• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan hasil

produksi

produk pertanian.

Tumbuhan tidak

selamanya bisa hidup tanpa gangguan.

Salah satu cara untuk

meningkatkan produksi adalah

menganalisa faktor- faktor yang

menyebabkan

kerugian. Penyebab

kerugian dapat berupa

serangan hama dan

penyakit. Selain berperan sebagai

hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh

alami (Triharso, 2004).

Hama dapat

menyerang kapan

saja, maka dari itu kita harus mencegah

serangan

tersebut. Hama dapat menyebabkan

kerugian yang sangat

besar sehingga diperlukan

adanya pengendalian.

Pengendalian hama dilapangan dapat

dilakukan secara alami,

yaitu dengan

menggunakan agensi pengendali

hayati(Triharso, 2004).

Besarnya intensitas serangan hama

dinyatakan dalam

istilah keruakan mutlak dan

erusakan tidak

mutlak. Intensitas

serangan hama perlu diketahui untuk

memudahkan

dalam memberi

penangan terhadap tanaman yang

terserang hama.

Berdasarkan uraian diatas, maka

dilakukan praktikum

tentang menghitung intensitas serangan hama.

Praktikum ini

bertujuan untuk memberikan

pengenalan mengenai hitunan sederhana

nilai intensitas

serangan hama pada tanaman.

Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksiproduk pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah

menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kerugian. Penyebab kerugian dapat berupa serangan hama dan penyakit. Selain berperan sebagai hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh alami (Triharso, 2004). Hama dapat menyerang kapan saja, maka dari itu kita harus mencegah serangan tersebut. Hama dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga diperlukan adanya pengendalian. Pengendalian hama dilapangan dapat dilakukan secara alami, yaitu dengan menggunakan agensi pengendali hayati(Triharso, 2004).Besarnya intensitas serangan hama dinyatakan dalam istilah keruakan mutlak dan erusakan tidak mutlak. Intensitas serangan hama perlu diketahui untuk memudahkan dalam memberi penangan terhadap tanaman yang

terserang hama. Berdasarkan uraiandiatas, maka dilakukan praktikum tentang menghitung intensitas serangan hama. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengenalan mengenai hitunan sederhana nilai intensitas serangan hama pada

tanaman.Bidang pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksiproduk pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kerugian. Penyebab kerugian dapat berupa serangan hama dan

penyakit. Selain berperan sebagai hama, serangga dapat juga berperan sebagai musuh alami (Triharso, 2004). Hama dapat menyerang kapan saja, maka dari itu kita harus mencegah serangan tersebut. Hama dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga diperlukan adanya pengendalian. Pengendalian hama dilapangan dapat dilakukan secara alami, yaitu dengan menggunakan agensi pengendali

hayati(Triharso, 2004).Besarnya intensitas serangan hama dinyatakan dalam istilah keruakan mutlak dan erusakan tidak mutlak. Intensitas serangan hama perlu diketahui untuk memudahkan dalam memberi penangan terhadap tanaman yang terserang hama. Berdasarkan uraiandiatas, maka dilakukan praktikum tentang menghitung intensitas serangan hama. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengenalan mengenai hitunan sederhana nilai intensitas serangan hama pada tana

Penyakit pada tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Penyakit pada tanaman dapat dikendalikan dengan cepatapabila mengetahui gejala penyakitnya. Gejala penyakit merupakan indikasi bahwatanaman terserang patogen, untuk mengetahui serangan patogen yang menyerangtanaman di lapangan perlu dilakukan penelitian deteksi dan identifikasi pathogen (Gustina, dkk., 2016). Penyakit tanaman dapat dapat dikelola dengan berbagai cara seperti penghindaran, eksklusi patogen, eradikasi patogen, perlindungan tanaman, tanaman resisten dan terapi tanaman sakit. Penyakit tanaman terjadi diawali dengan terjadinya kontak antara tanaman yang rentan dan patogen pada waktu yang tepat dengan lingkungan yang mendukung perkembangan patogen. Penyakit tanaman digolongkan dalam dua kategori yaitu monosiklik dan polisiklik tergantung pada banyaknya infeksi yang terjadi dalam satu siklus tanaman. Penyakit monosiklik dapat mengakibatkan kehilangan hasil sangat tinggi atau bahkan mematikan tanaman hanya dengan satu siklus infeksi per musim tanam sedangkan penyakit polisiklik dapat mengakibatkan kerugian tanaman dengan beberapa kali siklus infeksi permusim tanam (Nurhayati 2011).

Penyakit tumbuhan terbagi atas 2 (dua) golongan, yaitu penyakit abiotic dan biotik, penyakit abiotic merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit

noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu sel tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotic meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tidak sesuai, kelembaban udara yang tidak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senayawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angina.

