• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Bermasalah

F. Kerangka Teori

3. Pembiayaan Bermasalah

a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan dimana terjadi ciderai janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas.22 Pembiayaan bermasalah juga dapat diartikan sebagai ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasil atau profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas pembiayaan. Kolektibilitas Pembiayaan dikategorikan menjadi pembiayaan lancar, kurang lancar, diragukan, perhatian khusus dan macet.23

b. Jenis-Jenis Pembiayaan Bermasalah

Jenis-Jenis Pembiayaan Bermasalah digolongkan menjadi beberapa, antara lain:24

1. Lancar

Pembiayaan dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan margin tapat waktu, tidak ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, secara dokumentasi perjanjian lengap dengan pengikatan agunan kuat.

22 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 207.

23 Muhammad Yusup, Manajemen Keuangan Syariah, (Mataram: IAIN Mataram, 2015), h.

312.

24 Trisdini P, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2013) h. 105.

2. Dalam perhatian khusus

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin sampai dengan 90 hari. Akan tetapi, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil.

3. Kurang Lancar

Apabila terdapat tindakan pembiayaan angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 90 hari sampai 180 hari, penyampaian laporan keuangan tidak secara teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. Terjadinya pelanggaran terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang dan upaya unuk melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

4. Diragukan

Apabila terjadi tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari.

Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok perjanjian.

5. Macet

Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian piutang dan agunan tidak ada.

c. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:25

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada didalam perusahaan itu sendiri dan faktor utama yang paling dominan adalah manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor managerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam dokumen pembiayaan, kecerobohan petugas bank, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat dan permodalan yang tidak cukup.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan teknologi dan lain-lain.

25 25 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 219.

d. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Strategi penanganan adalah cara untuk menangani pembiayaan bermasalah dan menghindari resiko kerugian. Salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah pembiayaan unit usaha syariah dapat melakukan restrukturasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki prospek usaha dan kemampuan membayar. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.26

Dalam pembiayaan mudharabah restrukturisasi pembiayaan yang dilakukan terhadap nasabah, adalah:27

1) Melalui proses revitalisasi atau penyehatan pembiayaan

Proses revitalisasi atau penyehatan pembiayaan bermasalah hanya dilakukan kepada mitra usaha (mudharib) yang telah atau mengalami kesulitan pembayaran kewajibannya kepada lembaga keungan syariah. Mitra usaha memiliki kemauan untuk melakukan upaya penyehatan, usaha masih berjalan dan memiliki prospek usaha yang baik, serta usaha nasabah diyakini masih mampu untuk memenuhi kewajibannya kepada lembaga keuangan. Proses revitalisasi atau penyehatan pembiayaan bermasalah meliputi:

a) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan yang dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiban nasabah yang harus

26 Ibid., h.218.

27 Ibid., h. 212.

dibayarkan kepada BUS atau UUS.

b) Perubahan persyaratan (reconditioning), yaitu menyangkut ketentuan pembiayaan dan persyaratan lain, antara lain nisbah bagi hasil, pemberian potongan pokok tanpa menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BUS atau UUS.

c) Penataan Kembali (restructuring), yaitu perubahan ketentuan pembiayaan termasuk perubahan maksimum saldo pembiayaan, antara lain penambahan dana, konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah dan konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara.

d) Bantuan Managemen, yaitu dengan menempatkan sumber daya insani pada posisi manajemen oleh bank.

2) Penyelamatan melalui eksekusi jaminan

Tindakan ini dilakukan pihak bank apabila upaya revitalisasi tidak dapat dilakukan karena nasabah sudah tidak lagi memiliki usaha atau sudah tidak komperatif lagi dengan bank. Upaya penyelesaian melalui jaminan ini dilakukan dengan penyerahan jaminan secara sukarela untuk di jual, melalui eksekusi riil jaminan.

4. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

a. Pengertian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang

terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti: Zakat, infaq dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam.28

b. Fungsi dan Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:29

1) Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

2) Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

28 Nurul Huda dan Muhammad Heikal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 363.

29 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 473.

Bentuk simpanan di BMT sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang di miliki simpanan tersebut. Dalam Pinbuk simpanan tersebut dapat digolongkan:30

1) Simpanan Pokok Khusus, yaitu simpanan pendiri kehormatan, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok khusus harus minimal 20% dari jumlah modal BMT.

2) Simpanan Pokok, yaitu simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan anggota biasa ketika ia menjadi anggota. Besarnya ditentukan dalam anggaran dasar BMT.

3) Simpanan Wajib, yaitu simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan anggota biasa secara berkala. Besar dan waktunya ditentukan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

4) Simpanan Sukarela, yaitu:

a) Simpanan sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan pokok khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib.

b) Simpanan dapat disetorkan dan ditarik sesuai dengan perjanjian yang diatur dalam anggaran rumah tangga dan aturan khusu BMT.

Selain itu BMT memiliki peranan, diantaranya:31

1) Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non Islam. Aktif melakukan sosialisasi di masyarakat tentang arti penting sistem

30 Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoritis dan Sejarah Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 289-290.

31 Nurul Huda dan Muhammad Heikal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 364-365.

ekonomi Islami.

2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. Dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

3) Melepaskan ketergantungan kepada rentenir, disebabkan karena rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.

4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Dalam masalah pembiayaan, BMT harus memerhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan juga jenis pembiayaan yang dilakukan.

G. Metodologi Penelitian

Dokumen terkait