• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah di Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram

Informan J selaku nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah, mengatakan:

Pembiayaan dilakukan untuk modal kerja usaha perlengkapan lapangan, (pengadaan jaket, ransel, sepatu). Pembiayaan yang diberikan sebesar Rp.6.250.000,00 selama 15 bulan dan diangsur perbulansebesar 525.000,00 dengan bagi hasil 40% : 60% dengan jaminan BPKB motor. Namun pembiayaan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan karena pembiayaan yang seharusnya digunakan untuk membayarkan pembiayaan tetapi uang tersebut diputar dulu untuk membeli barang lain untuk perlengkapan usaha. Dalam usaha yang dilakukan tidak ada pengawasan dari BMT secara berkala tetapi hanya sekali-kali saja menanyakan usaha bagaimana keadaan usaha.

Informan S selaku nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah, mengatakan:

Pembiayaan dilakukan untuk modal kerja usaha beras. Pembiayaan yang dilakukan yaitu Rp. 20.000.000,00 selama 6 bulan dengan sistem bagi hasil 65%:35%, pembayaran dilakukan diakhir periode.

tidak ada jaminan yang diberikan dalam pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan terjadi kemacetan disebabkan karena kesalahan dari pribadi saya yang menggunakan pembiayaan yang diberikan untuk menambah dana usaha yang lain. Saya juga memiliki usaha yang lain yaitu usaha warnet di sekitaran kampus 1 UIN Mataram.

Pembiayaan yang seharusnya sudah jatuh tempo tetapi saya tidak membayar sesuai perjanjian.55

C. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah di Koperasi Serba Usaha

Dalam penanganan pembiayaan bermasalah pada akad mudharabah yang telah dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady yaitu:

1. Penjadwalan Kembali (rescheduling)

Bapak Syafarwadi selaku manager USPPS memberikan contoh pembiayaan yang dilakukan penjadwalan kembali:

Penjadwalan Kembali yang dilakukan BMT yaitu melakukan perubahan terhadap jangka waktu jatuh tempo yang semulanya sudah ditetapkan diawal perjanjian kemudian tidak sesuai kesepakatan. Misalnya modal yang diberikan kepada Bapak A untuk usaha pengadaan Motor sebesar RP.10.000.000,00 dan apabila Bapak A menjual motor tersebut diperkirakan keuntungan diperoleh sebesar Rp.5000.000,00. BMT membiayai Bapak A dengan menyepakati porsi bagi hasil 60%:40% dengan jangka waktu 1 bulan dibayar diakhir periode. Jadi pembagian yang di dapatkan yaitu untuk BMT 2.000.000,00 dan untuk Bapak A 3.000.000,00 dengan total pengembalian Rp.12.000.000,00, tetapi karena bapak A tidak bisa melunasi pembiayaan yang dilakukan karena terjadi kerugian terhadap usaha yang disebabkan kelalaian dari Ibu A dalam mengelola usahanya. Bapak A menghubungi pihak BMT bahwa ingin bermusyawarah tentang pembiayaan yang dilakukan, Kesepakatan yang didapatkan dari musyawarah bahwa pengajuan penjadwalan Kembali Bapak A disetujui dengan memperpanjang pembiayaan menjadi RP.1.000.000 diangsur selama 10 bulan.57

Bapak Fadrizjno selaku bagian pembiayaan di BMT Al-Iqtishady juga menyatakan bahwa, penangananan dengan penjadwalan kembali diberikan kepada nasabah yang usahanya masih berjalan dan tidak mampu membayar kewajibannya sesuai dengan perjanjian di awal dan sering telat membayar, kadang membayar setengah saja dan bahkan tidak membayar.

