• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Pemeriksaan Trigliserida

a. Macam Metode Pemeriksaan Trigliserida

Menurut Sumarni (2017), ada beberapa metode pemeriksaan trigliserida yaitu sebagai berikut :

1) Elektrokimia

Metode elektrokimia yang digunakan untuk pemeriksaan trigliserida menggunakan alat Point of Care Test (POCT). Kelebihan menggunakan POCT adalah hasil yang diperoleh lebih cepat, efisien waktu, biaya operasional lebih murah, kepuasan dokter lebih tinggi karena tidak harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium, volume sampel darah yang dibutuhkan sedikit karena menggunakan whole blood sehingga dapat digunakan darah kapiler. Kerugiannya adalah pemeriksaan ini lebih mahal dibandingkan dengan cara konvensional di laboratorium, dan presisi POCT lebih rendah dibandingkan dengan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium.

Prinsip kerja dari POCT adalah amperometric detection dan reflectance (pemantulan) menggunakan pengukuran arus listrik yang dihasilkan pada sebuah reaksi elektrokimia. Darah yang diteteskan pada strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada di dalam darah dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan kimia yang ada dalam darah. Prinsip ini digunakan pada instrumen POCT dengan membaca warna yang terbentuk dari reaksi antara

sampel yang mengandung bahan kimia tertentu dengan reagen yang ada pada strip. Reagen pada strip akan menghasilkan warna dengan intensitas tertentu yang berbanding lurus dengan kadar bahan kimia yang ada pada sampel. Warna yang terbentuk dibaca oleh alat dari bawah strip.

2) Spektrofotometer

Metode pemeriksaan ini menggunakan alat spektrofotometer.

Pemeriksaan ini merupakan baku emas tetapi memiliki beberapa kerugian yaitu harga yang mahal, waktu pemeriksaan relatif lama, dan pengambilan sampel darah vena yang invasif. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah serum atau plasma. Prinsip kerja dari spektrofotometer dengan mengukur intensitas cahaya berdasarkan transmisi atau absorbansi dari cahaya yang dilewatkan pada panjang gelombang tertentu. Sebagian cahaya diserap dan sebagian dilewatkan.

3) Enzimatik Kolorimetri (GPO-PAP)

Metode Gliserol Phosphatase Oksidase Peroksidase Amino Antipyrin (GPO-PAP) adalah metode yang biasa digunakan di laboratorium menggunakan alat fotometer. Prinsip kerja fotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh badan yang diperiksa. Tiap zat memiliki absorbansi pada panjang gelombang tertentu yang khas. Setelah diketahui spektrum kurva serapan suatu zat, dapat ditentukan panjang gelombang dengan

24

absorbansi tertinggi untuk mengukur kadar zat yang diperiksa.

Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan kadar zat. Ketepatan pengukuran kadar yang hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui (standar) setelah ditera terhadap blanko.

Metode ini bekerja dengan cara trigliserida dihidrolisa secara enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas, lipase khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur kadarnya menggunakan fotometer. Prinsip pemeriksaan trigliserida metode enzimatik sebagai berikut :

Trigliserida LPL gliserol + asam lemak Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihidroxyaceton + H2O2

2 H2O2+ aminoantipirin + 4-klorofenol POD quanonemine + HCl + 4 H2O

b. Kesalahan yang Terjadi Pada Pemeriksaan Trigliserida

Menurut Tahir (2008), ada beberapa kesalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan trigliserida adalah sebagai berikut :

1) Alat yang tidak terkalibrasi

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik dengan proses kalibrasi. Proses kalibrasi secara rutin dan benar memiliki peranan penting dalam memberikan hasil analisis dengan akurasi yang terjaga termasuk dalam hal ini

proses kalibrasi untuk alat fotometer. Peran teknisi laboratorium sangat diperlukan untuk menyediakan fasilitas kalibrasi meliputi bahan dan peralatan pendukung, serta menyiapkan prosedur kalibrasi dan standarisasi bagi pemakai alat.

2) Pemeliharaan alat yang kurang

Tingkat perawatan yang rendah juga dapat menyebabkan kerusakan alat lebih cepat, yang berdampak kurang baik pada hasil pemeriksaan laboratorium. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan alat-alat laboratorium seperti perubahan suhu, tingkat kelembaban udara, debu dan kotoran. Kerusakan yang terjadi pada alat dapat dicegah atau dapat diperpanjang usia pakainya dengan melakukan upaya perawatan atau pemeliharaan secara rutin dan teratur.

3) Kesalahan dalam pemipetan

Faktor yang sering dialami oleh petugas laboratorium adalah kesalahan dalam pemipetan. Pemipetan dengan cara manual tidak menggunakan alat otomatis, maka pemipetan dari tabung satu dengan tabung yang lain dengan volume tertentu belum tentu memiliki volume yang sama meski sudah menggunakan mikropipet yang terstandarisasi, sehingga hal ini berpengaruh pada perolehan hasil pemeriksaan.

