut nilai yang kecil akan memperlihatkan jumlah gulma yang sedikit dan tingkat kompetisinya kecil. Hal ini dilakukan dalam rangka menentukan jenis, dosis dan cara pengendalian dengan herbisida

(25)

E. Cara Pengendalian Gulma

Ada beberapa tehnik pengendalian gulma yang umum dilakukan yaitu :

1, Preventif ( Pencegahan )

Cara ini dilakukan melalui pengelolaan tanah dan pengelolaan air.

2. Mekanis ( dengan alat – alat baik sederhana / modern )

a. Manual/tenaga manusia : dengan tangan dan alat-alat sederhana (kored, cangkul, sabit, garu, dan ternak)

b. Semi mekanis : mesin-mesin sederhana (mower, cultivator, dsb)

c. Mekanisasi penuh : alat-alat modern (traktor, ratavator, weed craster, dsb) d. Penggunaan dengan api (mekanis / physik)

3. Kimiawi

a. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.

b. Penggunaan herbisida harus memenuhi kriteria 5 (lima) tepat yaitu : tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.

Referensi

Dokumen terkait

Penumpukan pada metode 1 dan 3 dilakukan dengan cetakan dan disusun secara berlapis. Lapisan paling atas dan paling bawah sedapat mungkin adalah sabut

Perubahan sosial ekonomi masyarakat Nagari Talang Kubu Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan tahun 1995 – 2014 mengalami perubahan yang berarti, hal ini dapat dilihat

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren Iqra‟ pada tahun 2007 yang menjadi guru untuk mata pelajaran pondok adalah Azwar Munaf sendiri beserta

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan pada umumnya terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: Neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan

Tujuan umum pembelajaran mata kuliah chokai III yaitu agar mahasiswa mampu dalam mendengarkan informasi dalam bahasa Jepang dan mampu menjawab pertanyaan-

• Nalika ndeleng potret utawa video saka salah sijine album Facebook™, tutul layar kanggo nampilake toolbar, banjur tutul kanggo nuduhake yen sampeyan "Seneng" karo item

Akan tetapi dalam prakteknya pada pembagian hasil tidak dilakukan sesuai dengan aturan syirkah.Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Jenis kertas ini diproduksi dengan sistim “through air dried” (TAD) or mesin kertas Yankee (silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai “wet atau dry