Penjadwalan kembali dilakukan berdasarkan hasil musyawarah dan penawaran dengan nasabah. Upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan perubahan jadwal pembayaran yang mulanya 6 bulan

57 Ibid.,

menjadi 1 tahun.58

Informan Z sebagai nasabah pembiayaan bermasalah di BMT Al- Iqtishady mengatakan:

Saya sudah dua kali melakukan pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Pembiayaan pertama selama 3 bulan, pembiayaan pertama dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian. Setelah pembiayaan pertama selesai, saya melakukan pembiayaan kedua dengan jumlah yang sama tetapi diangsur selama 15 bulan, tetapi dalam pembiayaan yang saya lakukan sudah beberapa kali menunggak, sehubungan dengan itu BMT memberikan perpanjangan jangka waktu menjadi 21 bulan dan angsuran diperkecil.59

2. Perubahan Persyaratan (reconditioning)

Perubahan persyaratan yang dilakukan di Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady yaitu dengan merubah bagi hasil dan memberikan potongan pokok kepada nasabah tanpa membayar bagi hasil. Hal ini dilakukan terhadap nasabah yang usahanya masih berjalan dan masih mau untuk membayar pembiayaan yang diberikan.60

Selain penjadwalan kembali, langkah selanjutnya yaitu memberikan perubahan persyaratan dengan cara angsurannya diperkecil dan bagi hasil yang mulanya 70%:30% bisa jadi 60:40% atau 65%:35%, tergantung dari kondisi usaha nasabah. Pemberian potongan untuk nasabah membayar pokoknya saja dilakukan terhadap nasabah yang sering kali menunggak namun usahanya masih berjalan lancar dan masih mau membayar

58 Fadrisno (penanganan pembiayaan bermasalah), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 23 Desember 2019.

59 Informan Z (nasabah), wawancara, Terong Waruh, 20 Desember 2019.

60 M.Syafarwadi (manager USPPS), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 17 Desember 2019.

kewajibannya.61

Informan J sebagai nasabah pembiayaan bermasalah di BMT Al- Iqtishady mmengatakan:

Penanganan yang dilakukan terhadap keterlambatan yaitu pernah diberikan kelonggaran dengan tidak membayar bagi hasilnya tetapi membayar pokoknya dulu, tetapi apabila modal yang digunakan untuk membiayai usaha lain sudah kembali dan bisa melakukan pembayaran pembiayaan lagi maka pembayaran dapat segera dilakukan lagi sesuai dengan perjanjian diawal.62

3. Penataan Kembali (restructuring)

Penataan kembali adalah upaya yang dilakukan khusus hanya kepada nasabah yang dianggap benar-benar mampu untuk menyelesaikan kewajibannya dengan pertimbangan bahwa nasabah masih memiliki usaha untuk membayar kewajibannya. Penataan kembali yang dilakukan oleh BMT yaitu dengan mengubah akad pembiayaan dari pembiayaan dengan sistem bagi hasil (mudharabah) menjadi pembiayaan tolong menolong (qardh). Pada pembiayaan qardh nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati diawal. Nasabah dapat memberikan tambahan pembiayaan dengan sukarela dengan syarat tidak diperjanjikan diawal saat perjanjian disepakati.63

Bapak Fadrijno bagian pembiayaan juga mengatakan hal yang demikian bahwa perubahan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Al- Iqtishady adalah dengan mengubah pembiayaan bagi hasil menjadi

61 Fadrisno (penanganan pembiayaan bermasalah), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 23 Desember 2019.

62 Informan J (nasabah), wawancara, Jempong, 21 Desember 2019.

63 M.Syafarwadi, wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 17 Desember 2019.

pembiayaan pinjaman dengan kesepakatan bersama dan atas persetujuan Dewan Pengawas Syariah.64

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan S yang digolongkan sebagai pembiayaan macet, BMT memberikan surat peringatan dan memanggil informan S untuk datang ke kantor melakukan musyawarah terkait pembiayaan yang dilakukan. Namun informan S hanya mampu membayar setengah saja dari pembiayaan yang diberikan pada awal perjanjian. Solusi yang diberikan oleh BMT yaitu dengan mengganti akad pembiayaan dari mudharabah menjadi pembiayaan tolong menolong (qardh) dengan syarat bahwa kewajiban harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati.65