26

4) Ketidaktepatan suhu pemeriksaan

Suhu sangat berpengaruh pada hasil pemeriksaan. Suhu yang digunakan untuk inkubasi harus diperhatikan karena reaksi trigliserida dipengaruhi oleh enzim.

c. Cara Mengatasi Kesalahan Pemeriksaan Trigliserida

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010), ada beberapa cara mengatasi dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan trigliserida, pemeriksa harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Tahap Pra Analitik

a) Identitas pasien harus lengkap dan jelas.

b) Pengambilan sampel, pada pengambilan sampel darah harus dicegah terjadinya hemolisis. Hemolisis berat bisa mengakibatkan pecahnya eritrosit sehingga zat yang ada dalam bekuan masuk ke plasma. Posisi pengambilan sampel juga perlu diperhatikan, volume darah orang dewasa pada saat berdiri berkurang 600 ml dibandingkan pada saat berbaring. Hal ini disebabkan oleh volume plasma yang relatif berkurang pada saat berdiri karena terjadi peningkatan protein plasma maka posisi pengambilan darah sebaiknya duduk kecuali pada kasus penyakit berat.

c) Penerimaan sampel, petugas penerimaan sampel harus memeriksa kesesuaian antara sampel yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik sampel tersebut

pada saat diterima, seperti warna, konsistensi, dan volume. Sampel yang tidak memenuhi persyaratan hendaknya ditolak.

d) Penanganan sampel, sampel darah yang telah diperoleh dibiarkan membeku terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya hemolisis dan menghilangkan benang-benang fibrin.

Setelah dibekukan langsung disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Serum dipisahkan dari bekuan darah dan dilakukan pemeriksaan trigliserida sesuai dengan prosedur.

e) Pengiriman sampel, sampel yang sudah siap untuk diperiksa ke bagian pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta.

f) Penyimpanan sampel, ada beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen dalam pemeriksaan kimia klinik darah, salah satunya yaitu penyimpanan sampel. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam penyimpanan sampel, penyimpanan sampel harus dalam bentuk serum. Pemisahan serum dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel. Sampel yang disimpan pada suhu 20-25°C dapat stabil selama 2 hari dan jika disimpan pada suhu 2- 8°C dapat stabil selama 5-7 hari.

2) Tahap Analitik

a) Alat, perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan :

i. Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya harus berfungsi dengan baik (kalibrasi alat).

ii. Pipet juga harus dipantau secara teratur ketepatannya.

28

iii. Kebersihan, keutuhan dan ketepatan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar alat dapat dipakai.

b) Reagen, perlu diperhatikan pada penggunaan reagen :

i. Kemasan fisik harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada perubahan warna.

ii. Tanggal produksi dan nomorbatchreagen.

iii. Batas kadaluarsa.

iv. Suhu penyimpanan.

v. Penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, peralatan, stabilitas).

c) Metode Pemeriksaan, dalam memilih metode pemeriksaan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

i. Alat yang tersedia dapat digunakan untuk pemeriksaan dengan metode tersebut.

ii. Reagen yang mudah diperoleh.

iii. Suhu pemeriksaan dipilih sesuai dengan tempat kerja.

iv. Metode pemeriksaan yang mudah dan sederhana.

3) Tahap Paska Analitik

a) Hasil harus terbaca dengan jelas dan akurat.

b) Pencatatan hasil harus benar.

c) Pelaporan hasil dilakukan secara teliti dan benar.

d) Nilai rujukan harus disesuaikan dengan metode yang digunakan.

e) Pemberian tanda untuk hasil pemeriksaan di luar rentang nilai rujukan.

d. Faktor-Faktor Pengganggu (Interference) Pemeriksaan Trigliserida

Menurut Rahayu (2017), faktor-faktor pengganggu pemeriksaan trigliserida sebagai berikut :

1) Gliserol

Penetapan kadar trigliserida didasarkan reaksi dengan gliserol maka adanya gliserol endogen dapat menyebabkan nilai hasil pemeriksaan enzimatik trigliserida terlalu tinggi (tinggi palsu).

Laboratorium sebaiknya menggunakan metode enzimatik dengan glycerol blanking dimana gliserol endogen dihilangkan dahulu sebelum mengukur kadar trigliserida.

2) Asam Askorbat

Asam askorbat mempunyai sifat anti oksidan dan reduktor.

Asam askorbat yang melebihi 30 mg/dL dapat menyebabkan gangguan reaksi oksidasi atau reduksi yang dipergunakan dalam rangkaian reaksi penetapan kadar trigliserida.

3) Bilirubin

Kadar bilirubin tinggi (> 20 mg/dL) menyebabkan gangguan dalam metode enzimatik kolorimetri.

4) Hemolisis

Hemolisis berlebihan mengganggu reaksi dan kolorimetri (spektrofotometri).

30

5) Carryover

Carryover merupakan kesalahan hasil suatu sampel yang disebabkan pengaruh dari sampel yang diperiksa sebelumnya.

Kesalahan ini biasa ditemukan pada instrumen kimia klinik yang bersifat randomaccess. Kesalahan tersebut dapat menyebabkan bias data sebesar 10-15%.

Dokumen terkait