Sedangkan penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitic, dan mikroplasma (Hasna, 2012).

Penyakit tumbuhan ialah penyebab tanaman menjadi sakit. Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan seluruh atau sebagian organ – organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis tanaman atau sakit ialah penyimpangan dari keadaan normal. Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar menunjuk patogen sebagai penyebab penyakit tumbuhan umumnya dianut konsep tiga penyakit (disease triangle) (Tattar, dkk., 1991).

Ketiga komponen penyakit tersebut ialah inang, patogen, dan lingkungan.

Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap patogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit (disease squaire). Selanjutnya piramida penyakit, konsepnya sama dengan segi empat, tetapi ada yang mempengaruhi perkembangan penyakit tumbuhan, yaitu waktu (Triharso, 2004).

Perlindungan tanaman dapat dilakukan melalui berbagai taktik pengendalian hama dan penyakit, yaitu mekanik, fisik, kultur teknis, penggunaan tanaman tahan hama dan penyakit, hayati, rekayasa genetik, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen, pheromon, dan pestisida yang dilakukan dalam suatu kesatuan pengendalian yang lazim dikenal sebagai PHT (Pengendalian Hama Terpadu).

Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas beberapa tahun mendatang serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang sadar akan keamanan pangan dan lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peran perlindungan tanaman menjadi semakin penting, utamanya perlindungan tanaman yang sifatnya rama lingkungan dan tidak menimbulkan dampak residu pestisida (Kusnaedi, 2004).

Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh – puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian patogen atau patogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman inang yang abnormal.

Abnormalitas atau perubahan – perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya seranganagensia penyakit (patogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnyamiselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya. Berikut ialah macam – macam gejala yang ditimbulkan akibat adanya penyakit tanaman, yaitu sebagai berikut :

1. Gejala Nekrotik, tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel.

Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkanoleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang diserangnya. Sebagaicontoh bercak, streak dan shipe, damping (lodoh), terbakar, busuk, layu, gugur duan bunga sebelum waktunya dan klorosis kerena rusaknya klorofil.

2. Gejala Hipoplastik, tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Terdapat berbagai bentuk gejalahipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanamanyang, diserangnya : (a) Etiolasi, tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya, (b) kerdil (atrophy), gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya, (c) klorosis, terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daunhanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijau maka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing, (d) perubahan simetri, hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidakdisertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkanterjadinya penyimpangan bentuk, (e) roset, hambatan pertumbuhan ruas – ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun – daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun – daun berdesak – desakan membentuk suatu karangan, dan (f) klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil.

3. Gejala Hiperplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang diserangnya : (a) erinosa, terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu terdapat bagian yang seperti beledu, (b) fasiasi (fasciasi), suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk

seperti spiral, (c) intumesensia (intumesoensia), sekumpulan sel pada daerah yang tegak pada daun atau batang memanjang bagian itu Nampak membengkak karena itu gejala ini disebut gelaja busung (cedema), dan sebagainya.

4. Gejala Injury, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT (Jacob &

Bhumannavar, 1991).

Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkatkerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yangdinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. Untuk mengetahui tingkat keparahan serangan penyakit ada beberapametode perhitungan antara lain sebagai berikut :

I=

n× v

N × Z ×100 %

Keterangan :

I = Tingkat serangan (%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor,

N=jumlah sampel yang diamati, Z = nilai skor tertinggi

Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metodeyaitu metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus penghitungan intensitas serangan adalah sebagai berikut :

1. Non Sistemik (tidak menyeluruh) I=

n× v

N × Z ×100 % Keterangan :

 I = Tingkat serangan (%)

 n = jumlah skor yang sama

 v = nilai skor

 N=jumlah sampel yang diamati

 Z = nilai skor tertinggi 2. Sistemik (menyeluruh)

I=a

100 % Keterangan :

 I = Tingkat serangan (%)

 a = jumlah tanaman yang terserang

 b = jumlah tanaman yang diamati (Pracaya, 1993)

Musuh alami merupakan organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Adapun musuh alami tersebut yaitu :

1. Predator, yaitu serangga yang dalam hidupnya membunuh dan memakan sejumlah mangsa (Kasumbogo, 2007).

2. Parasitoid, yaitu serangga yang stadia pradewasanya memparasit pada atau ada di dalam tubuh serangga lain, sedangkan imago hidup bebas menjadikan nektar dan embun madusebagai makanannya (Manjabal, 2008).

3. Patogen Serangga (Entomopatogen), yaitu mikroba atau mikroorganisme seperti virus, bakteri, prion, atau jamur yang menyebabkan penyakit pada hewan atau tanamaninang. Ada beberapa substrat termasuk jalur dimana patogen dapatmenyerang inangnya, salah satunya adalah tanah. (Madigan, dkk., 2006).