4. Bantuan managemen

Bapak Syafarwadi selaku manager USPPS mengatakan bahwa bantuan managemen yang diberlakukan di BMT Al-Iqtishady yaitu dengan menempatkan bagian pembiayaan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan pembiayaan seperti pembiayaan bermasalah. Prosedur dalam memberikan bantuan kepada nasabah yaitu melakukan pendekatan secara kekeluargaan seperti memberikan peringatan lewat grup whatchApp ketika sudah mendekati waktu jatuh tempo pembiayaan. Apabila nasabah tidak mengindahkan langkah tersebut sampai dengan waktu seminggu, maka diberikan surat teguran, jika lebih dari itu sampai waktu yang ditentukan tidak juga membayar, nasabah dihubungi untuk datang

64 Fadrisno, wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 23 Desember 2019.

65 Informan S (nasabah), wawancara, Dasan Agung, 25 Desember 2019.

kekantor melakukan musyawarah terkait dengan pembiayaan yang dilakukan. 66

Bapak Fadrijno bagian pembiayaan juga menyatakan bahwa bantuan yang diberikan kepada nasabah yaitu secara kekeluargaan dengan melakukan pemantauan terhadap usaha nasabah dan memperingati nasabah jika sudah mendekati jatuh tempo pembiayaan, jika sudah 1-2 bulan menunggak dan nasabah tidak mengindahkan langkah tersebut, pihak BMT akan memanggil nasabah ke kantor untuk bermusyawarah agar dapat diberikan solusi terkait pembiayaan bermasalah tersebut. Jika pembiayaan lancar cukup dilakukan monitoring dan pembinaan terhadap usaha nasabah agar berkembang dan bisa membayar kewajibannya. Jika pembiayaan yang dilakukan nasabah kurang lancar BMT memberi surat peringatan sebagai teguran kepada nasabah dan jika tidak diindahkan nasabah dipanggil untuk bermusyawarah tentang solusi dari pembiayaan yang dilakukan. Jika diragukan, maka BMT akan melakukan musyawarah dengan nasabah dan kunjungan langsung ke lapangan dan melakukan upaya reschedulling, reconditioning dan restructuring terhadap pembiayaan jika dianggap masih bisa untuk diselamatkan. Jika usaha nasabah dianggap sudah tidak mampu lagi berjalan maka akan dilakukan penyitaan jaminan. Jika memang sudah macet maka dilakukan musyawarah dengan nasabah, jika nasabah sudah tidak mampu lagi membayar kewajibannya maka BMT melakukan penghapusan pembiayaan

66 M.Syafarwadi (manager USPPS), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 17 Desember 2019.

dan berhak menyita jaminan. 67

Informan Z selaku nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah, mengatakan:

Bantuan yang diberikan oleh BMT terkait dengan keterlambatan saya membayar pembiayaan yaitu BMT memberikan peringatan setiap mendekati jatuh tempo pembayaran dan Costumer Servis sering menanyakan tentang kondisi usaha via WhatsApp. sejauh ini belum yang sampai kepenyitaan barang jaminan. 68

Pernyataan informan Z hampir sama dengan yang dikatakan oleh informan J yang menyatakan:

Dalam menangani ketelatan saya membayar, pihak BMT tetap menjaga hubungan baik dengan rutin memperingati untuk membayar jika sudah dekat waktunya melalui whatsApp dan memanggil datang ke kantor jika tidak melakukan pembayaran untuk menanyakan kondisi usaha tetapi pihak BMT tidak pernah melakukan kunjungan terhadap usaha.69

Begitu pula pernyataan yang diberikan oleh informan S, yang menyatakan bahwa:

