• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Perempuan

Dalam dokumen PDF SKRIPSI - metrouniv.ac.id (Halaman 41-47)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan

5. Pemberdayaan Perempuan

diharapkan untuk melaksanakan program/kegiatan yang akan diusulkan/direkomendasikan. 12

yang perlu dilancarkan dalam kerja pemberdayaan perempuan adalah memberikan dukungan yang menjadikan setiap perempuan sebagai fokus perhatian dan arena pengabdian.Khusus kepada kaum ibu, yang mendesak untuk segera dilakukan adalah meningkatkan kemampuan mereka secara bertahap dan berkesinmbungan agar bisa mengolah dan bergelut dengan kesempatan yang terbuka di dalam lingkungannya sendiri. Secara konkret, ini dapat dilakukan dalam bentuk memberikan pelatihan atau praktik usaha kecil-kecilan kepadamereka.

Dalam rangka melaksanakan ikhtiar pemberdayaan tersebut, kelompok perempuan tadi kemudian diberikan dukungan pembinaan dan kredit untuk mengolah usaha-usaha yang dapat menjadi panjatan sebagai sarana dan titik tolak untuk mengolah bahan bakudan segala yang bisa dimanfaatkan dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, bahan baku untuk usaha itu diolah dari lingkungannya sendiri sampai habis.

Apabila tidak mencukupi barulah dicarikan dukungan untuk mendapatkan bahan baku dari daerah lain yang lebih luas. Proses pembangunan bertahap ini, dalam praktiknya, memberikan dukungan pendidikan yang sangat praktis kepada para keluarga yang mendapat dukungan dan bantuanpendampingan.

Mencermati paparan di atas, jelaslah bahwa upaya pemberdayaan perempuan mau tidak mau harus dilakukan dengan cara membangkitkan kemampuan mereka agar mampu melihat lebih jauh ke depan, misalnya dalam bentuk meningkatkan kesadaran mereka untuk

menabung. Hal ini mutlak harus dilakukan karena mereka adalah tulang punggung dalam keluarga yang harus mampu menghidupi anak- anaknya kelak dan meningkatkan kesejahteraankeluarganya.13

Pemberdayaan perempuan adalah usaha kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, politik, sosial dan budaya agar perempuan dapat mengatur diri, meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif guna memecahkan masalah pembangunan serta mampu membangun dirinya.14

Menurut Hubeis, pemberdayaan perempuan adalah “upaya memperbaiki statusdanperanperempuan dalam pembangunan bangsa, sama halnya dengan kualitas peran dan kemandirian organisasi

perempuan”. Daulay menyampaikan

bahwaprogrampemberdayaanperempuan di Indonesiapada hakekatnya telah dimulai sejak tahun 1978.

Dalam perkembangannya upayadalam kerangka pemberdayaan perempuanini secara kasat mata telah menghasilkan suatu proses peningkatan dalam berbagai hal. Seperti peningkatan dalam kondisi, derajat, dan kualitashidupkaumperempuan diberbagai sektor strategis seperti bidang pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi, kesehatan dan keikut sertaan ber-KB.

13 Murniati Ruslan, “Pemberdayaaan Perempuan dalam Dimensi Pembangunan Berbasis Gender”, Jurnal Musawa, Vol. 2, No. 1, Juni 2010, 80

14Rosseriayu.,et.al, “Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaran Jender di Bidang Ekonomi Pada Masyarakat Jombang”, Jurnal Administrasi Publik, (Malang: Universitas Brawijaya), Vol 1, No. 1, 147.

Anwas menjelaskanbahwa pengelola programdalamhalini adalah perempuan dusun yang memberdayakan individu dan masyarakat baik formal maupun non-formal dapat disebut sebagai agen pemberdayaan (agent of empowerment). Pada RPJP Nasional dan RPJM Daerah menunjukkan bahwa program pemberdayaan perempuan menjadi salah satu program prioritas dalam rangka pembangunan nasional.Kondisi demikian dapat meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan, serta mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Hal lain yang didapatkan yakni meningkatnya kualitas peran dan kemandirian perempuan dalam rangka pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Sehingga dengan kata lain, memberdayakan perempuan berarti memberdayakan suatu bangsa.15

b. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan umum pemberdayaan perempuan yakni mewujudkan perempuan Indonesia yang maju dan mandiri dibidang ekonomi melalui pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif untuk mendukung terciptanya kondisi kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa. Tujuan khusus Dalam operasionalnya, tujuan umum tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

15 Wildan Saugi, “Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Pengolahan Bahan Pangan Lokal”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta), Vol 2, No. 2 November 2015, 227

1) Meningkatkan kapasitas SDM perempuan Indonesia dibidang ekonomi sehingga mampu meningkatkan kontribusi dan keikutsertaannya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi dan pembangunan di berbagai sektor kehidupan lainnya.

2) Membuka dan memperluas kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui mekanisme pengembangan aktivitas ekonomi produktif.

3) Memperkuat bargaining position kaum perempuan dalam mengakses sumber daya ekonomi.16

c. Peran Perempuan

Pada umumnya masyarakat di Indonesia, pembagian kerja antara lelaki dan perempuan menggambarkan peran perempuan.Basis awal dari pembagian kerja menurut jenis kelamin ini tidak diragukan lagi terkait dengan kebedaan peran lelaki dan perempuan dalam fungsi reproduksi.Dalam masyarakat mempresentasikan peran yang ditampilkan oleh seorang perempuan. Analisis peran perempuan dapat dilakukan dari perspektif posisi mereka dalam berurusan dengan pekerjaan produktif tidak langsung (domestik) dan pekerjaan produktif langsung (publik), yaitu sebagai berikut;

1) Peran Tradisi menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan dan mengasuh anak, serta

16 Sulikanti Agusni, Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan, (Jakarta: Kemenpppari, 2012), 9.

mengayomi suami). Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu perempuan di rumah dan lelaki di luar rumah.

2) Peran transisi mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan keharmonisan dan urusan rumahtangga tetap tanggungjawabperempuan

3) Dwiperan memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting. Dukungan moral suami pemicu ketegaran atau sebaliknya keengganan suami akan memicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atauterpendam

4) Peran egalitarian menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan di luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika tidak, yang terjadi adalah masing- masing akan saling berargumentasi untuk mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana kehidupanberkeluarga.

5) Peran kontemporer adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian. Jumlahnya belum banyak. Akan tetapi benturan demi benturan dari dominasi lelaki atas perempuan yang belum terlalu peduli pada kepentingan perempuan mungkin akan meningkatkan populasinya.

Pada perkembangankajianperan perempuan, konsep peran seks (sexroles) memberi makna tersendiri.Peran seks adalah seperangkat atribut dan ekspektasi yang diasosiasikan dengan perbedaan gender, dengan hal ihwal menjadi laki-laki atau perempuan dalam masyarakat.

Menurut teori fungsionalisme (functionalism), peran seks (seperti peran yang lain) merefleksikan norma-norma sosial yang bertahan dan merupakan pola-pola sosialisasi (socialization). Norma yang cenderung terjadi dewasa ini adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan telah berubah seiring dengan perkembangan secara bertahap perihal keluarga yang berkesetaraan.17

6. Faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan

Dalam dokumen PDF SKRIPSI - metrouniv.ac.id (Halaman 41-47)

Dokumen terkait