4. Mikroorganisme Antagonis Penyakit, yaitu mikroorganismeyang menyebabkan mati, rusak, atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman (Gliocladium spp.,

Trichoderma spp., Pseudomonas Flourescent Indofit(PF), Corynebacterium sp.) (Thom, 2012).

Menurut Tien (2009), musuh alami merupakan organisme yangditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkanserangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, danmengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Musuh alami mempunyai peran positif, yaitu mengendalikan OPT.Serangga hama dan patogen penyakit tanaman dapat dikendalikan denganmusuh alami seperti predator, parasitoid, entomopatogen dan antagonis.Mekanisme kerjadari predator, parasitoid dan pathogen berbeda-beda,dimana predator bekerja langsung memangsa musuhnya, parasitoid bekerja secara perlahan-lahan membunuh musuhnya dengan menjadi parasite pada musuhnyasedangkan pathogen bekerja dengan menginfeksi musuhnya .Seperti yang kitaketahui bahwa Hama adalah binatang dalam populasi tertentu mengganggutanaman budidaya yang menyebabkan kerugian pada produksi tanaman, denganadanya musuh alami maka populasi hama ini dapat ditekan atau dikendalikansehingga ini menguntungkan dalam menjaga stabilita sproduksi tanaman karena berkurangnya OPT yang dapat menurunkan stabilitas produksi tanaman (Tien, 2009).

Kelapa merupakan salah satu tanaman tahunan yang mempunyai batang yang keras dan biasanya tidak bercabang (monopodial) dan mempunyai akar serabut.

Pertumbuhan kelapa umumnya tegak tetapi dalam wilayah tepian pantai, sempadan sungai batangnya tumbuh melengkung ke arah matahari. Dalam Bahasa Inggris, kelapa dikenal menggunakan sebutan coconut palm, coco palm atau coconut tree. Dalam tata nama tumbuhan (taksonomi), tumbuhan kelapa diberi nama Cocos nucifera. Klasifikasi kelapa dapat dijabarkan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Familia : Palmae Genus : Cocos S

pecies : Cocos nucifera, Linneaeus (Mardiatmoko & Ariyanti, 2018).

Kelapa menjadi salah satu tanaman yang menurut spesiesnya dan berdasarkan genusnya yakni Cocos terdapat 27 genera dan 600 spesies, yang dikelompokkan pada 2 varietas yaitu kelapa Dalam (typica Nar) dan kelapa Genjah (nana Griff).

Ada pula yang mengelompokkan kelapa pada 3 varietas yaitu selain kelapa Dalam dan Genjah pula ada kelapa Semi Dalam (aurantiaca). Masing – masing varietas kelapa mempunyai ciri spesifik yang dapat membedakannya satu sama lain (Maskoro, 2000).

Menurut Setyamidjaja (1994), mengatakan bahwa pohon kelapa ialah tanaman yang serba guna karena seluruh bagian pohonnya dapat dimanfatkan bagi kehidupan manusia. Pada keragaannya perkebunan kelapa menunjukkan beberapa hal seperti yang diungkap oleh Tarigan (2005) yaitu : (a) pada luas kepemilikan usaha tani kelapa memiliki rata – rata 0,5 hektar perkeluarga tani, (b) banyak menggunakan penanaman monokultur. (c) belum terjadi kewajaran pada adopti teknologi budidaya, (d) hasil usaha tani masih bersifat produk primer, (e) pada produktivitasnya memiliki nilai rata – rata rendah 1,1 ton kopra / ha / tahun (Setyamidjaja, 1994).

Serangan hama pada pohon kelapa selalu berhasil menunrunkan produktivitas dari kelapa tersebut. Menurut Wirjosoehardjo dan Budiman (1995), mengemukakan bahwa hama penting yang menyerang tanaman kelapa meliputi 19 jenis serangga, 6 jenis vertebrata dan satu jenis nematoda. Dari 19 jenis serangga tersebut, yaitu diantaranya Setora nitens Walker, Parasa lepida Crammer, Hidari irava, Chalcocelis albiguttata, Brontispa longissima, Oryctes rhinoceros, dan Valangu sp. merupakan hama pemakan daun kelapa. kerugian yang ditimbulkan akibat serangan hama pemakan daun kelapa belum banyak diketahui, meskipun demikian hama ini memiliki nilai kerusakaan seperti pada bagian daun dan batang serta pengaruhnya terhadap buah dan bunga berbeda –

beda tergantung pada jenis hama yang menyerang (Wirjosoehardjo dan Budiman, 1995).

I. ALAT DAN BAHAN

Dokumen terkait