Pihak BMT tetap memperingati jika sudah mendekati jatuh tempo pembiayaan. BMT juga sering mengontrol usaha dengan menanyakan kondisi usaha, memanggil untuk pergi kekantor melakukan musyawarah terkait perkembangan usaha yang dijalani dan saya tetap melaporkan perkembangan usaha yaitu 3 bulan sekali kepada BMT.70

5. Sita Jaminan

Penyitaan jaminan dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Jika nilai jaminan tidak sebanding maka dari salah satu pihak harus menutupinya. Hal ini dilakukan terhadap nasabah yang sudah tidak

67 Fadrisno (penanganan pembiayaan bermasalah), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 23 Desember 2019.

68 Informan J (nasabah), wawancara, Jempong, 21 Desember 2019.

69 Informan Z (nasabah), wawancara, Terong Tawuh, 20 Desember 2019.

70 Informan S (nasabah), wawancara, Dasan Agung, 25 Desember 2019.

prospektif lagi dalam usahanya.71

Bapak Fadrino bagian pembiayaan yang bertugas menangani pembiayaan bermasalah mengatakan:

Ada satu kasus pada tahun 2018 nasabah yang melakukan pembiayaan mudharabah dengan usaha proyek jalan, proyeknya sudah selesai dilakukan tapi karena waktu pembiayaannya masih lama, nasabah menggunakan uang hasil usaha tersebut untuk pembiayaan proyek yang lain karena takut tidak mendapatkan pembiayaan lagi. Nasabah berfikir untuk mengelola uangnya untuk mendapatkan keuntungan yang hanya didapatkan oleh dirinya sendiri, tetapi ternyata usaha tersebut tidak sesuai dengan prediksinya dan akhirnya pembiayaan yang dilakukan tidak mampu dibayar. Beberapa upaya penyelamatan telah dilakukan sampai akhirnya jaminannya disita. Jaminan yang diberikan pada pembiayaan itu yaitu mobil pick up. Setelah nasabah mampu membayar pembiayaan jaminan yang disita kemudian dikembalikan lagi.72

6. Penghapus bukuan

Penghapusan bukuan tersebut hanya dihapus dari neraca tetapi pihak BMT masih tetap akan melakukan panagihan sampai hutang tersebut lunas meskipun membutuhkan waktu yang lama dan tidak mendapkan keuntungan lagi. Penghapus bukuan adalah langkah terakhir yang dilakukan oleh BMT Al-Iqtishady dalam menangani pembiayaan bermasalah jika jaminan yang diberikan tidak bisa menutupi pembiayaan yang dilakukan.73

71 M.Syafarwadi (manager USPPS), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 17 Desember 2019.

72Fadrisno (penanganan pembiayaan bermasalah), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 23 Desember 2019.

73 M.Syafarwadi (manager USPPS), wawancara, Koperasi Serba Usaha BMT Al-Iqtishady Mataram, 17 Desember 2019.

Tabel 1.3

Hasil Observasi dengan 3 nasabah terkait upaya yang dilakukan oleh BMT Al-Iqtishady

No Inform

an Pembiayaan Masa

Angsuran Status Penyelamatan 1 Inform

an Z

Rp.20.000.0

00,00 18 Bulan Kurang

Lancar Rescheduling 2 Inform

an J

Rp.6.250.00

0,00 15 bulan Diragu

kan Reconditioning 3 Inform

an S

Rp.20.000.0

00,00 6 bulan Macet Restructuring

Dari Observasi diatas bahwa terdapat keberagaman penanganan pembiayaan bermasalah antara BMT Al-Iqtishady dan nasabah. Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara restrukturisasi. Sebelum dilakukan cara ini nasabah terlebih dahulu dilakukan panggilan informasi untuk bermusyawarah terkait dengan pembiayaan yang dilakukan. Pihak BMT mengakui bahwa sudah dilakukan pemanggilan informasi pada nasabah dan nasabah masih mempunyai kewajiban untuk membayar.

63 BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah di Koperasi Serba

Dokumen terkait